sejarah rumah-rumah tersebut adalah rumah dinas para pekerja era kolonial. Pabrik ini menjadi salah satu simbol kejayaan kisaran tahun 1811-1881. Sama halnya dengan PG. Colomadu, pabrik ini juga didirikan oleh K.G.P.A.A. Mangkunegara IV.
Masyarakat Solo dan sekitarnya pasti tidak asing lagi dengan pabrik gula yang terletak di Desa Ngijo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. PG Tasikmadu ini adalah salah satu dari banyaknya pabrik yang dibuat pada era kolonial dulu. Terlihat dari bangunanya yang memiliki banyak ciri khas Belanda. Selain itu, di sekitar pabrik banyak dijumpai tempat tinggal ataupun bangunan peninggalan Belanda dulu yang mana menurutPG Tasikmadu merupakan pabrik gula yang cukup pamor pada masanya. Memiliki tempat yang cukup luas dan bangunan yang terlihat elok dengan pagar yang menyelimuti serta cerobong asap yang tinggi seperti menandakan kejayaan pada masa itu. Yang unik dari pabrik ini seperti ketika musim panen tebu dan pabrik mulai beroperasi, corong-corong ini akan mengeluarkan asap tebal dan akan terdengar suara mirip sirine pada pukul-pukul tertentu, seperti pukul enam pagi, satu siang, ataupun sepuluh malam. Suara tersebut dapat terdengar puluhan kilometer dan banyak dari masyarakat menggunakan suara itu sebagai acuan waktu mereka.
Biasanya pada musim tertentu akan diberlakukan acara seperti pasar malam di pabrik ini. Pasar malam ini biasa disebut dengan "Cembengan". Acara tahunan Cembengan adalah salah satu acara yang paling dinantikan masyarakat, pasar malam ini biasanya dilakukan kurang lebih satu bulan lamanya. Berbagai jenis jajanan, permainan, wahana, dan masih banyak lagi menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjungi Cembengan. Selain Cembengan, pihak dari pabrik ini membuat Agrowisata Sondokoro, suatu tempat wisata yang sama terkenalnya dengan Cembengan.
Walaupun menurut sejarah pabrik ini cukup megah, sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu pabrik ini mulai redup. Entah masalah apa yang mendasari berhentinya pabrik ini, namun dapat dilihat hingga sekarang bangunannya masih berdiri kokoh. Cerobong asap yang masih berdiri tegak, bangunan yang terlihat kuat, hingga rel-rel kereta yang masih tertancap di atas pekarangan pabrik. Rel dan besi-besi bangunan sudah terlihat usang dan karatan, bahkan tertutup rumput atau tumbuhan menjalar di sana. Di sekitar pabrik terdapat monumen kereta api yang mana menurut masyarakat kereta api tersebut adalah salah satu dari kereta yang digunakan saat pabrik gula ini masih beroperasi. Meskipun saat ini sudah berhenti, pabrik ini tetap saja menjadi daya tarik masyarakat sekitar. Banyak masyarakat menjadikan pabrik ini sebagai tempat wisata ataupun tempat menguji nyali. Pasalnya pabrik ini kini sudah terlihat horror dan terbengkalai. Walaupun demikian, pabrik ini menjadi salah satu bukti kejayaan dan sejarah yang harus terus dikenang masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H