Demam Ice Bucket Challenge untuk penderita ALS yang melanda dunia beberapa waktu lalu, membuat banyak gerakan-gerakan serupa merebak di dunia. Seperti halnya negara lain, media Indonesia pun tak ingin ketinggalan membuat aksi kemansiaan seperti itu. Kali ini program-program contekan seperti itu melanda stasiun tv Indosiar.
I Like Dangdut Challenge adalah program sosial yang menantang seseorang untuk goyang atau joget dangdut sekaligus menyumbangkan uang minimal 50 ribu untuk dunia pendidikan di Indonesia, kemudian orang itu akan menantang 3 orang lain untuk goyang atau joget dangdut serupa. Bila si korban menolak goyang akan kena denda 10x lipat, yaitu minimal 500 ribu. Yah sebelas dua belas dengan ALS-IBC lahh..
Pertama denger program ini, saya mendukung program seperti ini, walau saya sangat menyayangkan kenapa jumlah sumbangan untuk ALS-IBC dan I Like Dangdut Challenge ini telah ditetapin. Namun, ke sini sininya kecewa bertambah plus agak miris melihat manajemen dan cara kerja program ini. Saya merasa aneh dengan acara ini, pertama, kenapa setiap tampil dengan korban yang baru, kotak bening yang seharusnya berisi sumbangan orang-orang terdahulu kosong kembali, apakah uang tersebut telah di berikan kepada yang berhak atau di gimana-in penonton tak tahu.. Setiap harinya penonton hanya diberi tayangan korban memasukkan uang ke kotak bening (sambil disorot kamera) terus joget siap itu udah. Kedua, kenapa kotak yang dipilih itu bening. Apakah pemilihan warna ini didesain tujuannya agar ketika disorot kamera korban kelihatan memang bahwa udah menyumbang uang atau sengaja agar penonton tau jumlah nominal yang diberikan?
Kekecewaan saya memuncak ketika melihat program D'Terong Show hari ini (11/11) yang mengangkat hari pahlawan. Memang hari pahlawan telah lewat, namun acara D'Terong masih mengangkat topik ini karena episode kali ini mendatangkan beberapa keluarga dari tokoh yang diangkat Presiden pada 10 November kemaren.
Yah, namanya juga pemberitaan baru dan apalagi masih bersinggungan dengan Presiden Jokowi yang segala hal yang dilakukannya bakalan jadi trending topik di Indonesia. Mungkin atas dasar itu kali, para kru mengundang para keluarga pahlawan sekaligus mengangkat tema pahlawan kembali. Kehadiran para keluarga tidak sendiri, D'Terong juga mengundang beberapa kementrian dan meteri baru era Jokowi, seperti Mensos dan Menpora. Di kesempatan kali ini, para menteri juga diminta bernyanyi dangdut di pentas. Dan akhirnya terpenuhi.
Keusilan para kru terjadi, para menteri di minta melakukan I Like Dangdut Challenge sekalian menyumbangkan sejumlah uang untuk dunia pendidikan. Bu Mensos sempat menolak dan terjadi tawar menawar yang lama dengan host dan akhirnya tetep menolak sehingga menyumbangkan uang lebih besar. Disini lah yang saya sangat sayangkan, mengapa jumlah nominal diberitahukan dan jumlah ini kemudian diulang-ulang host sampai segmen selesai karena dianggap sangat besar dan melebihi target yaitu 5 Juta Rupiah. Karena Bu menteri menolak berjoget, para staff kementrian di minta menggantikan Bu Menteri untuk berjoget. Karena jumlah staff yang banyak, para host berimprovisasi plinplan sehingga "seolah" memaksa para staff menyumbang kembali.
Pahala atas amalan bersedekah memang bukanlah urusan manusia, namun janganlah sedekah yang kita lakukan dengan niatan amalan jariyah, justru menjadi dosa karena timbul rasa riya dihati. Dan untuk acara I Like Dangdut Challenge ini semoga dapat memperbaiki konsep acaranya, sehingga tidak meninggalkan komentar negatif bagi penontonnya, tetep memegang komitmen untuk membantu dunia Pendidikan Indonesia dan dana yang terkumpul dapat tersampaikan kepada yang berhak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H