Mohon tunggu...
Yarnis Sikumbang
Yarnis Sikumbang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Political Communication Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menilik Marketing Politik pada Pilkada 2024 di Kabupaten Berau

7 Januari 2025   14:26 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:20 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Brosur Kampanye MPAW (Sumber: Instagram MPAW)

Marketing politik merupakan strategi komunikasi yang digunakan dalam mempengaruhi opini publik dan memenangkan dukungan politik. Pada dasarnya, marketing politik merupakan upaya dalam memasarkan ide, kandidat, atau kebijakan dengan cara yang persuasif, terorganisir, dan efisien. Proses tersebut tidak hanya melibatkan teknik-teknik promosi, tetapi juga mencakup perencanaan strategis untuk memahami demografi dan psikografi pemilih. Proses ini dimulai dengan pemahaman terhadap masyarakat dalam hal ini sebagai calon pemilih yang akan dijangkau. Pemahaman tersebut meliputi identifikasi kebutuhan, harapan, dan preferensi pemilih, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan mereka, seperti kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. Potret Pilkada 2024 di Indonesia, marketing politik menjadi salah satu aspek penting dalam menentukan keberhasilan kandidat untuk memenangkan konstentasi pemilihan kepala daerah. Tujuan dari penulisan artikel ini selain untuk menyelesaikan Mata Kuliah Political Marketing Program Studi Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Jakarta, juga untuk untuk menganalisis dan mendalami praktek marketing politik yang diterapkan dalam Pilkada 2024, khususnya di Kabupaten Berau. Melalui artikel ini, penulis berusaha mengidentifikasi berbagai strategi yang digunakan oleh calon kepala daerah dalam menyampaikan pesan politik kepada masyarakat serta tantangan yang mereka hadapi dalam proses kampanye. Dalam penulisan ini, penulis menggali berbagai aspek yang terkait dengan marketing politik, termasuk penggunaan media sosial, pengaruh influencer, serta pentingnya branding kandidat dalam membangun citra di mata pemilih. Selain itu, artikel ini juga mencakup tantangan-tantangan yang muncul, seperti penyebaran hoaks dan polarisasi politik, yang dapat mempengaruhi jalannya pilkada.

Pilkada serentak 2024 merupakan momen penting dalam demokrasi Indonesia. Dengan melibatkan ratusan daerah, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota, kontestasi politik pada saat Pilkada menjadi situasi pertarungan sengit bagi para konstentan. Dalam upaya menarik perhatian dan dukungan dari masyarakat, para kandidat bersama tim sukses menggunakan berbagai bentuk marketing politik yang mereka tetapkan sebagai langkah inovatif dan strategis. Para kandidat menggunakan data demografis dan analisis perilaku pemilih untuk merancang kampanye yang lebih efektif. Dengan memetakan kebutuhan dan preferensi pemilih di berbagai wilayah, mereka menyusun program kerja yang lebih relevan dan menarik bagi masyarakat. Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Berau periode 2024 sd 2029 diramaikan dengan dua pasang kandidat calon bupati dan wakil bupati. Calon pertama merupakan seorang petahana yakni Hj. Sri Juniarsi Mas, M.Pd. bersama H. Gamalis, S.E. dengan nomor urut dua sedang calon kedua merupakan ‘pendatang baru’ yakni Madri Pani, S.E. bersama Ir. H. Agus Wahyudi, M.M dengan nomor urut 1. Baik pasangan petahana maupun calon pasangan yang lain memainkan strategi marketing dengan metode tradisional dan digital. 

Foto Brosur Kampanye SRAGAM (Sumber: Instagram SRAGAM)
Foto Brosur Kampanye SRAGAM (Sumber: Instagram SRAGAM)

Pemanfaatan Platform Digital

Kemajuan teknologi telah mengubah cara kampanye politik dilakukan. Media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan TikTok menjadi alat utama untuk menjangkau pemilih, khususnya generasi muda. Strategi yang diterapkan dalam kampanye digital yang dilakukan oleh para calon bupati Berau 2024 yakni pembuatan video pendek, infografis, dan meme yang menarik serta menggunakan iklan yang memiliki target untuk menjangkau segmen pemilih tertentu berdasarkan demografi dan lokasi. Para kandidat memanfaatkan media sosial untuk menyampaikan program-program unggulan mereka. Platform seperti Facebook dan Instagram menjadi pilihan utama karena tingkat penggunaannya yang tinggi di daerah ini. Konten yang sering digunakan meliputi video pendek tentang proyek infrastruktur, janji kampanye, serta interaksi kandidat dengan masyarakat lokal. Selain itu kampanye digital tidak hanya digunakan untuk menyampaikan visi dan misi, tetapi juga untuk merespons isu-isu lokal yang sensitif. Kandidat kerap mengadakan sesi tanya jawab secara langsung melalui media sosial, memberikan pemilih kesempatan untuk berbicara langsung dengan mereka. Strategi ini meningkatkan dan memperkuat hubungan emosional antara pemilih dengan calon kepala daerah nantinya.

Para cabup dan cawabup juga memanfaatkan hashtag untuk meningkatkan visibilitas dan viralitas pesan politik. Jargon yang melekat hingga pilkada selesai dari Cabup Nomor Urut Satu yakni #MPAW dan #MENYALAABANGKU sedangkan Cabup Nomor Urut Dua yakni #SRAGAM dan #TUNTASKANdanLANJUTKAN. Hashtag ini digunakan untuk memperkuat citra kampanye dan memudahkan pemilih dalam mengidentifikasi dan mengikuti perkembangan kampanye masing-masing calon. Melalui penggunaan hashtag, setiap unggahan di media sosial yang menggunakan tagar tersebut dapat dengan mudah ditemukan dan dibagikan oleh para pendukung, yang memperluas jangkauan pesan politik calon. Penggunaan hashtag juga berfungsi sebagai alat untuk membangun narasi dan mempengaruhi persepsi publik terhadap kandidat. Misalnya, hashtag #MPAW yang digunakan oleh Cabup Nomor Urut Satu bertujuan untuk menunjukkan komitmen calon terhadap masyarakat dan program-program unggulannya, sementara #MENYALAABANGKU lebih menekankan pada semangat perubahan dan energi baru dalam kepemimpinan. Di sisi lain, hashtag #SRAGAM dan #TUNTASKANdanLANJUTKAN dari Cabup Nomor Urut Dua lebih mengarah pada konsistensi dan keberlanjutan program yang telah dijalankan, menciptakan kesan stabilitas dan kontinuitas dalam pembangunan daerah. Kampanye dengan hashtag memungkinkan para calon untuk berinteraksi langsung dengan pemilih melalui kolaborasi dengan netizen, sehingga terbangun komunikasi dua arah yang memperkuat hubungan antara kandidat dan masyarakat. Melalui strategi ini, para calon berharap dapat meningkatkan partisipasi pemilih, terutama di kalangan anak muda yang aktif di dunia maya.


Kampanye Tradisional

Meskipun teknologi digital semakin dominan, pendekatan tradisional seperti kampanye door-to-door dan sosialisasi bersama tetap relevan dan juga dijalankan. Strategi ini memungkinkan kandidat melakukan interaksi secara langsung bersama masyarakat baik itu mendengar keluhan mereka serta membangun hubungan emosional. Kandidat dan tim sukses dengan bersama-sama mengunjungi rumah-rumah warga untuk berdialog langsung dan mendengarkan aspirasi mereka. Strategi ini efektif untuk membangun kepercayaan, terutama di kalangan masyarakat wilayah pesisir dan wilayah kampung yang memiliki akses terbatas terhadap media digital. Pada kampanye door-to-door, para Cabup bersama tim sukses membawa materi kampanye seperti brosur dan kalender yang mencantumkan program kerja mereka serta membawa souvenir untuk membangun citra positif sekaligus membantu branding politik. Interaksi langsung ini menciptakan pengalaman personal yang tidak bisa dilakukan melalui media digital semata. Dengan kondisi daerah dengan keindahan alam yang dan sumberdaya alam yang kaya, isu pariwisata menjadi salah satu materi dalam kampanye politik di Berau. Kandidat sering menyinggung mengenai pengembangan wilayah wisata baik dari akomodasi, transportasi dan membangun sumber daya manusia sebagai upaya nyata meningkatkan gairah wisata. Namun baik nomor urut satu maupun nomor urut dua tidak memberikan atau membeberkan mengenai program kerja dalam mengatasi pertambangan illegal yang terjadi di Kabupaten Berau padahal isu lingkungan tambang illegal adalah hal yang dampak negative nya langsung dirasakan masyarakat namun tidak ada calon bupati yang berani mengangkat isu tersebut. Padahal isu mengenai kelestarian lingkungan bisa menarik perhatian pemilih muda yang peduli terhadap isu keberlanjutan.

Pada Pilkada 2024 di Kabupaten Berau, branding kandidat turut memanfaatkan identitas lokal. Kandidat menggunakan elemen budaya, seperti pakaian adat dan simbol daerah, untuk memperkuat keterikatan emosional dengan pemilih. Wilayah Berau memiliki suku asli yang tersebar di beberapa wilayah yakni Suku Banua, Suku Dayak, dan Bajau. Penggunaan atribut suku disesuaikan dengan wilayah kampanye, sehingga berbeda wilayah menggunakan cara yang berbeda. Oleh karena itu tokoh masyarakat dan pemimpin adat sering menjadi jembatan antara kandidat dan pemilih. Dukungan dari tokoh-tokoh ini dianggap penting untuk memperoleh legitimasi dan kepercayaan masyarakat. Kandidat sering menghadiri acara-acara adat dan keagamaan untuk menunjukkan kedekatan mereka dengan komunitas lokal. Citra kandidat juga dibangun melalui narasi personal yang menyentuh hati masyarakat yang di share menggunakan platform digital. Hal yang dilakukan oleh para kandidat yakni berbagi kisah perjuangan hidup mereka atau pengalaman pribadi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal serta kebiasaan-kebiasaan masa lalu yang turut menarik perhatian bagi masyarakat terutama wanita dan ibu rumah tangga.

Influencer, Trend Baru Pilkada 2024?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun