Joko Widodo dan Annas Maamun mungkin  gubernur yang memiliki kesamaan, yaitu karir politik keduanya bermula dari seorang Bupati. Keduanya cukup beruntung karena berhasil  mendapatkan kepercayaan kembali dari masyarakat provinsi untuk menjadi Gubernur yang baru.
Tak seberuntung nasibnya, sosok Annas Maamun di mata media justru tidak sebagus Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Jika kita lihat di media,tokoh Jokowi sangatlah di"dewa"kan dan diterima oleh banyak wartawan dan masyarakat. Namun tidak dengan gubernur yang satu ini, mantan bupati Rokan Hilir ini ternyata cukup sering "berlangganan" masalah dengan wartawan dan tidak sedikit juga masyarakat Riau yang membencinya. Wartawan menilai gubernur Riau ini sangat arogan. Sikapnya yang arogan dan emosional ternyata telah lama tercium sejak menjabat sebagai bupati.
[caption id="attachment_332463" align="aligncenter" width="193" caption="Gubernur Riau (Annas Maamun)"][/caption]
Masih ingat kasus pengusiran wartawan yang dilakukan Annas Maamun ketika menangani kasus asap riau akibat  pembakaran hutan kemarin (20/3) ?
Kasus ini bermula dari sikap tidak senang akan pemberitaan kabut asap Riau yang dilakukan media. Annas menuding media kerap membuat berita bohong. Terlebih saat Annas menjadi sorotan ketika Presiden SBY kecewa atas ketidakhadirannya dalam telekonferensi terkait dengan laporan kabut asap. Ketika itu, telekonferensi hanya diwakilkan oleh Wakil Gubernur Riau, Arsyad Juliandi Rachman. Kemana Annas ketika itu? ternyata Annas sedang melakukan pertemuan dengan Muspida Rohil untuk membahas kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Kabupaten ini memang menjadi salah satu penyumbang titik api terbesar di Riau.
Namun, pengusiran atas wartawan mencerminkan sikap diktator dan arogan yang dilakukan oleh seorang Gubernur, apalagi gubernur inilah yang menyuruh Komandan Satgas Penanggulangan Bencana Kabut Asap Riau Danrem 031/Wirabima Brigjen TNI Prihadi Agus Irianto, mengusir wartawan. Kearoganan Gubernur Riau Annas Maamun, semakin tak terkendali hingga memarahi Kapolres Bengkalis. Andi Wibowo, dimana ketika itu  Kapolres  memberikan masukan agar pemilik, dan pekerja lahan tidak terlalu banyak ditanya agar tidak kabur jika terungkap semua.
Padahal UU Pokok Pers telah menjelaskan tentang mekanisme pelaporan berita-berita yang dianggap keliru. Dan hal tersebut sudah dijelaskan wartawan ketika itu, namun karena sikap kearoganan dan  tidak mau tahu yang dimiliki Gubernur satu ini, Annas lebih memilih cara pintas yaitu membungkam pers dengan mengusir wartawan.
Pertengkaran Gubri dengan pers bukan kali pertama terjadi, sebelumnya ketika masih menjabat Bupati Rokan Hilir, pertengkaran pun pernah terjadi. Dimana ketika Anas Maamun menjabat sebagai Ketua DPD Partai Gorkar Provinsi Riau. Perseteruannya dengan wartawan waktu itu bermula ketika para kuli tinta akan meminta komfirmasi tentang Calon yang di usung oleh Partai Golkar dalam pemilihan Gubernur Provinsi Riau.
Usai pertemuan dengan internal Partai Golkar di salah satu rumah makan di kota Pekan Baru, wartawan memburu Anas Maamun untuk mempertanyakan Calon dari Partai Golkar. Namun waktu itu Anas menjawab dengan sikap emosionalnya, sehingga menimbulkan pertengkaran dengan para wartawan. Akibat pertengkaran itu wartawan mengadukan Mantan Bupati Rokan Hilir kepada pihak Polda Riau dengan tuduhan menghalangi tugas jurnalistik. Walaupun hasil dari pengaduan para wartawan di Polda Riau hingga kini tidak jelas rimbanya.
Sikap arogansi Annas ketika sedang menjabat sebagai Bupati tidak hanya itu. Sewaktu Anas Maamun masih menjabat Bupati Rokan Hilir, Anas laksana Tuhan kedua bagi masyarakat Kabupaten Rokan Hilir. Anas membangun dinastinya cukup kokoh di Rokan hilir. Mulai dari anak menantu, sampai ke cucu punya jabatan dan pengaruh di Kabupaten Rokan Hilir.
Adanya dinasti yang kokoh di bangun Anas di Kabupaten Rokan Hilir, membuat masyarakat Rokan Hilir tidak berkutik, para wartawanpun di intimidasi, apa lagi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga di Bungkam. LSM Lumbung Impormasi Rakyat (LIRA) yang biasanya vocal di mana mana, ternyata di Kabupaten Rokan Hilir Tidak berkutik, apa lagi para penegak hukumnya, juga segan dan hormat kepada Anas, karena anas memberikan fasilitas yang lebih kepada para penegak hukum di Kabupaten Rokan Hilir ini. Pendek kata Anas adalah Tuhan kedua di Rokan Hilir. Masyarakat lebih takut kepada Anas Maamun ketimbang dari pada Tuhan nya.
Dan kini, Anas bermasalah dengan pers terjadi lagi dan lagi. Namun, bukan dengan pengusiran lagi melainkan dengan memaki-maki wartawan dengan cakap kotor yaitu, pant**. Gubernur Riau, Annas Maamun mengeluarkan kata kotor saat ditanya wartawan tentang pengangkatan anak menantunya sebagai Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Hal itu terjadi saat kunjungannya secara mendadak ke KPU Riau pada Kamis (17/4). Seperti kabar yang santer berhembus kalau Gubri ini doyan mengangkat keluarganya untuk mengisi jabatan tinggi di Riau. Seperti halnya Ratu Atut mendirikan dinastinya di Banten.
Kata pant** di Melayu merupakan ucapan kotor yang tidak layak disebut oleh siapa pun, apalagi seorang gubernur. Jika di Minang, pantek merupakan sebutan kemaluan perempuan yang paling kurang ajar.
Sikap yang dilakukan oleh Gubernur Riau satu ini sungguh sangat tidak pantas. Padahal umur gubernur yang satu ini sudah tidak muda lagi dibandingkan teman-teman seprofesinya, tapi kelakuan tidak mencerminkan sikap yang patut dicontoh oleh generasi muda. Bagaimana moral anak-anak Riau nantinya kalau terus dipimpin atuk yang emosional dan tidak mencerminkan pemimpin yang bijak seperti ini? Entahlah. Semoga saja pemimpin Provinsi Riau berikutnya memiliki sikap yang berjiwa pemimpin, dan tidak emosional apalagi arogan seperti Annas Maamun.
Referensi:
http://www.riaupos.co/44990-berita-ratusan-wartawan-demo-gubernur-riau-annas-maamun.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Annas_Maamun
http://sinarharapan.co/news/read/140321008/Gubernur-Riau-Dituding-Arogan
http://www.jpnn.com/read/2014/03/15/222144/Dicari-SBY,-Gubernur-Riau-Ternyata-Pulang-Kampung-
http://situsberita2terbaru.blogspot.com/2014/04/ditanya-dinasti-gubernur-riau-keluarkan.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H