Mohon tunggu...
Muhammad Ainul Yaqin
Muhammad Ainul Yaqin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Dosen Teknik Informatika yang menekuni Bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak, Sistem Informasi, Manajemen Proses Bisnis, Process Mining, dan Arsitektur Enterprise.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Serunya Bikin Prediksi Kasus Perceraian dengan Teknik Oversampling - Perbandingan Empat Jurus Jitu

15 November 2024   08:00 Diperbarui: 15 November 2024   08:08 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membahas prediksi hasil sidang perceraian? Wah, bukan perkara sepele, nih! Meski judulnya terdengar serius, kali ini kita akan membedah teknik-teknik ajaib yang bisa membantu prediksi ini lebih akurat dan... sedikit lebih berwarna. Dunia pembelajaran mesin tidak akan pernah sama lagi setelah kalian berkenalan dengan SMOTE, Random Over, GAN, dan ADASYN. Yap, ini adalah empat pendekar yang akan kita bahas hari ini.

Teknik oversampling punya peran penting saat kita bekerja dengan data yang "tidak adil." Bayangkan, kita punya data perceraian yang miring banget---satu sisi mungkin punya banyak data, tapi di sisi lain cuma seupil. Nah, empat teknik di atas inilah yang datang bak pahlawan kesiangan untuk menyeimbangkan data biar analisis kita jadi lebih berkelas. Yuk, langsung aja kita lihat masing-masing pendekar ini dan bagaimana mereka bikin prediksi lebih oke!

Kenalan dengan Empat Pendekar Oversampling

Dalam penelitian Dina et al. (2024), teknik oversampling digunakan untuk meramalkan keputusan dalam sidang perceraian. Bayangkan kalau algoritma kita disuruh memutuskan apakah hasil sidang akan berakhir "cerai" atau "damai," padahal data "damai" cuma ada sedikit. Nah, ini saatnya kita panggil SMOTE, Random Over, GAN, dan ADASYN buat bantuin nambahin data "damai" tanpa harus cari pasangan yang setuju buat cerai cuma demi data. Jadi, mari kita kenalan satu-satu sama teknik oversampling ini.

  • SMOTE (Synthetic Minority Over-sampling Technique)
    SMOTE ini kayak tukang "kloning." Misalnya, kita kekurangan data "damai," SMOTE akan menciptakan data "damai" tiruan dengan kombinasi data yang sudah ada. Jadi, meski buatan, datanya tetap terlihat alami. SMOTE ternyata jadi pemenang di studi Dina dkk., apalagi kalau dikombinasikan sama algoritma Random Forest. Hasilnya bisa dibilang paling ciamik: akurasi 81%, precision 82%, dan F1-score 80%. Cukup memuaskan, kan?

  • Random Over-sampling
    Ini teknik paling sederhana, sih. Random Over-sampling cuma "menggandakan" data yang kurang. Bayangkan punya fotokopi data "damai" berulang-ulang kali. Efektif sih, tapi kekurangannya? Ada risiko overfitting, alias model jadi "kepo" dan hafal banget sama data yang sudah ada. Jadi model ini lebih cocok untuk dataset yang simpel dan nggak terlalu banyak noise.

  • GAN (Generative Adversarial Network)
    GAN ini favorit anak muda zaman sekarang! Dibandingkan SMOTE dan Random Over, GAN ini lebih "canggih." Bayangkan kalian punya dua algoritma, satu bertugas membuat data baru, dan yang satu lagi kayak "juri" yang menilai keasliannya. Kalau lulus, datanya bisa masuk ke model utama. GAN cocok buat data kompleks dan bisa menciptakan data tiruan yang benar-benar mendekati data asli, meski sayangnya, butuh komputer yang powerful.

  • ADASYN (Adaptive Synthetic Sampling)
    Kalau SMOTE bikin data tambahan di semua kelas minoritas, ADASYN lebih pilih-pilih. Teknik ini bakal fokus bikin data di area yang "seret" atau "sulit." Jadi, ADASYN ini kayak perfeksionis yang berusaha banget buat nambahin data di area yang bener-bener butuh. Tapi, kelemahannya, kadang data yang dihasilkan malah terlalu spesifik dan bisa bikin model lebih rentan terhadap noise.

Bagaimana Teknik Oversampling Ini Bekerja di Dunia Nyata?

Oke, setelah kenalan sama empat pendekar kita, saatnya kita lihat bagaimana mereka beraksi di dunia nyata. Bukan cuma buat prediksi perceraian aja, oversampling ini juga punya banyak aplikasi yang nggak kalah seru di bidang lain. Yuk, kita jalan-jalan ke dunia diabetes, mesin industri, dan prediksi hukum!

  • SMOTE dan Prediksi Diabetes
    Dalam penelitian Balasubramanian et al. (2020), SMOTE juga jadi pahlawan buat prediksi diabetes, khususnya buat data yang nggak imbang antara pasien yang "terdiagnosis" dan yang "bebas diabetes." Dengan menyeimbangkan data, model prediksi diabetes jadi lebih "sadar" sama kondisi yang jarang muncul, jadi nggak cuma jago di kondisi umum tapi juga di situasi langka. SMOTE bikin data diabetes jadi lebih adil, dan hasil akhirnya model prediksi bisa lebih cepat deteksi risiko diabetes.

Kalau kita tarik ke prediksi perceraian, teknik ini bikin algoritma kita lebih "empati" ke kasus yang jarang, misalnya kasus-kasus yang rumit dan punya sedikit data. Mirip kayak ngasih kesempatan yang sama buat tiap kasus, jadi mesin nggak selalu memihak ke hasil yang mayoritas!

  • ADASYN dan Diagnostik Mesin
    Nah, kalau ADASYN sering nongkrong di dunia industri. Xing et al. (2022) contohnya, pakai ADASYN buat memperbaiki diagnosis mesin rolling bearing yang sering ketemu data gak imbang, kayak data "mesin rusak" yang lebih jarang daripada "mesin normal." ADASYN fokus banget buat menambahkan data di titik-titik yang sulit, jadi model bisa mendeteksi kerusakan lebih tepat tanpa harus sering-sering servis yang nggak perlu.

Kalau kita bayangkan aplikasi ini di sidang perceraian, ADASYN mungkin akan lebih berguna buat kasus yang kompleks atau unik. Jadi, algoritma kita nggak cuma menebak hasil sidang, tapi bisa lebih akurat di kasus-kasus dengan pola spesial yang jarang.

  • GAN dan Analitik Hukum
    GAN ini cocok buat analisis yang lebih kompleks, misalnya prediksi hasil kasus hukum seperti yang diteliti Budhiraja & Sharma (2024). Dalam penelitian mereka, GAN digunakan buat membantu prediksi hasil sidang hukum dengan cara membangun data yang lebih kaya dan realistis. GAN punya dua sisi---si pembuat data dan si penguji, jadi hasil akhirnya kayak data nyata. Teknik ini nggak cuma membantu pengacara atau hakim, tapi juga bisa memberikan prediksi yang lebih tepat dan minim bias.

Kalau GAN dipakai buat prediksi perceraian, algoritma ini akan bekerja lebih baik di data perceraian yang banyak faktor subjektif, misalnya dengan banyak variabel yang terhubung, seperti kondisi ekonomi, jumlah anak, dan faktor-faktor lain yang kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun