Saat ini, kita sering mendengar bahwa perilaku sebagian umat Muslim menjadi sorotan karena ketidakseimbangan antara ibadah ritual dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Banyak yang menjalankan salat dengan rajin, melaksanakan puasa sunnah, serta tadarus Al-Qur'an tanpa pernah absen, tetapi anehnya, perilaku sosial mereka seringkali menunjukkan hal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, tidak memberikan upah yang layak kepada pekerja, membuang sampah sembarangan, atau bahkan mengabaikan orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Fenomena ini mengundang pertanyaan besar: mengapa perilaku umat Muslim saat ini terlihat memburuk? Apa yang menyebabkan ketidakseimbangan ini antara ibadah ritual dan akhlak mulia? Artikel ini akan mencoba menguraikan beberapa sebab di balik fenomena ini serta menawarkan beberapa solusi untuk memperbaikinya.
Islam Menjunjung Tinggi Akhlak
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengajarkan umatnya untuk beribadah kepada Allah SWT serta berperilaku baik kepada sesama manusia. Rasulullah SAW dalam berbagai hadits menekankan pentingnya akhlak mulia. Bahkan, salah satu tujuan diutusnya Rasulullah adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Maka, berislam secara komprehensif bukan hanya soal hubungan dengan Allah melalui ibadah ritual, tetapi juga hubungan dengan sesama manusia melalui perilaku sehari-hari.
Akhlak mulia bukanlah perkara remeh, namun seringkali dilupakan. Padahal, dalam banyak kasus, seseorang bisa dikenal sebagai muslim yang baik bukan hanya dari rajinnya ia beribadah, melainkan dari bagaimana ia memperlakukan orang lain---termasuk non-Muslim. Islam menuntut keseimbangan antara ibadah vertikal (hablum minallah) dan horizontal (hablum minannas). Ketika salah satunya diabaikan, citra Islam itu sendiri yang akan ternoda.
Kesalahan Pemahaman tentang Ibadah
Salah satu penyebab utama mengapa perilaku umat Muslim saat ini terlihat memburuk adalah kesalahan dalam memahami hakikat ibadah. Bagi sebagian orang, ibadah hanya dianggap sebatas ritual yang berhubungan langsung dengan Allah, seperti salat, puasa, atau membaca Al-Qur'an. Namun, mereka lupa bahwa ibadah sejati mencakup perilaku kita terhadap sesama makhluk, termasuk memperlakukan orang lain dengan adil, jujur, dan penuh kasih sayang.
Ketika seseorang menjalankan ibadah dengan tekun tetapi masih menipu dalam berbisnis, mengabaikan hak-hak orang lain, atau bahkan menyakiti sesama, maka ibadahnya kehilangan makna yang hakiki. Ibadah seharusnya mencerminkan perubahan perilaku yang lebih baik, bukan sekadar rutinitas yang kosong dari makna.
Pengabaian Makna dan Esensi dari Al-Qur'an
Salah satu fenomena yang sering kita temui adalah umat yang hanya berfokus pada bacaan Al-Qur'an tanpa berusaha memahami isinya. Banyak yang rajin mendengarkan murotal Al-Qur'an dalam bahasa Arab, namun tidak memahami atau meresapi makna dari ayat-ayat yang dibacanya. Akibatnya, pesan moral dan ajaran akhlak yang terkandung di dalam Al-Qur'an tidak tertanam dalam kehidupan sehari-hari.