Mohon tunggu...
Yasir Alimi
Yasir Alimi Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen Universitas Negeri Semarang

Saya seoarang sosiologi antropolog masyarakat muslim kontemporer dan masyarakat digital.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangkitkan Semangat Bertani Remaja Milenial dengan Teknologi Membuat Pupuk ala JADAM

14 Oktober 2024   05:11 Diperbarui: 14 Oktober 2024   05:11 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semarang, 14 Agustus 2024 – Semangat bertani di kalangan pemuda milenial di Kota Semarang kini tengah bangkit kembali, berkat pemanfaatan teknologi pembuatan pupuk organik ramah lingkungan berbasis metode JADAM. Teknologi ini, yang menekankan pada kemandirian petani dalam memproduksi pupuk dan pestisida alami, telah menarik perhatian generasi muda yang tertarik dengan konsep pertanian berkelanjutan.

Acara pelatihan yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial UNNES Kota Semarang, bekerja sama dengan komunitas pertanian lokal di Kec Mijen, telah mengundang puluhan pemuda dari berbagai latar belakang. Mereka diajarkan cara membuat pupuk dan pestisida alami dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan di sekitar, seperti daun, batang, dan sisa-sisa bahan organik lainnya. Dengan biaya yang sangat minim, metode JADAM memungkinkan petani memproduksi pupuk berkualitas tanpa bergantung pada bahan kimia mahal.

Moh Yasir Alimi, selaku praktisi pertanian dan dosen UNNES, mengatakan bahwa teknologi JADAM bukan hanya solusi inovatif bagi pertanian kota, tetapi juga langkah strategis untuk menarik minat generasi muda agar terlibat aktif dalam pertanian. "Kami melihat bahwa anak muda sekarang lebih terbuka pada teknologi dan inovasi. Dengan metode JADAM ini, mereka bisa bertani secara modern dan mandiri tanpa harus meninggalkan nilai-nilai tradisional yang ramah lingkungan," ujarnya.

Metode JADAM yang berasal dari Korea Selatan ini telah terbukti efektif meningkatkan kesuburan tanah dan ketahanan tanaman terhadap hama, serta diadopsi di berbagai negara termasuk Indonesia. Teknologi ini memanfaatkan prinsip-prinsip biologi alami yang mengedepankan harmonisasi antara manusia dan alam.

Salah satu peserta pelatihan, Dika Putra (17), mengungkapkan antusiasmenya setelah mengikuti pelatihan. “Awalnya saya tidak terpikir untuk terjun ke dunia pertanian. Tapi setelah tahu bahwa dengan metode JADAM saya bisa menghasilkan pupuk sendiri dan menghemat biaya, saya merasa ini kesempatan emas untuk memulai bisnis pertanian kota,” kata Dika.

Komunitas-komunitas pertanian di Semarang juga mulai menerapkan metode ini di lahan-lahan pertanian perkotaan dan taman-taman komunitas. Mereka berharap, dengan hadirnya metode JADAM, pertanian urban bisa menjadi solusi untuk ketahanan pangan lokal dan meningkatkan keterlibatan pemuda dalam sektor pertanian.

Dengan semangat baru dan inovasi ramah lingkungan ini, diharapkan semakin banyak pemuda milenial di Semarang yang terjun ke dunia pertanian, memanfaatkan teknologi organik ala JADAM untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun