Mohon tunggu...
Yustiara ZuhairaAqiela
Yustiara ZuhairaAqiela Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Raden Mas Said Surakarta

Mahasiswi konseling yang hobinya coret-coret🌸✨

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bolehkah Mencari Figur Ayah dalam Pasangan?

2 Juni 2024   09:55 Diperbarui: 2 Juni 2024   14:04 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Dunia memperingati hari ayah pada tanggal 18 Juni yang kita bisa ketahui bahwa Indonesia menjadi peringkat ke 3 sebagai fatherless country. Melansir dari data UNICEF tahun 2021 sekitar 20,9% anak di Indonesia tidak mendapatkan figur ayah. Kebanyakan dari kita tau bahwa gambaran umum dari sosok ayah adalah orang yang bertanggung jawab, pekerja keras, bijaksana, penyayang, pelindung dan menjadi cinta pertama bagi anak perempuan. Namun sayangnya, tidak semua anak perempuan mendapatkan kasih sayang dan peran ayah.

Bagaimana jika mereka di tinggal ayah dari umur mereka masih belia? Bagaimana nasib perempuan yang tidak mendapatkan peran ayah karena ayahnya sibuk bekerja? Atau malah mereka mendapatkan kekerasan dari ayah mereka sendiri?

Ketika pertanyaan-pertanyaan timbul dari seorang perempuan yang kehilangan figur ayahnya mereka seringkali ingin mencari peran ayah yang hilang ketika ia sedang bersama pasangannya. Mereka ingin mendapatkan perhatian, kasih sayang, waktu, teman untuk berbagi kisah dan bahkan sosok yang dapat mencukupi kebutuhan finansialnya.

Perempuan yang kurang mendapatkan perhatian dari ayahnya mereka cenderung bergantung dengan pasangan. Hal ini dapat di ketahui dari orang-orang di sekitar penulis karena kebanyakan dari mereka merasa bahwa pasangannya itu selalu dapat di andalkan. Pasangannya akan memberikan perhatian, kasih sayang bahkan kecukupan finansial. Akan tetapi jarang jika seorang laki-laki memberikan sesuatu itu dengan cuma-cuma biasanya mereka meminta imbalan dari apa yang mereka berikan. Imbalan itu bisa berupa perhatian,kasih sayang yang sama dan ada hal tidak pantas yang ingin mereka dapatkan  yaitu tubuh pasangannya.

Sekalipun mereka adalah orang yang memiliki ilmu, laki-laki tetaplah laki-laki yang tergila-gila akan perempuan. Merujuk pada hadis Rasulullah yang berbunyi :  Usamah bin Zaid berkata, Rasulullah saw bersabda: “Sepeninggalku, tidak ada (sumber) bencana yang lebih besar bagi laki-laki selain dari pada wanita.” (Hadis Shahih riwayat Bukhari dan Muslim).

Perempuan yang telah kehilangan dirinya karena terlalu bergantung dan merasa aman dengan pasangannya pasti juga tidak akan segan memberikan tubuhnya. karena mereka menganggap pasangannya adalah dunianya. Beda lagi jika perempuan itu memiliki batasan-batasan dan prinsip yang cukup kuat sehingga tidak terkena jebakan bujuk rayu pria dan hal ini sangat beresiko pada pergaulan bebas. Pergaulan bebas ini yang akan mengakibatkan kehamilan di luar pernikahan dan kehancuran masa depan bagi perempuan itu sendiri. 


Lantas, bolehkah mencari peran ayah di dalam diri pasangan?

Menggantikan figur ayah di dalam diri pasangan dapat menghilangkan indetitas diri sendiri. Kehilangan arah, tidak mengenal diri sendiri, atau bahkan kehilangan jati diri bisa saja terjadi. Mencoba mencari sosok ayah dalam diri pasangan merupakan sebuah solusi yang tidak sehat karena bisa saja menyebabkan harapan yang tidak realistis terhadap pasangan dan ketergantungan emosional yang tidak seimbang. Sebelum menjalin hubungan dengan seseorang lebih baik fokus untuk proses penyembuhan dan menemukan cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi dengan cara mengembangkan minat bakat, fokus untuk mengenali diri sendiri. Sibukkan dengan kegiatan yang positif seperti mengikuti kegiatan volunteer, organisasi,komunitas yang menyangkut hobi dan juga membuat pondasi prinsip serta batasan yang tegas dengan lawan jenis agar diri tidak terjatuh pada seseorang yang salah.

 Nah, Jika dirasa sudah siap untuk menjalin hubungan carilah pasangan yang dapat menjadi partner yang sejajar dan bukan mengisi kekosongan tertentu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun