Mohon tunggu...
Muhammad Yasir
Muhammad Yasir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tong Sang Chong dan Tong Fang

15 Agustus 2012   14:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:43 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yah, sadar atau tidak kita adalah bangsa yang suka menertawai tapi tak jarang juga jadi bahan tertawaan.ha ha ha.

Tertawa adalah ekspresi kemenangan, tapi tertawa juga kadang ekspresi dari sebuah kepasrahan. Itulah yang bangsa ini alami. dengan membuat (lebih tepatnya membelotkan) esensi tayangan iklan semacam itu kita hendak menertawai diri sendiri dalam kepasrahan dan ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan dalam segala hal seperti olahraga, pendidikan, kebudayaan hingga ekonomi. kita tertawa karena kita adalah bangsa yang besar dan punya tradisi yang besar. Tapi mengapa sekeping emas olimpiade pun tak bisa kita raih? tapi mengapa perlahan tapi pasti kebudayaan kita dirampas negara tetangga yang kecil seperti malaysia? tapi mengapa hingga 60 tahun merdeka masih banyak anak yang putus sekolah? tapi mengapa masih banyak fakir miskin menyemarakkan bulan puasa? mengapa?

Rakyat hanya bisa tertawa. tertawa dengan hedonisme dan kapitalisme industri dengan menghaburkan uang bermiliar-miliar hanya demi iklan-iklan tak jelas. Rakyat tertawa dengan ketidakberdayaannya menolak tayangan-tanyangan yang disuguhkan TV yang setiap harinya semakin amburadul.

Ketiga, rakyat kita tidak mau ambil pusing dengan hal-hal yang dirasa berat. cukuplah kemiskinan dan kesengsaraan yang mereka pikul. Lalu mengapa mereka dipaksa bicara politik? lalu mengapa mereka dipaksa ikut pemilu? lalu mengapa mereka diadu domba hanya untuk kepentingan kekuasaan segelintir tikus berdasi? rakyat bosan.

Mereka sepertinya ingin berteriak cukup!!! cukup kau buat mereka pusing membedakan siapa cicak siapa buaya, yang mana apel malang yang mana apel washington, yang mana ketua besar yang mana bos besar. Mereka bingung benarkah yang dituduhkan nasaruddin ataukah yang disanggah anas urbaningrum?

Hahahaha,wkwkwkwk,kkkkkk. dan mereka sekali lagi tertawa sambil berujar, "ingin solusi cepat datanglah ke Klinik Tong Fang".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun