3. Menulis dengan Karakter Sendiri
Sebagaimana para penyanyi-penyanyi terkenal yang punya karakter vocal masing-masing, maka penulis pun harus begitu. Seorang penulis haruslah memiliki cirinya tersendiri.Â
Kita banyak mengenal penulis-penulis terkenal hanya karena karakternya yang melekat pada tulisannya. Kita akan sangat mudah mengenal tulisan yang berkarakter walaupun nama penulisnya tidak tercantum.
Artinya, dalam menulis, kita harus punya ciri khas tersendiri. Bagaimana caranya?
Jangan pernah terbuai dengan tulisan-tulisan populer. Maksudnya, jangan sampai ketika kita lagi membaca tulisan yang lagi banyak digemari, lantas kita pun ingin menulis sama seperti tulisan tersebut. Kita ingin gaya bahasa yang sama, jenis narasi yang sama, dan sebagainya. Padahal, tulisan tersebut adalah tulisan yang terbangun atas karakter penulisnya, yang tentunya bukan dalam waktu yang instan.
Jika membiasakan yang seperti ini, yakinlah tulisan kita tak akan berkarakter. Sebab, tulisan populer itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Bahkan perubahannya sangat singkat. Yang kita inginkan dalam perubahan itu, kita tetap selalu ada untuk menulis. Kalau yang kita ikuti adalah gaya menulis, kita pun akan pusing sendiri. Sebab, tulisan populer tidak selamanya berasal dari gaya yang sama.
Adapun jika ingin meniru maka tirulah tema yang sedang berkembang. Bukan gaya menulisnya. Kita juga bisa ikut menulis hal-hal yang populer dengan gaya dan karakter kita sendiri. Intinya, jangan pernah memasukkan karakter orang lain dalam kegiatan menulis kita. Sebab hanya karakter kita sendiri yang akan membuat kita semangat dan membiasakan diri untuk menulis.
 4. Tetap Sabar dan Jangan Pernah Bosan
Sangat penting untuk selalu sabar dalam menulis. Sabar saat tulisan belum enak dibaca bahkan oleh diri kita sendiri. Teruslah menulis. Ibarat balita, ia akan terus bicara hingga cara bicaranya bisa dipahami---yang sebelumnya tak ada yang dimengerti sama sekali. Menulis, menulis, dan raihlah tulisan terbaikmu.
Jangan pernah bosan hanya karena tulisan kita tak mendapat pengakuan. Seandainya pun tulisan kita tak diterima oleh seluruh manusia di dunia ini, tetaplah menulis. Kembali ke prinsip awal bahwa tujuan utama kita untuk menulis adalah untuk diri sendiri. Yakinlah---jika telah tiba waktunya---sebuah tulisan akan menemui pembaca sejatinya sendiri.
Jadi, mau ditolak, mau dicela, gak dilirik sama sekali, bukan semua itu yang menjadi perhatian. Sabar dan jangan pernah bosan. Target utama kita adalah menyelesaikan tulisan.
Itulah beberapa tips menulis yang sekaligus menjadi prinsip saya selama ini dalam menulis. Mungkin tidak selamanya benar, tapi teman-teman bisa mencobanya. Saya sendiri menjalankan prinsip tersebut hingga saat ini.
Yasir Husain, Penulis Buku SETIA (Selagi Engkau Taat & Ingat Allah)