Pep Guardiola belum puas. Ia masih ingin terus menambah tropi. Di musim perdananya, Pep kembali mengevaluasi dan ia kembali menemukan pemain-pemain yang dianggap tak sejalan dengan visi bermain Messi. Akhirnya, Samuel Eto'o pun ditendang dan digantikan oleh Ibrahimovic. Setahun kemudian, Ibra pun tak sesuai, ia pun ditendang dan diganti oleh David Villa.Â
Hanya bermain 2 musim efektif, Villa juga ditendang. Alexis Sanchez datang dan bintang-bintang baru pun datang. Yang tidak cocok dengan Messi harus siap-siap angkat kaki. Bahkan hingga saat ini, setelah beberapa pergantian pelatih pasca Guardiola mengundurkan diri, tradisi ini terus berlanjut.
Jika dihitung, sudah ada banyak pemain bintang yang angkat kaki hanya karena permainannya yang dianggap tak sejalan lagi dengan Messi. Bahkan, yang baru datang pun, sehebat apapun dia, harus siap-siap menjadi penghangat bangku cadangan jika tak klop dengan Messi.
Tengok saja nama-nama bintang yang angkat kaki. Dimulai dari Ronaldinho, Deco, dan Eto'o. Disusul kemudian Ibrahimovic, David Villa, Alexis Sanchez, dan Yaya Toure. Ada Arda Turan, dan yang menjadi penghangat bangku cadangan, ada mantan striker Valencia, Paco Alcacer; pemain tengah asal Potugal, Andre Gomes hingga pemain dengan harga selangi, Osmane Dembele; dan masih banyak pemain baru yang menjadi penghangat bangku cadangan. Mereka semua dianggap tidak klop dengan Messi.
Yang paling menghebohkan adalah angkat kakinya Neymar dari Barca. Sebelumnya, ia digadang-gadang sebagai penerus Messi di Barcelona. Tapi yang terjadi tetaplah tradisi Messi. Standar Messi benar-benar tinggi. Saat ini, hanya Suarez dan Busquest yang benar-benar konsisten bertahan mendampingi Messi sebagai pemain inti. Coutinho yang datang dengan biaya termahal bahkan sudah mulai jadi penghangat bangku cadangan.
Tak ada pemain bintang kecuali yang cocok dengan Messi. Sampai kapan? Mungkin sampai Messi pensiun. Atau, sampai Messi angkat kaki dari Barcelona jika hal itu terjadi.
"Kekejaman" Berlanjut ke Timnas Argentina
Selama bergabung di Timnas Argentina, Messi telah berhasil mengantarkan Argentina menjadi juara Piala Dunia U-20 tahun 2005, dan Olimpiade tahun 2008 lalu di level junior. Untuk level senior, Messi belum sekali pun mempersembahkan tropi juara. Walaupun pernah 4 kali masuk final yaitu pada 3 gelaran Copa Amerika 2007, 2015, 2016 dan satu Piala Dunia 2014, Messi dkk selalu kandas dan harus rela menjadi runner up.
Melihat prestasi Messi di level senior tersebut, para pelatih yang menangani Timnas Argentina beranggapan, bahwa Messi harus bermain seperti ketika bermain di Barcelona. Strategi ala Barca pun semaksimal mungkin diterapkan. Hal ini tidaklah mudah, sebab kebersamaan di Timnas tentu tak seintens di club. Sangat susah untuk membangun kecocokan dalam waktu yang instan.
Meskipun demikian, pelatih tetap mamaksakan untuk melakukannya. "kekejaman" ala Barca pun diterapkan. Banyak pemain yang berstatus bintang tersisih atau tak mendapat panggilan dari Timnas. Semuanya demi mencari kecocokan dengan Messi.Â
Nama-nama seperti Riquelme sudah mulai tersisih di Piala Dunia 2010 padahal saat itu masih hebat sebagai playmaker, menyusul pemain-pemain hebat yang tak mendapat panggilan masuk Timnas.Â