Mohon tunggu...
Yashifa Awaliyah
Yashifa Awaliyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Saya adalah seorang mahasiswa prodi Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pierre Bourdieu: Praksis Sosial

2 November 2022   13:29 Diperbarui: 2 November 2022   13:35 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pierre Bourdieu (sumber : thought.com)

Pierre Bourdieu adalah seorang filusuf dari Prancis. Ia lahir pada tanggal 1 Agustus 1930 di Prancis dan wafat pada tanggal 23 Januari 2002 di Paris, Prancis. Selama hidupnya, Bourdie menulis beberapa karya besar seperti "Distinction" dan "A Social Critique of The Jugement of Taste". lmu dan pemikiran dari Bourdie kerapkali disebut Sosiologi Kritis atau Genetik Struktural. Dan dalam artikel ini kita akan membahas mengenai beberapa pemikiran Bourdie, yaitu :

Praksis Sosial

Praksis sosial ialah suatu implementasi dari suatu teori dan lebih dekat pada praktik. Bagi Bourdieu, praksis sosial adalah hasil dialektika yang terjadi antara internalisasi eksterior (individu menyerap/menginternalisasi sesuatu yang ada di sekelilingnya) dan eksternalisasi interior (individu mengungkapkan sesuatu yang sudah terinternalisasi atau mengungkapkan  hasil persepsi dan pemahamannya dalam perilaku serta perbuatan dalam berinteraksi). Jadi nanti, apa yang individu serap dari sekitarnya akan ia keluarkan lagi dengan cara mengekspresikannya.

Kemudian aspek yang membentuk dunia di dalam diri individu (aspek interior) itu dibentuk oleh habitus. Habitus di sini ialah nilai, benar-salah, pola hidup, dan lainnya yang tercipta melalui proses sosialisai yang lama, sampai akhirnya dijadikan bagian dari diri dan menjadi pandangan oleh individu. Lalu dalam membangun habitus terdapat faktor yang mempengaruhi yaitu capital (modal), yang mana modal terbagi menjadi empat kategori yaitu modal ekonomi (uang), modal sosial (relasi, hubungan), modal budaya (status, etiket), dan modal simbolik (merek laptop, hp, gelar). Selain itu, terdapat pula aspek dunia luar (eksterior) yang diinternalisasikan dan menjadi sasaran eksternalisasi, aspek itu adalah arena. Jadi, siapa pun yang habitusnya paling tepat, kapital (modal) paling banyak, dan arenanya paling sesuai. Maka nantinya orang itulah yang akan menang di dunia sosial.

Praksis = Habitus + Capital (Modal) + Arena

Dominasi Simbolik dan Doxa

Dalam praktiknya, habitus, capital, dan arena itu akan melahirkan dominasi simbolik. Menurut Bourdieu, lahirnya sebuah nilai itu terjadi melalui proses dominasi simbolik. Nah, dominasi simbolik ialah nilai/aturan dari lingkungan sekitar yang ditransferkan kepada individu jika dirinya ingin jadi 'individu yang baik'. Lalu yang seringkali melakukan dominasi simbolik ini adalah orang-orang atau golongan yang memiliki kuasa dan otoritas. Kemudian nantinya, puncak dari dominasi simbolik ini akan melahirkan doxa. 

Doxa adalah pandangan orang yang mempunyai kuasa/otoritas yang dianggap benar oleh semua masyarakat. Kata lainnya, doxa ialah pandangan penguasa yang dianggap sebagai pandangan semua masyarakat. Jadi tidak jarang para penguasa memanfaatkan doxa tersebut untuk memperkokoh kekuasaannya dan masyarakat seringkali juga tidak sadar bahwa mereka sedang dipaksa dan dihegomoni oleh para penguasa. Selain itu, Bourdieu juga mengungkapkan bahwa doxa dan dominasi simbolik itu masuk melalui bahasa (baik verbal maupun tidak). Dan perlu kita tahu kalau bahasa sesungguhnya tidak netral, karena bahasa itu terkandung suatu dominasi simbolik bahkan juga terdapat struktur kekuasaan yang bermain di dalamnya.

Pemikiran Bourdieu : Sociology of Education

Dalam pandangan Bourdieu, pendidikan di masyarakat dikenal sebagai sebuah proses untuk melanggengkan dominasi sosial. Oleh sebab itu, pendidikan tidak jarang dijadikan alat untuk melanggengkan kelas sosial. Jadi, kelas-kelas di masyarakat yang mempunyai nilai paling tinggi akan tetap dipegang dan dikuasai oleh kelompok yang mempunyai otoritas dan makna. Hal itu, terjadi dikarenakan kelas-kelas atas mempunyai habitus, capital, dan arena yang mereka kuasai dan sudah sesuai untuk mereka.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun