4. Islam sebagai Rahmatan Lil 'Alamin (Rahmat bagi Seluruh Alam)
Islam disebut sebagai rahmatan lil 'alamin—rahmat bagi seluruh alam. Ini menandakan bahwa ajaran-ajaran Islam harus membawa manfaat dan kebaikan bagi seluruh umat manusia, bukan hanya bagi umat Muslim. Jika umat Islam menutup diri dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pemikiran baru, mereka bisa tertinggal dalam kemajuan dunia yang semakin cepat.
Islam mengajarkan kebaikan yang universal, yang harus bisa diterapkan dalam semua zaman. Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk selalu berpikir kritis dalam memahami bagaimana ajaran agama bisa diaplikasikan agar tetap memberikan manfaat bagi seluruh manusia di era modern.
5. Kemunduran Peradaban karena Penolakan terhadap Pemikiran Baru
Jika kita melihat sejarah, kemajuan peradaban Islam di masa lalu terjadi justru karena keterbukaan terhadap pemikiran kritis dan ilmu pengetahuan. Di zaman keemasan Islam, para sarjana Muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Khawarizmi memimpin dunia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, karena mereka terbuka terhadap pemikiran dari berbagai sumber, termasuk dari Yunani, Persia, dan India.
Sebaliknya, ketika umat Islam mulai menutup diri dari pemikiran baru dan ilmu pengetahuan, peradaban Islam mulai mengalami kemunduran. Penolakan terhadap pemikiran kritis hanya akan membuat umat Islam tertinggal dari bangsa-bangsa lain yang lebih terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan inovasi.
6. Ajaran Islam Bersifat Dinamis dalam Ranah Sosial
Dalam hal ibadah ritual, seperti shalat, puasa, dan zakat, Islam memiliki ketentuan yang tetap dan tidak berubah. Namun, dalam aspek sosial dan politik, Islam memberikan ruang untuk penyesuaian. Nabi Muhammad SAW pun memberikan contoh bagaimana beliau sering berijtihad dalam menghadapi masalah-masalah yang tidak ada jawabannya secara langsung dalam Al-Qur'an atau hadis.
Islam memiliki konsep maqasid al-shariah, atau tujuan-tujuan syariah, yang intinya adalah menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Semua hukum dalam Islam harus diarahkan pada pemenuhan tujuan-tujuan ini, dan dalam hal ini, penyesuaian atau reinterpretasi aturan tertentu mungkin diperlukan agar sesuai dengan situasi dan tantangan zaman.
Penutup
Argumen bahwa Islam telah sempurna dan tidak perlu lagi pemikiran kritis adalah pandangan yang sempit dan bisa membahayakan perkembangan umat Islam. Kesempurnaan Islam terletak pada prinsip-prinsipnya yang universal, tetapi implementasinya harus tetap fleksibel dan relevan dengan kondisi zaman. Dengan berpikir kritis, kita bukan saja menjaga relevansi ajaran Islam, tetapi juga melanjutkan tradisi besar intelektual Islam yang membuka pintu bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban.