Jika ditelisik lebih dalam situasi yang dialami Emi Nomleni di panggung politik NTT saat ini tidak berbeda jauh dengan keadaan yang dialami oleh Megawati Soekarnoputri. Jika dulu Megawati bersama PDIPnya meraih suara mayoritas dalam pemilu 1999 tetapi hanya sanggup menjadi orang nomor dua di Republik ini. Ketika itu Gusdur yang menjadi orang nomor satu ditumbangkan MPR melalui sidang istimewa, Megawati dengan sendirinya naik menjadi orang nomor satu.
Dengan demikian, sudah bisa diprediksi sekirannya Marianus Sae terbukti bersalah dan harus mendekam di penjara maka Emi Nomlenilah yang menjadi gubernur NTT. Itu artinya beliau menjadi gubernur perempuan pertama di NTT. Sama seperti Megawati yang menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia.
Lagi-lagi ini hanya bentuk perhitungan mulus jika Nomleni menang pada pilkada 27 Juni nanti. Kalau pun ia kalah namun kemunculannya di panggung politik sekelas pilkada sudah diacungi jempol. Ini mau membuktikan perempuan NTT sesungguhnya layak diperhitungkan dalam panggung kekuasaan yang selama ini terpenjara oleh budaya patriarki.
Apakah Emi Nomleni bisa menjadi simbol kebangkitan kaum perempuan NTT, ataukah hanya sekedar menunjukkan diri ada? Jawabannya dikemblikan ke nurani setiap insan (perempuan dan laki-laki) penghuni tanah Flobamora. Dan nurani saya manis berbisik Emi Nomleni bisa menginspirasi perempuan lain di NTT. Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H