"Perbedaan itu bukan alasan untuk terpecah, tetapi justru modal untuk bersatu."
B.J. Habibie
Berangkat nan jauh ke luar kota. Membayangkan kehidupan berbeda. Saya pergi bersama kawan sejawat. Menuju tempat yang tak dekat. Dari menteng raya, kami pergi menuju lido. Daerah indah, hijau, dan asri.Â
Di sana, saya berjumpa dengan mereka. Para penjaga warisan Al-Quran. Para tahfidz, Santri, dan Ustadz. Tampaknya kami sama, sama-sama bagian dari Indonesia, sama-sama manusia.
Bergegaslah kami mengambil tas dari bus, kendaraaan kami. Menggunakan seragam yang tampak asing di sana. Kami bertemu mereka. Seketika, kami enggan, ragu, dan tidak menyapa. Pelan-pelan kami menyapa. Berkenalan, berbicara, suasana menjadi cair dalam sekejap. Memang kita tidak berbeda, sama-sama remaja, dan sama-sama penuh cinta.
Perjumpaan dengan Perbedaan
Berasal dari titik awal yang berseberangan, Bukan berarti dalam sebuah garis kita tidak saling bertemu. Gradien yang berbeda memungkinkan dua persamaan bertemu dalam satu atau bahkan dua dan tiga titik. Perjumpaan ini mencerminkan titik temu yang jelas.Â
Titik temu di mana kita memiliki persamaan visi mengenai dialog dan interaksi antar agama. Ya, kita semua menginginkan persatuan diatas segalanya. Dalam kata lain, toleransi merupakan hubungan yang terjadi secara mutual. Toleransi adalah salah satu bentuk apresiasi atas perbedaan masing-masing.
Dalam kata-kata kyai Muhammad Yazid Dimyati, pimpinan pesantren Daarul Uluum Lido menyatakan bahwa program ini adalah dalam ranah pendidikan. Artinya, Kolese Kanisius bersama Daarul Uluum Lido ingin memberikan wawasan luas kepada para peserta didiknya akan kekayaan keberagaman yang kita miliki.
Perjumpaan keberagamaan ini menarik. Selama acara pertama kami saling melirik, bukan karena perasaan iri, melainkan wajah-wajah yang antusias untuk berkenalan. Kami berjabat tangan, tersenyum, dan meneruskan dengan kisah-kisah perbedaan masing-masing. Nyatanya, setelah lama bercerita, saya sadar bahwa banyak sekali perbedaan mereka yang begitu indah.