Mohon tunggu...
YASIR
YASIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Saya adalah seorang analis dan saya ingin mengeluarkan pendapat dan opini saya untuk kemajuan zaman dengan mengedepankan pikiran kritis bukan doktrin.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

inilah alasan kenapa buku paket sekolah sulit dipahami

30 September 2024   05:05 Diperbarui: 30 September 2024   05:01 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar (https://openai.com/chatgpt/)

Apakah Anda pernah membaca buku Barat seperti Filosofi Teras yang diterjemahkan oleh orang Indonesia? Jika belum, saya sangat menyarankan Anda untuk mencobanya. Buku ini menyampaikan konsep-konsep filosofi yang mendalam dengan bahasa yang sederhana dan alasan yang jelas. Membaca buku seperti ini bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan memperkaya wawasan. Namun, jika kita bandingkan dengan buku paket sekolah, Anda mungkin akan merasakan perbedaan besar. Buku-buku paket sekolah sering kali tidak menarik dan sulit dipahami, yang berkontribusi pada rendahnya jam baca di Indonesia.

Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa buku paket sekolah sulit dipahami, termasuk pengaruh kurikulum pendidikan:

1. Fokus pada Hafalan di Sekolah
Salah satu penyebab utama rendahnya minat baca di Indonesia adalah metode pembelajaran di sekolah yang terlalu fokus pada hafalan. Buku paket sekolah sering kali disusun untuk memenuhi standar kurikulum yang menuntut siswa untuk menghafal fakta-fakta tanpa benar-benar memahami konteks atau makna di baliknya. Akibatnya, siswa membaca bukan untuk belajar dengan mendalam atau untuk kesenangan, tetapi karena terpaksa. Ini membuat membaca menjadi aktivitas yang membosankan dan menurunkan motivasi siswa untuk membaca lebih banyak di luar jam pelajaran.

2. Bahasa yang Sulit dan Tidak Komunikatif
Buku-buku paket sekolah umumnya ditulis dalam bahasa yang kaku dan sulit dipahami, terutama bagi siswa yang masih dalam tahap awal belajar. Penggunaan bahasa teknis tanpa penjelasan yang memadai membuat siswa merasa terasing dan kesulitan memahami konsep yang disampaikan. Sebaliknya, buku-buku Barat, seperti Filosofi Teras, ditulis dengan bahasa yang lebih komunikatif dan mudah dicerna, sehingga pembaca merasa lebih terlibat dan tertarik untuk terus membaca.

3. Pendekatan Dogmatis dalam Buku Paket
Buku paket sekolah di Indonesia sering kali menyajikan materi dengan pendekatan dogmatis, di mana siswa diharuskan menerima informasi tanpa penjelasan atau ruang untuk berpikir kritis. Materi disampaikan sebagai fakta absolut yang harus diterima begitu saja, tanpa adanya upaya untuk mengajak siswa berpikir atau merenungkan informasi tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan buku-buku Barat, yang cenderung mendorong pembaca untuk berpikir kritis dan mempertanyakan asumsi yang ada. Pendekatan ini membuat siswa merasa terpaksa menerima materi, alih-alih termotivasi untuk memahaminya.

4. Kurikulum yang Kaku dan Tidak Fleksibel
Kurikulum di Indonesia sangat berorientasi pada pencapaian standar tertentu, sehingga buku-buku paket disusun untuk memenuhi kebutuhan kelulusan. Akibatnya, kurikulum membatasi ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide atau gagasan yang berbeda di luar materi yang diajarkan. Siswa jarang diperkenalkan pada buku-buku yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu atau mendorong mereka untuk berpikir lebih kreatif dan kritis. Ini berbanding terbalik dengan kebebasan yang diberikan oleh buku-buku Barat, di mana penulis memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi topik-topik yang merangsang minat baca dan pemikiran kritis.

5. Kurangnya Akses ke Buku yang Menarik
Di banyak sekolah dan perpustakaan di Indonesia, akses terhadap buku-buku yang berkualitas masih terbatas. Buku-buku yang tersedia sering kali adalah buku paket atau buku referensi yang kaku dan formal, yang tidak menarik bagi siswa. Buku-buku populer dan menarik, seperti buku-buku filosofi atau sastra Barat yang lebih mudah dipahami dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, jarang tersedia atau dipromosikan. Hal ini menyebabkan minat baca menjadi rendah, karena siswa tidak diberikan kesempatan untuk menikmati pengalaman membaca yang lebih menyenangkan dan bermanfaat.

6. Dampak Jangka Panjang: Kebiasaan Malas Membaca
Akibat dari faktor-faktor di atas, banyak siswa di Indonesia tumbuh dengan kebiasaan malas membaca. Karena terbiasa dengan buku-buku yang sulit dipahami dan tidak menarik, mereka menganggap membaca sebagai beban, bukan sebagai kegiatan yang menyenangkan. Hal ini berdampak langsung pada rendahnya jam baca di Indonesia. Berdasarkan data UNESCO, Indonesia berada di peringkat rendah dalam hal minat baca, dan salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya pengalaman membaca yang menarik di sekolah.

7. Pentingnya Mengubah Pendekatan Pendidikan
Jika Indonesia ingin meningkatkan jam baca dan minat baca warganya, maka perlu ada perubahan signifikan dalam pendekatan pendidikan. Kurikulum perlu lebih fleksibel dan mengutamakan pengajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Buku-buku yang disajikan kepada siswa harus lebih relevan dengan kehidupan mereka dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Siswa juga harus didorong untuk membaca lebih banyak buku yang tidak hanya berorientasi pada pelajaran, tetapi juga dapat memperluas wawasan dan minat mereka.  

Dengan demikian, rendahnya jam baca di Indonesia bukan hanya masalah minat pribadi, tetapi juga berkaitan dengan sistem pendidikan yang membatasi siswa untuk terlibat dalam pengalaman membaca yang bermakna dan menyenangkan. Kurikulum yang kaku, penggunaan bahasa yang sulit, serta akses terbatas terhadap buku-buku yang menarik merupakan beberapa faktor utama yang harus diperbaiki jika Indonesia ingin meningkatkan budaya membaca di kalangan masyarakatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun