Baru-baru ini, tepatnya 22 Juli lalu Presiden teripilih Jokowi-JK berpidato di atas kapal pinisi. Alasannya untuk mengembalikan semangat maritim Indonesia. Saya rasa itu sangat unik dan sangat berkesan bagi saya sebagai orang asli Sulawesi Selatan.
Namun, dalam tulisan ini saya tidak mau mengulas apa isi pidato dari kedua orang yang saya banggakan itu. Saya mau mengajak bahkan memohon kepada bapak Jokowi dan JK untuk melihat langsung tempat pembuatan kapal pinisi di kelurahan Tanahberu, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba.
Saya tekankan adalah untuk melihat tempat pembuatan kapal pinisi. Namun, jika bapak Jokowi-JK ingin sekaligus liat proses pembuatannya, boleh-boleh saja.
Sedikit bercerita, Â 17 hingga 25 Juli kemarin saya berada daerah tersebut untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai salah satu program wajib saya sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Makassar. Sementara saya pulang di Makassar untuk persiapan lebaran bersama keluarga, dan kembali lagi ke sana.
Selama beberapa hari di sana, saya dan tujuh kawan saya telah melakukan observasi dilingkungan tersebut. Termasuk melihat kondisi pantai yang digunakan warga setempat untuk membuat kapal pinisi. Setelah berkeliling kondisi pantai di sana sangat memprihatinkan. Sepanjang pantainya sangat-sangat kotor. Tumpukan sampah merusak indahnya pasir putih di sana.
Nah! 24 Juli kemarin, kami melaksanakan dialog yang dikemas dalam seminar kecamatan yang dihadiri oleh Bapak Camat Bontobahari, Abbas Mustari guna membahas program kerja kami selama dua bulan di sana. Dalam dialog tersebut, kami sempat menyodorkan program kerja pembersihan pantai. Namun, respon dari pemerintah setempat sangat lucu. "Meskipun satu tahun kalian stan by di pantai, di sana tidak bakalan bisa bersih," kata Abbas Mustari menanggapi rancangan program kerja kami.
Tanpa sempat kami bertanya, bapak Camat menjelaskan mengapa dirinya mengatakan demikian. Ia mengungkapkan jika di kecamatan Bontobahari dan sekitarnya tidak ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang menyebabkan warga sekitar membuang sampai dipinggi pantai. "Sampahnya kadang terbawa arus ke tengah laut, lalu datang lagi terbawa arus dan begitu seterusnya," Abbas Mustari menegaskan.
Dialog terus berlanjut membahas soal pembersihan pantai. Kami dari peserta KKN sempat ngotot untuk tetap membersihkan pantai dan memasang papan peringatan untuk tidak membuang sampah di sekitar pantai dengan harapan pihak pemerintah setempat turut membantu kami menyediakan TPA. Namun, respon dari Abbas Mustari sedikit mengecewakan. "Pemerintah kabupaten belum bisa menyediakan," katanya.
[caption id="attachment_335151" align="aligncenter" width="300" caption="Barisan kapal pinisi yang sedang dalam tahap pengerjaan di pantai Kelurahan Tanahberu, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba."][/caption]
Mumpung bapak Jokowi dan JK sebagai presiden terpilih punya niat untuk mengembalikan semangat maritim Indonesia, saya sangat berharap bapak mau memikirkan solusi tepat untuk menyelesaikan masalah yang terkesan terabaikan itu. Seperti yang saya ketahui, kalau pantai kotor, pasti lautnya ikutan kotor, kalau lautnya kotor, ekosistem laut pasti terganggu, kalau ekosistem laut terganggu, semangat maritim sepertinya akan ikutan terusik.
Maaf, pemahaman saya tentang kelautan memang sangat minim karena disiplin ilmu saya sebagai mahasiswa Ilmu Administrasi Negara tidak mempelajari itu di kampus. Namun, tentu saya tidak akan diam jika melihat keindahan pantai tertutupi oleh tumpukan sampah. Begitu pun dengan bapak Jokowi dan JK, tentu sebagai orang yang ingin mengembalikan semangat maritim Indonesia, bapak tentu tidak akan diam jika laut Indonesia kotor akibat sampah.