"Tidak ada manusia yang sempurna." Demikianlah ungkapan yang menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang luput dari kesalahan. Namun kadang konsep ini menjadi alat untuk melegitimasi kesalahan sebagai hal yang lumrah dan wajar-wajar saja. Artinya, orang bisa saja terjebak untuk bermental permisif ketika menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan dan mengecewakan sekalipun, atau bisa saja membiarkan diri berbuat salah.
Namun inti persoalannya bukan hanya sekedar berbuat salah atau benar. Tetapi sejauh mana kesalahan itu memberikan pengaruh yang besar bagi diri  dan orang lain. Di sini bisa dipilah mana kesalahan kecil dan mana kesalahan besar. Kesalahan kecil tentu tidak berpengaruh buruk  bagi diri juga bagi orang lain. Sedangkan kesalahan besar sudah pasti berpengaruh buruk terhadap orang lain dan diri sendiri.
Jika orang melakukan kesalahan kecil akan gampang dimaafkan karena tanpa ditegur pun orang akan memperbaiki atau mengubah dengan sendirinya. Sebaliknya,jika orang melakukan kesalahan besar, apa lagi jika itu berhubungan langsung dengan kehidupan orang lain, maka dengan sendirinya orang akan protes atau tidak menerimanya begitu saja.Â
Dalam banyak kasus, orang sering berselisih pendapat yang berujung pada perkelahian, atau juga mengecewakan pelanggan yang berkahir pada pemecatan serta aneka protes yang disampaikan. Dinamika hidup seperti ini jamak terjadi dalam kehidupan.
Ada kekecewaan manakala fakta tak seindah harapan. Atau, tatkala perbuatan baik belum cukup mampu memuaskan pelanggan atau pihak lain. Lantas bagaimana menyikapinya?
Hal yang mesti diperhatikan oleh semua pihak adalah bersikap positif dari setiap kenyataan yang dihadapi. Hal ini mungkin sudah sering disampaikan oleh banyak orang. Meski demikian orang kebanyakan masih enggan atau masih belum mampu melakukannya. Hal ini disebabkan karena mudah terbawa emosi tanpa mempertimbangkan baik dan buruk, untung dan ruginya bagi diri dan orang lain.
Bersikap positif bukan berarti tidak perlu lagi menyampaikan protes terhadap hal yang membuat kecewa. Jika Tahu bahwa yang pihak lain sudah benar-benar kilaf, tetaplah layangkan sikap protes. Tetapi secara santun. Artinya, tetap mengedepankan itikad baik dan rasa tanggung jawab terhadap pihak lain. Tentu bukan protes yang mengedepankan amarah serta ancaman.
Sebab fakta berbicara bahwa apa pun yang dihadapi dengan amarah atau pun murka tidak mendatangkan kebaikan. Malahan hansilnya hanya akan menghancurkan diri sendiri dan sesama. Intinya prosteslah secara santun jika telah dikecewakan dan tanggapi protes secara santun pula  jika sudah berusaha melakukan yang terbaik tetapi masih saja salah atau pun disalahkan.Â
Dan di atas semuanya tetaplah sopan dan santun walau diperlakukan secara tidak sopan. Perbuatan buruk orang terhadap kita janganlah membuat kita ikut bertindak buruk. Intinya sedapat mungkin membiasakan diri untuk berlaku baik dalam situasi apa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H