Mohon tunggu...
Ahmad Yasin Syafi'i
Ahmad Yasin Syafi'i Mohon Tunggu... -

Bismillah... Sedang berusaha mengelola hidup menjadi lebih indah, barokah dan manfaat. Ini hanya soal keberanian, maka hadapilah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perpisahan disuatu Senja Akhir Tahun

18 April 2010   09:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:44 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kepada : Sang Guru Pluralisme

 

Oleh : Ahmad Yasin Syafi’I

 

 

Berdiri aku di senja sunyi

Gagak mengakak memenuhi angkasa

Langit-langit jadi oranye, berpudaran

Mengalah matahari, memenangi malam

 

Angin pulang menepuk pepohonan

Berlari menuju gunung, memuncak sepi

Rumput dan batu tetap  bungkam, tak berkata

Aku tetap berdiri di senja itu

 

Sedang engkau hanya terbaring, terdiam dalam lamunan

Menatap langit yang mulai suram, terguyur cakrawala

Hampa terjalin dari matamu, jelas adanya

Pikirmu  pula tak berisi, hanya kosong

 

Guru,

Apa yang sedang merisaukanmu, saat ini?

 

Masih segar dalam benakku, tentang kisahmu

Ku kenal lewat bahasamu yang unik

Ucap katamu juga nyentrik, bisa pula aneh

Mengudara bebas dari hatimu, menjadi sangat lucu

Siratkan makan tak bertepi dan tinggi

 

Terasa kuat cengkraman tanganmu

Ada kehangatan, ada kepercayaan

Kepada mereka yang kau sayang

 

Matamu bagai nyalang elang

Tajam melihat mimpi, lembut dalam cinta

Membiasi ketakberdayaan, memantulkan kebebasan

 

Langkahmu kobarkan semangat

Pada pikir dan nurani yang rapuh

Membawa harapan nyata pada bangsa

Tentang arti kemerdekaan sejati

 

Guru,

Apa yang sedang engkau takutkan, sekarang?

 

Pikiranmu yang cerdas, tak bisa ku ulas

Wibawamu yang anggun, buat aku tertegun

Perjuanganmu istiqomah, jadikan aku kalah

Kasih sayangmu lembut, hilangkan mrengut

Lakumu yang kuat, bikin ku terpikat

Hatimu begitu indah, tak pernah bisa ku jamah

 

Aku bawakan bunga padamu, tapi kau bilang masih

Aku bawakan senyumku padamu, tapi kau bilang cukup

Aku bawakan darahku padamu, tapi kau bilang sudah

Aku bawakan mimpiku padamu, tapi kau bilang meski

Aku bawakan cintaku padamu, tapi kau bilang tapi

 

Seketika itu, engkau terbangun

Dan berkata : “gitu aja kok repot!”

 

 

 

Surabaya, 31 Desember 2009

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun