Mohon tunggu...
Dee Dee
Dee Dee Mohon Tunggu... -

|| #kerentanpaROKOK #stopBULLYING #kerentanpaMIRAS #menujuTVSEHAT #IndonesiaTANPADISKRIMINASI ||

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Indonesia dan Korea Mirip, Tapi Beda??

2 Mei 2014   06:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya tidak ada terbesit membahas topik ini sebelumnya, karena saya sendiri bukanlah orang yang menggilai dan memahami masalah budaya, apalagi budaya bangsa Korea. Tapi, akhir-akhir ini karena pengaruh kebanyakan menonton drama dan film Korea secara eksplisit saya dapat menyimpulkan kalau negara Korea itu sebenarnya sangat mirip dengan negeri kita Indonesia ini. Saya mengatakan "Mirip", mirip tentu tidaklah berarti sama.

[caption id="attachment_334295" align="aligncenter" width="400" caption="indonesia dan korea (sumber : sayangi.com)"][/caption]

Kesamaan yang paling menonjol tentu adalah kesamaan ras kita, yaitu Ras Mongoloid. Hal itu sangat jelas karena letak negara Indonesia dan Korea tidak begitu jauh dan masih berada dalam satu benua yang sama. Selain itu banyak lagi persamaan antara Indonesia dan Korea. (Baca: Persamaan Indonesia dan Korea)

Selain ras, kedua negara ini sama-sama menjunjung tinggi nilai moral dan nilai leluhur yang ada sejak dulu. Nilai moral dan luhur yang telah ada, tidak hanya diterapkan sebatas pada penegakan norma-norma saja, bahkan dalam kata-kata pun disisipkan nilai-nilai baik didalamnya. Kata-kata itu kemudian kita kenal dengan istilah Pepatah/Peribahasa.

Walaupun demikian, tingkat penggunaan pepatah/pribahasa di antara kedua negara sangat berbeda. Bangsa Korea sangat lekat akan pepatah-pepatahnya, bahkan pepatah kuno sekalipun masih sering digunakan hingga kini. Hal itu dikarenakan adanya kegemaran bangsa Korea akan seni Kaligrafi(Seoye). Hal tersebut dapat dilihat, hingga kini Seni kaligrafi masih sering dikompetisikan di Negeri ginseng.

Bagaimana dengan Indonesia? mungkin jika kita menanyakan secara acak tentang pribahasa Indonesia kepada anak-anak kecil zaman sekarang, saya bertaruh, dan sangat yakin bahwa sebagian besar mereka tidak bisa menjawab apa makna pribahasa indonesia itu. Mengapa hal itu terjadi??

Kesalahan bukan pada anak itu, melainkan terdapat pada orang tua dan sistem pendidikan di indonesia. Orang tua sebenarnya tidak dapat disalahkan sepenuhnya atas ini, karena pendidikan anak sepenuhnya ditanggung oleh sekolah, bukan orang tua. Namun, orang tua juga dapat memberikan nilai moral dan menanamkan dalam kehidupan sehari-hari kepada anak, sehingga anak tersebut tidak menjadi anak yang amoral. Jadi, sebagai orangtua janganlah lepas tangan atas tanggung jawab moral anak terutama pada zaman sekarang ini.

Lalu, apakah kesalahan sistem pendidikan di Indonesia? Kesalahan fatal ini bermula sejak undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas) disahkan. Hal ini dikarenakan dalam UU tersebut tidak ada menyinggung tentang kurikulum pancasila di dalamnya. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, sekolah harus menghapus mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dalam kurikulum pendidikan dan menggantinya dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Yang perlu dipermasalahkan adalah apa tujuan memberikan pendidikan kewarganegaraan kepada anak kecil yang bahkan belum mengerti apa-apa? Perhitungan matematika saja anak kecil masih bersalahan, apalagi disuruh menghapal masalah pemerintahan dan kewarganegaraan di indonesia. Pemberian pendidikan politik sejak dini memang bagus, namun tidak dengan menghapuskan pelajaran pendidikan pancasila dari sekolah, hal tersebut justru akan menghasilkan elite-elite politik muda yang amoral nantinya.

Selain itu, ketika masih kecil, saya masih ingat guru Bahasa Indonesia setiap minggunya menyuruh siswanya menulis tulisan halus kasar yang isinya Peribahasa Indonesia beserta artinya. Walaupun melelahkan dan membosankan, namun hal itu ternyata sangat bagus karena tanpa disadari, siswa akan ingat akan peribahasa yang ditulisnya tersebut, sehingga tidak akan tergerus dan hilang dimakan zaman. Namun, saya melihat metode seperti itu kini tidak ada lagi, karena para guru Bahasa Indonesia kini hanya sibuk akan mengejar targetnya yaitu meluluskan siswanya dalam Ujian Nasional sehingga tidak mengajarkan hal-hal lain diluar kurikulum yang ada.

Miris memang, tapi itulah penyakit yang menyerang Indonesia, mungkin dianggap sepele namun dampaknya dapat kita lihat sekarang. Kasus anak yang tidak lagi menghormati orang yang lebih tua ada dimana-mana. Contoh yang nyata terjadi akhir-akhir ini dan disiarkan secara Nasional, yaitu Kasus Dinda dan Ibu Hamil di Commuter Line (Baca:Dinda dan Ibu Hamil di Commuter Line ).
Selain itu, juga semakin maraknya aksi bullying di Sosial Media, yang memupuskan sikap tenggang rasa dan saling menghormati di dalam diri masyarakat Indonesia. (baca : Fenomena Bullying di Sosmed)

Bila kita bandingkan dengan tragedi yang akhir-akhir ini menimpa Korea, yaitu tenggelamnya Kapal Feri di Korea. Dari tragedi ini dapat kita lihat bahwa rasa belasungkawa masyarakat Korea sungguh sangat besar, hingga Presiden Korea Selatan tidak malu meminta maaf di depan dunia dan Perdana Mentri Korea Selatan pun turut mengundurkan diri akibat tragedi tersebut. Rasa duka juga dirasakan oleh seluruh Artis dan Masyarakat Korea, hingga berdampak Bioskop Korea sepi dan Banyak artis Korea yang menunda Pekerjaan nya karena sangat berkabung atas musibah ini. (Baca: EXO-M Comeback di China pasca Tragedi Ferry).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun