Contohnya, jika sebuah toko melaporkan pendapatan Rp50 juta tetapi pajak yang dibayarkan hanya setara pendapatan Rp30 juta, sistem otomatis akan memberi tanda bahaya. Nah, dengan rekonsiliasi yang baik, ketidaksesuaian seperti ini bisa langsung ditindaklanjuti sebelum menjadi masalah besar.
Keuntungannya? Selain meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah juga bisa menunjukkan kalau mereka serius soal keadilan pajak. Karena siapa yang nggak sebal lihat pengusaha besar bayar pajaknya lebih kecil daripada tukang gorengan?
4. E-Faktur untuk Semua: Gampang, Cepat, Antimager
Salah satu cara praktis meningkatkan penerimaan pajak tanpa menaikkan tarif adalah dengan memperluas penggunaan e-faktur. Di Rwanda, penggunaan mesin penagihan elektronik (Electronic Billing Machines) menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan kepatuhan pajak (Naphtal & Fabrizio, 2023). Sistem ini memastikan setiap transaksi terekam otomatis dan pajaknya langsung dihitung.
Bagi pengusaha kecil yang sering bilang "Ah, repot!", sistem ini justru mempermudah. Tidak perlu lagi menghitung pajak manual sambil mengunyah gorengan. Tinggal klik, pajak selesai, dan laporan bisa langsung dikirim ke kantor pajak.
Bayangkan jika semua warung makan, toko kelontong, bahkan pedagang kaki lima pakai e-faktur. Penerimaan pajak pasti melesat! Tentu saja, pemerintah harus pintar-pintar meyakinkan masyarakat bahwa e-faktur bukan momok menakutkan. Misalnya, beri pelatihan gratis atau subsidi alat e-faktur. Toh, kalau masyarakat merasa nyaman, kepatuhan pajak pun meningkat.
5. Gamifikasi Pajak: Bikin Bayar Pajak Jadi Seru
Siapa bilang bayar pajak nggak bisa menyenangkan? Dengan sedikit kreativitas, pemerintah bisa menjadikan pembayaran pajak sebagai aktivitas yang seru. Salah satu idenya adalah gamifikasi, yaitu menambahkan elemen permainan dalam proses pembayaran pajak.
Misalnya:
- Setiap bisnis yang membayar pajak tepat waktu mendapat poin yang bisa ditukar diskon pajak tahun depan.
- Ada leaderboard untuk bisnis paling patuh pajak. Yang berada di puncak dapat pengakuan dari pemerintah, atau lebih keren lagi, penghargaan "Pahlawan Pajak Nasional".
Gamifikasi seperti ini bukan hanya soal meningkatkan penerimaan, tetapi juga menumbuhkan kebanggaan menjadi wajib pajak. Orang-orang jadi lebih bersemangat karena ada apresiasi nyata.
6. AI dan Pajak: Saatnya Robot Bekerja, Manusia Santai