Mohon tunggu...
Yaz Teera
Yaz Teera Mohon Tunggu... -

football lover....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Liga Thailand, Memanfaatkan Film Box Office untuk Promosi

9 Mei 2012   12:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:30 1011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="550" caption="ATM Er Rak Error (2011)"][/caption] Tahukah anda aspek apakah di liga kita yang dinilai AFC paling lemah? Menurut laporan verifikasi AFC tahun 2011, bagian marketing & promotion menempati peringkat paling buncit, dengan nilai 3,3 dari maksimal 50. Lalu bagaimana dengan saingan terdekat kita, Liga Thailand? Mereka mendapat nilai maksimal, 50! Artinya, mereka memiliki strategi marketing & promotion yang sangat jauh lebih baik dari liga kita. Apa saja yang menjadi poin penilaian untuk salah satu aspek verifikasi ini? Ada 3 poin, yaitu liga harus memiliki sistem pemasaran yang terpusat, meliputi elemen seperti media rights, sponsorship, dan merchandise; liga juga harus memiliki strategi promosi; dan liga harus memiliki media publikasi seperti buku pedoman liga, program selama pertandingan, dan website. Jika saya mengintip semua aspek itu, memang semua komponen mereka memilikinya. Pihak operator liga, Thai Premier League Ltd, bekerjasama dengan Siam Sport Syndicate, memang sangat profesional dalam pengelolaan liga. Ada satu hal yang saya rasa cukup menarik dan saya temukan bukan saat saya melihat sepakbola Thailand atau membaca berita olahraga setempat: Film Box Office. Di Indonesia, film Thailand mulai banyak digemari, terlihat di Blitz Megaplex film mereka mulai menghiasi jadwal tayang. Dan entah karena begitu fanatiknya mereka terhadap liga lokal atau memang merupakan bentuk kerja sama antara liga dan produser film, dua film Thailand yang cukup laris, A Crazy Little Thing Called Love dan juga ATM Er Rak Error menampilkan klub-klub liga lokal dalam alur cerita masing-masing film. Diawali dari A Crazy Little Thing Called Love. Film ini dirilis tahun 2010, bergenre komedi dan tokoh utamanya yaitu Shone yang diperankan Mario Maurer. Dalam film ini, Shone diceritakan sebagai anak mantan pesepakbola yang di akhir cerita kemudian dikontrak oleh klub Bangkok Glass FC. Meskipun bukan menjadi cerita inti, namun keberadaan plot saat pelatih dan manager Bangkok Glass mengunjungi ayahnya dan menawarkan kontrak bagi Shone setidaknya menjadikan banyak orang tentunya ingin mengetahui lebih jauh tentang klub tersebut. Film kedua, ATM Er Rak Error justru lebih masif menampilkan Thai Premier League sebagai cerita inti. Berawal dari dua petugas ATM yang harus menyelesaikan tugasnya mengupdate software di sebuah ATM serta di sisi lain mereka ingin menyaksikan pertandingan klub kesayangannya Buriram yang sedang bertandang ke Chonburi. Saat sedang dikejar waktu menyaksikan langsung pertandingan, yang kebetulan dilangsungkan di Chonburi Stadium, tak jauh dari ATM tempat mereka bertugas, mereka dihadapkan pada ketidaksesuaian antara manual dan alat. Mereka pun hanya menebak-nebak pilihan software yang akhirnya ternyata salah. ATM yang tanpa mereka sadari telah error itu pun ditinggalkan dan pergilah mereka ke stadion. Saat seorang anak mendapati bahwa ATM tersebut mengeluarkan jumlah 2 kali lipat dari nominal yang ia tarik, maka ia pun menelepon temannya di stadion, yang secara tidak sengaja membuat seisi stadion kemudian berlomba pergi ke ATM yang sedang malfungsi tersebut. Babak kedua pun dimulai tanpa penonton :-) Perkembangan Liga Thailand memang jika boleh saya simpulkan tidak mungkin bisa terkejar lagi dalam waktu dekat oleh negara kita, meskipun kita memiliki 2 liga yang mengaku profesional. Dukungan pihak lain, dalam hal ini salah satunya produser film, yang menyisipkan cerita tentang sepakbola mereka setidaknya telah menjadi metode promosi yang sangat jitu. Banyak orang yang tidak mengenal liga Thailand setidaknya sudah mendengar Bangkok Glass, Buriram, dan Chonburi. Tidak menutup kemungkinan di tahun-tahun berikutnya masih ada film yang menjadikan liga lokal sebagai salah satu plotnya. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sepakbola lebih banyak muncul di infotainment dan berita. Masih sedikit yang menjadikan sepakbola lokal indonesia secara nyata menjadi bagian dari film.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun