Mohon tunggu...
Yasinta Nurul Aini
Yasinta Nurul Aini Mohon Tunggu... Lainnya - S1 Keperawatan

S1 Keperawatan-UPI

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ansietas Remaja: Mimpi Buruk dalam Tahapan Kedewasaan

11 Desember 2021   15:01 Diperbarui: 11 Desember 2021   15:05 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa remaja dikenal sebagai masa transisi dimana pada masa ini anak sedang tumbuh dan dalam proses mencari jati diri. Mereka dihadapkan pada berbagai pilihan, sehingga alih-alih mencari siapa diri mereka sebenarnya, mereka malah tersesat dalam kebingungan, frustrasi, dan rasa bersalah. Jadi tidak jarang remaja menemukan diri mereka bergumul dengan masalah emosional.

Selain itu, mereka juga dituntut untuk memenuhi peran sosialnya baik dalam lingkaran pertemanan maupun masyarakat, sehingga mereka akan merasa tertekan. Hal ini akan mengganggu keseimbangan emosional, kognitif dan psikologis mereka.

Hal ini tidak terlepas dari perubahan biologis yang dialami remaja. Perubahan hormonal, kematangan seksual dengan pubertas, perubahan pola pikir mereka yang menjadi abstrak, logis atau idealis yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan mereka depresi dan menyebabkan stres. 

Tidak hanya dari sisi biologis, penyebab stres pada remaja juga muncul dari sisi sosial emosionalnya. Remaja adalah masa ketika mereka mencari kebebasan dan pengakuan. Sehingga tidak jarang mereka sering bertengkar dengan orang tuanya, ditambah lagi jika mereka mengalami kekerasandari lingkungan sekitar.

Dikutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), rentang usia yang digolongkan dalam usia remaja adalah 10-19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014, rentang usia remaja adalah 10-18 tahun. Sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), usia muda adalah 10-24 tahun dan belum menikah. 

Oleh karena itu, seseorang tidak lagi dapat disebut anak, tetapi dapat disebut remaja karena belum cukup dewasa untuk disebut dewasa, atau karena dapat dianggap sebagai masa transisi anak menuju dewasa (Sumara et al). .2017).

Pada masa transisi ini, remaja sangat sensitif terhadap masalah kesehatan berupa kecemasan. Kecemasan merupakan kondisi saat emosi negative muncul karena adanya kekhawatiran yang tidak terduga, atau adanya kekhawatiran akan sesuatu yang buruk yang dapat terjadi di masa depan.

Sebenernya, rasa cemas merupakan hal yang wajar, namun kika kecemasan yang dialami oleeh seseorang menjadi terlalu berlebihan akan mengganggu aktivitas sehati-hari mereka. 

Karenanya keadaan mental ini membuat remaja sangat rentan, terlepas dari sisi transisi mereka ketidak seimbangan emosi mereka juga pastinya dapat sangat mengganggu. 

Penyesuaian terhadap linkungan sosial menjadi tantangan yang paling serius bagi remaja, mereka harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis, mulai membuat hubungan interpersonal dengan orang lain di luar lingkungan keluarga dan sekolah.

Hal ini dapat memberikan tekanan-tekanan pada mental mereka sehingga dapat menimbulkan stess atau depresi. berikut adalah hal-hal yang dapat menyebabkan terganggunya mental pada remaja:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun