Mohon tunggu...
Yaser Ace
Yaser Ace Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pass | Blogger | Traveler | Entrepreneur | Pontianak - rumah maya di http://yaserace.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Man of The Year 2012: Jokowi

25 Desember 2012   08:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:04 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13564239441492887153

Saat mengetik ini, saya baru sadar, sudah sekian lama tidak bertandang secara terbuka ke Kompasiana. Biasanya main belakang. Diam-diam. Silent reader. :)

Dan kini, setelah menyepi di tengah hiruk pikuk Kompasiana, akhirnya saya memaksakan menulis sosok yang menjadi media darling 2002 versi online-offline: Jokowi. Sosok yang tak asing meski tak pernah bertegur sapa. Dialah sosok “Man of the Year 2012” versi media online-offline. (Sosial) media darling setahun terakhir. Sebelumnya, tidak sah rasanya bila saya tidak memverifikasinya. Meski secara amatiran, tidak menggunakan tool survey berbayar, namun saya yakini kebenarannya. Anda pun semoga demikian. Dan, jawaban itu saya dapatkan dari Google.

sumber: Google Melalui tracking topik yang dicari pengguna internet di Indonesia, Google menempatkan Jokowi di atas artis top lainnya. Mengalahkan popularitas artis tentu tak mudah bagi para politikus yang terlanjur menjadi public enemy dengan Hambalang dan Century-nya. Buktinya, selain Jokowi, tidak ada politikus yang nyempil di lima besar. Selengkapnya bisa dilihat dari skrinsot di atas. Setidaknya saya melihat ada beberapa aspek yang membuat figur Jokowi demikian dirindukan publik. Pemasar Politik yang Otentik Pada malam penganugerahan Marketeer of the Year, Jokowi mengakui bahwa ilmu pemasaran telah mendarah dan mendaging dalam tubuhnya. Dia menerapkannya jauh sebelum terjun ke politik, tepatnya saat menjadi pengusaha. "Intinya, marketing politik dan marketing yang lain itu sama saja. Bagaimana soal positioning-nya, bagaimana diferensiasinya. Begitu juga dengan personal brand-nya," tutur Jokowi di acara Markplus Conference 2013, Jakarta. Yang beda, Jokowi mengaplikasikan teori itu tanpa kepalsuan. Pemasarannya menjadi otentik karena tidak dibuat-buat. Tidak satu-dua hari prosesnya. Bilangan tahun telah menguji otentisitas dirinya yang selalu berorientasi kepada masyarakat kecil. Telah berurat berakar. Dia menuturkan, pengalaman blusukannya didapat karena pernah 3 tahun menjadi sales. 'Door to door' bukanlah aktifitas yang aneh baginya. Saya dengan berani mengklaim bahwa saat ini berakhirlah era pencitraan ala masa lalu menuju era blusukan ala Jokowi. Lewat berbagai gebrakannya, Jokowi berhasil membangun Solo: Perijinan beres lewat pendekatan satu atap; Pengusaha kecil tenang tanpa penggusuran; Suara rakyat didengar langsung; Kesehatan dan pendidikan ditanggung. Dan berikutnya, Jakarta memberi kesempatan Jokowi. Mampukah? Ada Wanita Kuat di Baliknya Sisi ini yang jarang diangkat. Dari diskusi kecil dengan istri, saya mengambil kesimpulan, di balik kesuksesan seorang pria pasti ada sosok wanita kuat di belakangnya. Sebaliknya di balik keruntuhan pria, ada wanita gagal di baliknya. Fenomena ini tergambar ketika kita melihat betapa menggilanya para wanita menggelontorkan uang hasil jerih payah korupsi suaminya. Untuk tingkat lokal, saya sering melihat para istri pejabat lebih berkuasa dari suaminya—lebih berkuasa menghabiskan duit rakyat. Bagaimana dengan istri Jokowi? Hingga saat tulisan ini anda baca, saya tidak mendengar, membaca dan melihat satu pun berita negatif tentangnya. Yang saya ingat adalah dia merias sendiri dan memilih mengenakan kebaya bekas saat Jokowi dilantik menjadi Gubernur DKI. Amat sulit berprasangka nyeleneh kepada Ny. Jokowi yang sesederhana ini. Setidaknya ada dua hal tersebut sependek ingatan saya. Meski pantas, saya tak ingin berlebihan memujinya. Karena semua yang dilakukannya adalah hal yang biasa, hanya waktunya yang luar biasa tepat—saat rakyat berada di puncak kemuakan pada politikus korup, birokrat bobrok dan mafia peradilan. Selamat mas Jokowi, anda layak kebanjiran pujian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun