Mohon tunggu...
Ya ShintaEka
Ya ShintaEka Mohon Tunggu... Guru - Kuliah

Hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan Inklusif dalam Film Taare Zameen Par dari Ketidak Pedulian Menuju Penghargaan

2 Juni 2024   07:00 Diperbarui: 2 Juni 2024   07:27 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

        Ketika berbicara mengenai Pendidikan banyak hal yang harus dibabahas dan dipahami mengenai pendidikan salah satunya pendidikan Inklusif ada beberapa film yang membahas Pendidikan salah satunya film Taare zameen par merupakan film drama India yang rilis tahun 2007. Film ini sangat cocok untuk ditonton oleh anak-anak dan keluarga karena film ini mengajarkan tentang komunikasi dan pendidikan yang baik. Film ini juga mengekplorasi kehidupan dan imajinasi Ishaan Nandkishore Awasthi, anak yang mengalami disleksia atau ketidakmampuan dalam memahami huruf dan angka dalam proses pembelajaran di sekolah. Alur yang digunakan dalam film ini meruapakan alur maju yang menceriatakan secara runtut mulai dari pengenalan cerita bagaimana keseharian dan karakter Ishaan. 

      Orang tua dan guru yang ada di sekolah menganggap Ishaan hanyalah siswa yang bodoh dan nakal. Mereka juga hanya memandang Ishaan sebagai siswa yang malas belajar dan maunya hanya bermain saja. Bagi Ishaan sekolah merupakan tempat yang menakutkan, karena disana Ishaan dijadikan bahan ejekan oleh guru dan teman-temanya atas ketidakmampuannya mengikuti pelajaran. Ishaan hanya tidak mampu membaca dan menulis saja karena adanya gangguan disleksia dengan perjuangannya di sistem Pendidikan yang kurang memahami kebutuhan khususnya, hal itu membuat dirinya tertinggal dari teman-temannya. Ketidakmampuannya Ishaan mengalami berbagai tekanan dari berbagai pihak diantaranya guru dan orangtuanya terutama ayahnya. 

        Akan tetapi orang-orang disekelilingnya guru dan orangtuanya tidak pernah mencoba untuk lebih memahami kesulitan yang dirasakan Ishaan dalam belajar. Setiap ujian Ishaan selalu gagal dan tidak mendapatkan nilai yang memuaskan, Ishaan merasa semua mata pelajaran baginya sulit semua, oleh karena itu Ishaan beberapa kali tidak naik kelas. Disamping itu Ishaan memiliki kelebihan yang tidaak dimilki oleh teman lainnya yaitu ishaan memiliki dunia internal (imajinasi) mengenai tempat-tempat magic yang penuh dengan warna dan dunia animasi yang bagus. 

       Hal itu sesuai dengan keahlian yang dimilikinya, Ishaan suka melukis dan memiliki keahlian dalam hal itu, jika dikembangkan Ishaan bisa menjadi pelukis yang handal. Sekolah yang Ishaan tempati kurang memperhatikan siswanya dan kurangnya pendekatan dengan siswa-siswanya sehingga guru-guru kurang tahu apa saja kesulitan yang dialami siswanya. Bahkan dalam hal ini Ishaan tidak mempunyai teman, Ishaan mendapatkan perlakuan tidak baik seperti, jika Ishaan sudah mencoba membaca tetapi salah tidak akan dihargai guru-gurunya, harusnya sebagai guru harus mendampinggi siswanya yang mengalami kesulitan. Sampai dikemudian hari Ishaan dipindahkan ke asrama pada pertengan semester, disitulah Ishaan bertemu dengan guru baru atau guru pengganti yang mengajar seni lukis berasal dari Selandia Baru yang kemudian guru tersebut tahu keaadaan Ishaan yang sebenarnya. Dengan demikian terdapat kegelisahan yang muncul terkait apakah film tersebut sudah menerapkan Pendidikan Inklusif dengan baik? Apa teori yang terikat dengan film tersebut? Mengingat pada saaat ini, Pendidikan Inklusif menjadi faktor penting dalam dunia Pendidikan harus diperhatikan untuk memberikan kesempatan yang sama.

      Apa yang dimaksud Pendidikan Inklusif itu? Bagaimana bisa dikatakan bahwa sekolah tersebut sudah menerapkan Pendidikan Inklusif? Pendidikan Inklusif merupakan sistem penyelenggaraan Pendidikan yang adil dan merata dalam memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pembelajaran atau pendidikan secara bersama-sama belajar dan berkembang dalam lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik pada umumnya. Dalam Film “Taare Zameen Par” pada awalnya di sekolah pertama pihak sekolah dan guru-guru kurang memahami tentang disleksia. Ishaan awalnya dianggap sebagai anak yang bodoh dan malas belajar karena nilai akademiknya yang buruk, tanpa ada upaya satupun dari guru bahkan orang tuanya yang bisa memahami kesulitan belajarnya. Bisa dikatakan dalam hal ini kurangnya pendekatan antara guru dan siswa sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Tidak seharusnya guru tiba-tiba menghakimi tanpa adanya pendekatan terlebih dahulu pada setiap siswa yang diajarnya. Peran guru dalam Pendidikan Inklusif sangatlah penting dalam menunanjang pembelajaran agar bisa diserap oleh semua siswa. Setelah mengalami kesulitan di sekolah pertama, lalu Ishaan dipindahkan ke asrama. Awalnya Ishaan mengalami ketakutan dan stress, akhirnya bertemu dengan guru yang membimbing Ishaan hingga bisa membaca dan menulis. 

      Namanya Ram Shankar Nikumbh merupakan guru pengganti untuk mata pelajaran seni lukis. Guru tersebut sangat paham terhadap kebutuhan yang Ishaan perlukan. Mengenalkan metode pengajaran yang disesuaikan dengan kondisi Ishaan merupakan upaya yang dilakukan guru dalam pemerataaan pendidikan agar tetap adil dan mereta sesuai dengan kebutuhannya masing-masing siswa tanpa adanya pembedaan. Selain belajar dilingkungan yang sama akan tetapi dalam hal ini perlu adanya bimbingan secara Individu agar lebih fokus dan mudah dalam penyampaian materi. Sekolah yang dikatakan bisa menerapakan Pendidikan Inklusif merupakan sekolah yang menyediakan akses dan fasilitas secara adil dan merata untuk siswa yang berkebutuhan khusus serta memperhatikan apa saja kebutuhannya, Memberikan kurikulum yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan Individu siswa tersebut disesuaikan dengan gaya belajar dan kemampuan masing-masing siswa, Menciptakan lingkungan sekolah yang ramah dan mendukung yang dimana semua siswa merasa dihargai, diterima dan merasa aman, Memberikan pendekatan pengajaran yang beragam dengan menggunakan metode pengajaran yang dapat membantu memenuhi kebutuhan semua siswa dengan penggunaan teknologi, Disediakannya Guru Konseling untuk mengarahkan dan memberikan dukungan untuk siswa. 

       Film “Taare Zameen Par” bisa dikatakan sudah menerapakan Pendidikan Inklusif dengan baik karena sudah memenuhi beberapa hal pokok yang menjadi landasan atau prisip dasar dalam menjalankan Pendidikan Inklusif. Diantaranya yang pertama yaitu, Ishaan mempunyai hak memperoleh pendidikan di lingkungan yang sama dengan siswa yang lainnya dan memiliki kesamaan kesempatan. Yang kedua Ishaan saat di asrama bertemu dengan teman sebangkunya yang bernama Rajan mengalami cacat kaki, akan tetapi asrama tersebut berhasil bersikap adil dan meratakan semua siswa bisa belajar dilingkungan yang sama. Yang ketiga dasar Pendidikan Inklusif bukanlah asimilasi, akan tetapi apresiasi terhadap perbedaan. Hal ini terbukti dengan Ishaan yang memperoleh tepuk tangan atas keberhasilannya dalam lomba melukis yang diadakan pihak sekolah. Ishaan berhasil menciptakan karya lukis yang Indah dan menarik untuk dilihat, mendapatkan sertifikat penghargaan serta menjadi model dalam buku tahunan sekolah. Terbukti dengan adanya itu dari ketidakpeduliaanya memiliki bakat melukis hingga bisa memperoleh penghargaan dengan diasahnya skill melukis tersebut. Yang keempat asrama yang dijadikan tempat Ishaan belajar merupakan pihak yang bertanggung jawab dengan menyediakannya kebutuhan peserta didik, walaupun dengan cara yang agak sulit dengan adanya upaya guru mata pelajaran seni lukis yang bernama Ram, membujuk kepala sekolah dan menyakinkan bahwa Ishaan dapat berubah dengan bantuannya serta jika pihak sekolah membantu menyediakan fasilitas yang memadai. Akhirnya berkat bantuan Ram dan pihak sekolah yang mendukung semua fasilitas yang diperlukan Ishaan menjadi anak yang pandai membaca dan menulis tidak hanya itu, Ishaan menjadi lebih mengembangkan bakaktnya dalam melukis.

       Adanya upaya yang dilakukan guru tersebut dengan cara observasi atau pengamatan yang mendalam terhadap kesulitan yang dialami Ishaan melalui pengamatan dengan menggamati tingkah laku Ishaan dalam kelas, kesehariaan yang dilakukan Ishaan serta mengamati hasil belajar Ishaan sepeti nilai tugas dan ujian yang pernah diperoleh Ishaan. Hal itu membuktikan bahwa perlu adanya pendekatan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, agar merasa aman dan nyaman dengan itu dapat memberikan solusi yang baik. Selain itu, adanya upaya dalam menyediakan fasilitas yang memadai merupakan hal yang pneting dengan menggunakan berbagai macam alat media belajar yang menarik serta menggunakan audiobook, hal ini terlihat ketika Ishaan belajar menggunakan buku serta mendengarkan rekaman suara sehingga Ishaan dapat mudah memahami isi bacaan sekalian melihat kata-kata yang didengarkan melalui rekaman suara dan mengadakan bimbingan untuk meninjau atau melatih sejauh mana Ishaan dapat menguasai menulis dan membaca. Hal ini sangatlah penting dalam menerapkan Pendidikan Inklusif karena agar tercipta pendidikan yang mereta dan agar semua siswa sama-sama bisa menguasai apa yang telah diajarkan oleh gurunya tanpa memandang latar belakang dari siswa tersebut. Justru perlu adanya dukungan lebih ekstra untuk anak yang mengalami kesulitan belajar.

     Film “Taare Zameen Par” mencerminkan beberapa teori sosiologi yang relavan, yang dapat dihubungkan dengan Sosiologi Pendidikan, salah satunya teori Interaksionisme Simbolik (George Herbert Mead) yang membahas tentang bagaimana Individu berinteraksi melalui simbol-simbol seperti bahasa, gerak tubuh dan tindakan dan membentuk makna melalui interaksi sehari-hari. Tori ini menekankan pentingnya Interpretasi dalam membentuk perilaku dan Indentitas Individu. Dalam Film ini, Interaksi antara Ishaan dan guru seni lukis yang bernama Ram menujukkan bagaimana pendekatan yang empatik dan Interaksi positif yang terjadi antara Ram dengan Ishaan sehingga bisa mengubah persepsi diri dan motivasi siswa dalam belajar lebih giat. Oleh karena itu dalam Sosiologi Pendidikan menekankan pentingnya Interaksi yang membangun dan mendukung antara guru dan siswa. Bahasa dan komunikasi adalah simbol penting dalam teori Interaksi simbolik. Ram menggunakan bahasa yang mendukung dalam interaksinnya dengan Ishaan, dengan adanya hal itu membantu Ishaan merasa diterima dan dihargai. Seperti karya seni yang dihasilkan Ishaan menjadi media penting dalam komunikasi antara Ram dengan Ishaan dengan adanya itu menjadi jembatan dalam mengekspresikan dirinya sehinga memperoleh pengakuan yang dapat membantu membangun kembali rasa percaya dirinya. 

     Setelah bertemu dengan Ram interaksi simbolik antara Ishaan dan lingkungannya juga mulai berubah, mulai dari cara Ishaan memandang dirinya sendiri dan juga mengubah cara pandang teman-temannya dan keluargannya. Terdapat juga teori Labeling yang membahas bagaimana pelabelan lingkungan sekolah dan keluarga yang dialami Ishaan dapat mempengaruhi perkembangan belajarnya selain itu juga dapat mempengaruhi identitas dan perilaku Ishaan. Dalam film tersebut Ishaan dilabeli sebagai siswa yang bodoh dan malas belajar oleh guru, teman-temannya bahkan orang tuannya. Labeling ini berdampak negatif pada harga diri dan motivasinya yang mengakibatkan Ishaan tidak percaya diri dan menjadi pribadi yang tertutup sehingga hal itu berdampak pada partisipasinnya dalam kegiatan sekolah menjadi pendiam jarang komunikasi. Kehadiran Ram membawa lebel tersendiri untuk Ishaan, Ram melihat potensi dan bakat yang dipunyai Ishaan dan mulai memberinya label yang positif yaitu siswa yang berbakat dan unik. Dalam dunia pendidikan disleksia harus diperhatikan guru-guru maupun para orang tua harus memahami disleksia serta memeberikan dukungan dan motivasi yang diperlukan. Hal ini dapat mengubah label yang tidak baik menjadi baik. 

     Film “Taare Zameen Par” memberikan gambaran dan pesan yang mendalam tentang pentingnya Pendidikan Inkusif yang menghargai dan mendukung semua siswa agar terus berkembang, termasuk mereka yang mengalami ganguan disleksia. Siswa yang mengalami disleksia harus diperhatikan dan memahami kebutuhan yang mereka perlukan. Pentingnya pengakuan guru dan orang tua terhadap siswa yang mengalami ganguan disleksia, sebagai langkah awal dalam memahami kebutuhannya serta terus memberinya dukungan. Dengan adanya dukungan dan metode pengajaran yang adaptif setidaknya siswa yang mengalami disleksia akan merasa diterima dan dihargai sehingga mereka lebih semangat dalam melawan rasa takunya dan dapat berkembang dalam mencapai potensinya. Dimulai dari Ishaan yang mengalami ganguan disleksia berkat bantuan Ram akhirnya Ishaan bisa membaca dan menulis dengan lancar semua butuh proses dan perjuangan, dari ketidakpedulian menuju penghargaan, mulai dari orang tua Ishaan yang tidak peduli dan tidak percaya kalau anaknnya mengalami disleksia hingga pada akhirnya bisa memperoleh penghargaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun