Mohon tunggu...
Ahmad Yasin Syafi'i
Ahmad Yasin Syafi'i Mohon Tunggu... -

Bismillah... Sedang berusaha mengelola hidup menjadi lebih indah, barokah dan manfaat. Ini hanya soal keberanian, maka hadapilah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Teracuh dan yang Rapuh

19 April 2010   10:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelap dan pengap saling mempermalam diriku
mencibir juga gedung-gedung, menyembunyikan aku
bulan bintang hanya tertawa sambil mengawasi
sedang angin menyergap diam, mengunci kulit
malam tambah kelam, rimba semati tugu.

Terapit malam dan danau, sampai juga dingin
aku masih mendegap hati, jika dada rasa hampa
kenanglah ! Kenanglah aku !

Aku masih berbenah dalam kamar
menanti apa yang ku cari
Dan aku bisa saja lepaskan kisah batu untukmu
tapi hanya tangan yang lantang
tubuhku diam dan sendiri, cerita dan kisah sampai juga berlalu

Terapit malam dan danau, sampai juga dingin
aku masih mendegap hati, jika dada rasa hampa
kenanglah ! Kenanglah aku !

Aku bisa lagi mengobral naskah drama
atau mencetak teori evolusi yang kau baca
kadang membuatmu ketawa dan angkuh
jarang pula menangis dan merendahkanmu
tapi sekarang sekarang tanganku tak lantang
tubuhku masih diam dan beku

Aku bisa juga melantunkan lagu cinta
atau menari diatas bara apimu
menjaga rasamu tak menyala
mengobati lalu kesedihanmu
tapi tangaku tetap tak lantang
tubuhku masih diam dan remuk.

Aku sudah coba apa yang ku bisa
tapi misi belum selesai, belum bisa mengukir nama dalam nyawa
Aku sekarang terbaring, tinggal tulang berserakan terlucut debu
tapi adalah kepunyaanmu
kaulah yang sekarang menentukan nilai tulang-tulangku
atau arti jiwaku melangiti peradaban
atau tidak nutuk apa-apa
kaulah sekarang yang berkata, aku tidak lagi bisa berkata

Aku tidak tahu, aku sekarang mayat
terapit malam dan danau,
mendegap hati jika dada rasa hampa.

Kenang, kenanglah aku !
Teruskan, teruskan jiwaku !
menjaga bumimu
menjaga langitmu
berjagalah di garis batas pernyataan dan impian
bersemayamlah di ufuk sejarah dan harapan

kenang, kenanglah aku !
berikan aku arti
Yang tinggal tulang berserakan
Dan yang maju mendegap hati.

Surabaya, 4 Desember 2009 09.19am

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun