Sudah bukan zamannya lagi penghitungan pajak dilakukan seperti menghitung koin receh dalam celengan ayam. Teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence atau AI) bisa menjadi solusi untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan efisiensi yang luar biasa. Akhila et al. (2024) mengusulkan penggunaan sistem berbasis AI untuk menganalisis data pajak secara otomatis dan mendeteksi pola yang mencurigakan.
Bayangkan AI sebagai detektif pajak yang tidak pernah tidur. Ia bisa:
- Mengidentifikasi bisnis yang mencoba menghindari pajak melalui pola penjualan yang aneh.
- Memproses jutaan transaksi dalam waktu singkat tanpa risiko salah hitung.
- Memberikan prediksi tentang penerimaan pajak di masa depan berdasarkan tren yang ada.
Hasilnya? Pemerintah bisa mengarahkan sumber daya mereka ke hal-hal yang lebih penting, seperti memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat. Oh iya, AI ini juga bisa dimanfaatkan oleh pengusaha untuk memastikan semua kewajiban pajak mereka terpenuhi tanpa stres. Robot yang mengurus pajak? Tentu saja kami mau!
7. Peningkatan Edukasi Pajak: Karena Semua Dimulai dari Pengetahuan
Sering kali, masalah utama bukan pada ketidakinginan membayar pajak, melainkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pajak. Banyak orang menganggap pajak itu ribet, padahal bisa jadi mereka hanya belum paham.
Solusinya? Pemerintah perlu membuat edukasi pajak yang simpel dan menarik. Misalnya:
- Video TikTok tentang pajak: Ajak influencer populer untuk menjelaskan pajak dengan cara yang lucu.
- Kuis pajak berhadiah: Siapa yang tidak suka hadiah? Dengan format kuis online, masyarakat bisa belajar pajak sambil mengasah otak.
- Cerita sukses wajib pajak: Tampilkan cerita bisnis kecil yang berkembang pesat berkat kepatuhan pajak.
Ketika masyarakat paham manfaat pajak dan merasa dihargai, mereka akan lebih rela untuk membayar. Jadi, jangan lupa edukasi harus menarik, bukan malah bikin orang ketiduran.
8. Kampanye "Bayar Pajak, Jadi Pahlawan Bangsa"
Kadang, yang dibutuhkan untuk meningkatkan penerimaan pajak hanyalah dorongan emosional yang tepat. Kampanye yang menyentuh hati bisa menjadi cara jitu untuk mengubah pandangan masyarakat. Misalnya, tunjukkan bahwa setiap rupiah yang mereka bayarkan bisa membantu membangun sekolah, rumah sakit, atau jalan raya di daerah terpencil.
Tambahkan slogan seperti, "Dengan bayar pajak, kamu bantu Indonesia maju!" Slogan ini harus menyentuh sisi nasionalisme masyarakat, terutama mereka yang mungkin merasa skeptis tentang kemana uang pajak mereka pergi.
Pemerintah juga bisa menampilkan transparansi anggaran dalam kampanye ini. Kalau masyarakat tahu pajak mereka digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat, penerimaan pajak pasti meningkat tanpa perlu menaikkan tarif.