6. Kenyamanan dalam Status Quo
Berpikir kritis membutuhkan usaha dan energi yang tidak sedikit. Di sisi lain, mengikuti doktrin yang sudah ada terasa lebih mudah dan nyaman. Banyak orang merasa aman dalam status quo, di mana mereka tidak perlu repot-repot mencari tahu lebih banyak atau menganalisis berbagai pandangan yang berbeda. Ketidakaktifan ini menciptakan sikap malas berpikir yang berkembang secara alami.
7. Ketidakpastian dalam Dunia yang Kompleks
Dunia modern semakin kompleks dengan banyaknya informasi dan tantangan yang dihadapi masyarakat. Ketidakpastian ini sering kali membuat orang mencari jawaban yang sederhana dan pasti, yang sering kali ditawarkan oleh tokoh agama atau pemimpin masyarakat. Meskipun jawaban tersebut mungkin tidak selalu sesuai dengan kenyataan, namun orang merasa lebih aman dengan pegangan yang jelas daripada harus menghadapi kompleksitas dunia dengan pikiran yang terbuka dan kritis.
Kesimpulan
Budaya malas berpikir kritis dan cenderung mengikuti doktrin tanpa mempertanyakan adalah masalah yang kompleks dan berakar dalam berbagai aspek kehidupan di Indonesia. Ini mencakup sistem pendidikan yang kurang mendukung, tekanan sosial, budaya patuh terhadap otoritas, serta akses informasi yang terbatas. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan reformasi dalam sistem pendidikan, kebebasan informasi, serta dorongan untuk berdiskusi dan mempertanyakan segala sesuatu secara terbuka. Dengan cara ini, masyarakat Indonesia dapat berkembang menjadi lebih kritis dan rasional dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H