Keluarga memiliki peranan yang sangat signifikan dalam pembentukan karakter anak terutama dalam menghadapi berbagai pengaruh yang berkembang sebagai konsekwensi logis dari pesatnya kemajuan media massa saat ini. Anak rentan terhadap efek buruk dari media massa sehingga menuntut perhatian serius dari keluarga sebagai basis pertama dan pokok pendidikan anak.
Kata media menurut kamus online Merriam Webster adalah “suatu saluran atau sistem komunikasi, informasi, atau hiburan.” Lebih khusus lagi media massa merujuk pada alat-alat komunikasi yang dirancang untuk menjangkau sejumlah besar orang. Sejarah mencatat bahwa pada awal tahun 1990-an, tampak bahwa dunia media massa ditentukan. Terdapat media cetak yang meliputi surat kabar dan majalah, media penyiaran yang meliputi radio dan televisi.
Tetapi sekarang ini muncul internet sebuah media baru revolusioner yang digunakan secara luas. Internet menggabungkan fitur-fitur media lain. Pengguna dapat membaca artikel seperti pada publikasi cetak, mendengarkan musik seperti di radio, atau menonton video seperti di televisi. Internet juga menyediakan fitur-fitur yang tidak ditawarkan oleh media lain seperti interaktivitas dan jangkauan global.
Media massa berpengaruh besar pada kehidupan anak-anak remaja sekarang ini. Melalui media massa, banyak informasi tentang perkembangan terbaru yang dilihat dan dialami oleh para remaja. Berkembang pesatnya teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini, memang memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal baru yang berhubungan dengan pendidikan, mereka bisa berkomunikasi dengan siapa saja dan mengetahui peristiwa yang terjadi di tempat lain secara cepat.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak remaja sendiri paling rentan terjebak dalam pengaruh buruk media massa. Arus informasi dapat dengan cepat mempengaruhi perkembangan pola pikir anak remaja yang mengarah kepada perubahan perilaku sosialnya. Saat ini begitu banyak remaja yang menggunakan media dan begitu banyak produk media menjangkau para remaja, sehingga hubungannya telah menjadi hubungan dua arah.
Para remaja sangat dipengaruhi oleh muatan yang disediakan oleh media massa, disaat yang bersamaan media massa menjadi sangat dipengaruhi oleh apa yang diinginkan para remaja. Media massa di satu sisi membawa dampak positif tetapi di sisi lain membawa pengaruh negatif bagi kehidupan anak remaja. Bicara tentang pengaruh yang positif, semua pihak pasti akan merasa senang. Tetapi, dampak negatif sudah pasti dapat meresahkan banyak orang.
Hal yang tidak dapat disangkal bahwa perkembangan media massa sekarang ini sejalan dengan arus globalisasi yang menjerumuskan para remaja ke hal-hal buruk. Banjir informasi yang gampang diakses tanpa kontrol. Budaya-budaya luar dapat dengan mudah masuk dan menggeser kebudayaan setempat. Celakanya, para remaja menyukai pola hidup westernisasi dengan kecenderungan meniru habis-habisan kebudayaan atau pola hidup kebarat-baratan, seperti pergaulan yang serba bebas, cara berpakaian, gaya rambut serta hal-hal lainnya yang tidak sesuai dengan kekhasan budaya nasional bangsa Indonesia.
Efek terburuk dari pola hidup seperti ini yakni banyak anak remaja yang terjerumus dalam free sex yang berakibat hamil di luar nikah yang kemudian melakukan aborsi. Fatalnya lagi, bahwa free sex atau seks bebas seakan tidak lagi dilihat sebagai suatu bentuk penyimpangan terhadap norma yang berlaku dalam masyarakat tetapi sudah berkembang menjadi sebuah gaya hidup. Ada juga remaja-pelajar yang melakukan penyalahgunaan narkoba dan minuman keras serta merokok. Prestasi mereka menurun, cenderung memberontak terhadap guru dan orangtua, suka tawuran, motivasi belajar sangat rendah serta kurang menyukai kegiatan-kegitan ekstrakurikuler di sekolah. Keadaan ini sudah menujukkan suatu masa depan yang suram.
Untuk menghadapi berbagai kemungkinan buruk yang bakal dialami oleh anak remaja, keluarga mempunyai peran yang sangat penting dan urgen. Keluarga sebagai institusi pertama dalam pembentukan intelektual dan karakter anak, layak disoroti dalam konteks ini. Pada kebanyakan kasus, banyak orangtua yang mempercayakan sepenuhnya pendidikan anaknya pada pihak sekolah atau lembaga pendidikan. Ketika anak memiliki karakter atau bahkan kapasitas intelektual yang tidak memuaskan, orangtua cenderung mempersalahkan guru atau para pendidik. Orangtua seakan cuci tangan terhadap persoalan yang dialami oleh anaknya.
Sesungguhnya, faktor yang memungkinkan para remaja mudah terjerumus ke dalam perilaku negatif, yakni kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua. Dan juga orangtua terlalu ofer protective artinya melindungi atau mengekang anaknya secara berlebihan sehingga anak sulit berkreasi atau berkembang berdasarkan keadaan dirinya yang sebenarnya. Orangtua juga tidak pernah mau mendengarkan keluhan anaknya dan enggan memahami persoalan yang dialami oleh anaknya.
Ada juga orangtua yang membiarkan anaknya lepas bebas tanpa ada aturan yang mengikat dengan suatu alasan agar anak merasa senang dan bahagia. Hal ini menyebabkan anak mencari pemecahan sendiri terhadap persoalan yang dihadapinya. Di sini media massa memberikan akses yang memudahkan anak untuk menceburkan diri di dalamnya. Anak cenderung jatuh dalam perbuatan yang melanggar entah sebagai suatu sikap protes dan memberontak terhadap orangtua pun lingkungannya. Karena sebagian besar remaja pada saat ini kalau ditilik dari bahasa atau percakapan dan dalam pergaulan bisa disebut sebagai generasi layar kaca (televisi), generasi mal atau generasi handphone, dan generasi internet. Mereka juga tak malu menyebut diri sebagai generasi dugem (dunia gemerlap/malam).