Monumen Pers Nasional merupakan salah satu bangunan sejarah di solo yang berhubungan dengan pers yang masih berdiri hingga sekarang. Monumen Pers Nasional ini berada di Jl. Gajah Mada No.76, Timuran, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Sebelum menjadi Monumen Pers Nasional dikenal sebagai Museum Pers Nasional yang diganti atas usulan  PWI cabang Surakarta pada tahun 1973. Sekarang ini  lahan dan bangunan Monumen Pers Nasional sudah disumbangkan ke pemerintah untuk menjaga dan merawat keberlanjutan dari warisan yang terdapat di dalam Monumen tersebut.
Monumen Pers Nasional merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal untuk belajar sejarah pers. Bangunan ini dibuka setiap hari, kecuali hari libur nasional, untuk umum sehingga siapa saja bisa datang untuk melihat dan belajar tentang perkembangan pers Indonesia dari zaman sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Tiket masuk ke dalam Monumen Pers Nasional tidak dipungut biaya sepeserpun atau gratis dan hanya perlu mengisi buku tamu sebelum masuk sehingga semuanya boleh untuk berkunjung. Selain itu, jika kalian datang secara berkelompok, kita bisa meminta untuk dipandu oleh pemandu museum dengan waktu kunjungan maksimal 90 menit. Namun dengan catatan, sebelum kunjungan kita harus mengisi form reservasi dilengkapi dengan surat kunjungan jika dari suatu instansi.
Di Monumen Pers Nasional, kita bisa melihat banyak koleksi sejarah terkait pers yang menceritakan bagaimana sejarah pers di dunia dan di Indonesia dari zaman sebelum kemerdekaan hingga sekarang. Salah satu bukti fisik perjalanan pers Indonesia yang menjadi koleksi di Monumen tersebut adalah surat kabar atau koran dari para pejuang kemerdekaan yang masih dalam bentuk aslinya. Surat kabar yang telah lama umurnya ini disimpan dan dirawat supaya tetap awet. Surat kabar tersebut juga kemudian dimasukkan ke dalam koleksi epaper milik Monumen Pers Nasional yang dapat diakses oleh masyarakat umum melalui websitenya.Â
Selain koleksi berupa surat kabar atau koran, di Monumen Pers Nasional terdapat pemancar radio kuno yang terkenal sebagai pemancar radio kambing.  Pemancar ini digunakan untuk menyiarkan menyiarkan kemerdekaan Indonesia yang dilakukan di kandang kambing untuk menyembunyikan alat tersebut dari Belanda karena mereka berpikir radio merupakan salah satu alat propaganda yang cukup manjur. Kita juga bisa melihat para tokoh-tokoh pers nasional serta perjuangan mereka melalui pers, perangkat radio, mesin tik, kamera dari zaman dahulu, dan koleksi koran serta majalah dari tahun ke tahun sampai sekarang. Terdapat juga perpustakaan yang dapat dikunjungi dan dimanfaatkan oleh khalayak umum. Sehingga dari yang disebutkan di atas, Monumen Pers Nasional dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan dan sebagai pengingat bagaimana pers juga menjadi bagian dari masyarakat dan pemerintah dalam berjalannya suatu negara serta dapat menjadi alternatif destinasi wisata jika kalian sedang berwisata di Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H