Suami sedang kerja, dan kami tinggal di pemukiman yang melarang Ojol untuk menarik penumpang. Dibawa naik motor sungguh tak mungkin rasanya. Beruntung taksi diizinkan jemput, ketika taksi datang, tempat yang saya tuju adalah IGD terdekat, RSU Hermina Arcamanik tepatnya. Beruntungnya lagi, dengan gedung barunya, penanganan lebih cepat dari biasanya, btw gedung baru ini khusus pasien pribadi dan asuransi, jadi you know lah pasti lebih berbeda fasilitas dan penangananya pun.Â
Setelah diperiksa, benar saja. Si bungsu harus dijahit, 5 jahitan. Ngilu membayangkannya pun, saat prosesnya berlangsung saya tak berani melihat. Saya memilih telungkup sambil menguatkan anak yang menangis kesakitan. Hati saya patah sekali rasanya.
Meja kaca oh meja kaca
Setelah pulang, bahkan melihatnya saja saya tak mampu. Kecelakaan ini takdir yang sebenarnya bisa dihindari kalau saja saya lebih berani mengambil keputusan menyingkirkan meja kaca. Terlebih di rumah masih punya balita.
Pelajaran berharga yang mahal harganya, karena berhubungan dengan keselamatan jiwa.Â
Dua minggu ke depan, benar-benar harus menjaga lukanya agar tetap bersih. Kami bersihkan secara mandiri setiap hari di rumah. Katanya, 14 hari setelahnya jahitan bisa dibuka.
Doakan ya, anak bungsu kuat dan segera sehat dan ceria kembali.Â
Bu, Pak. Hati-hati ya di rumah, belajar dari pengalaman saya. Jika punya meja kaca, pastikan benar-benar aman untuk si kecil. Terutama jika masih memiliki balita, terutama jika meja kacanya adalah meja tamu yang bisa dipanjat, terutama jika meja kacamanya ternyata tipis. Pokoknya, hati-hati. Jangan sampai ada lagi cerita meja kaca membawa celaka.Â
( Walau bukan salah mejanya ya ) saya harusnya memutuskan lebih awal menyingkirkannya.
Bandung, 21 November 2021