Dua daratan hijau terpisah
saling berpegang laut dan jembatan, menyatu
terpa angin menyamping, menembus kulit
awan mendung mengintip, mengawasi apa dibawahnya
langit mulai suram tampaknya, laut diam saja
terlalu bising, sampai tak bertuanKami masih menanti, tak tahu apa?
jalan hitam yang diramaikan
atau angin yang dihembuskan
Kami masih menanti, tapi apa?
kesetiaan tangan dan kaki
akan kebutuhan lahir batin
Pemuda bermata tajam yang cerdas
mimpinya menyeberangi batas
sorenya berwangi mimpi
ada disisi kami
kami masih menggerutu, terbaring
tak tahu apa nasib waktu...
Madura, 27 Nopember 2009
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H