Mohon tunggu...
Yao Mi
Yao Mi Mohon Tunggu... -

me\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Timo Scheunemann Dalam Perspektif Baru

13 September 2012   15:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:31 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya 25 Mei 2012, Timo Scheunemann menjadi tamu dalam acara Perspektif Baru yang diasuh oleh Wimar Witoelar. Dalam kesempatan itu Timo menceritakan berbagai hal mengenai Kurikulum Sepakbola Indonesia. Sebagian besar penikmat Kompasiana Channel Olahraga tentu sudah tidak asing dengan nama Timo. Akan tetapi mungkin masih ada yang belum pernah mengikuti publikasi Perspektif Baru.

Perspektif Baru merupakan salah satu program komunikasi publik yang dibuat Yayasan Perspektif Baru (YPB). Selama ini YPB mengembangkan Perspektif Baru berupa acara bincang-bincang berdurasi 30 menit yang setiap pekan disiarkan puluhan sampai ratusan stasion radio di seluruh Nusantara, terbagi antara yang langganan tetap dan yang menyiarkan sewaktu-waktu. Selain dimuat dalam website ini, transkrip Perspektif Baru juga diterbitkan 12 koran, baik nasional maupun daerah. Transkrip wawancara secara selektif telah diterbitkan dalam bentuk buku kompilasi yaitu 'Mencuri Kejernihan dari Kerancuan' pada 1998 dan 'Perspektif Baru Melebarkan Sayap' pada 2005. Topik dari program wawancara Perspektif Baru antara lain demokrasi, ekonomi, kesehatan, hukum, dan persoalan sosial lainnya. Wimar Witoelar menjadi pemandu utama program dengan setiap pekan mewawancarai seorang narasumber, yang pada umumnya orang biasa tapi mempunyai pandangan jernih dan pengalaman menarik.

Dalam wawancara Perspektif Baru bersama Wimar Witoelar sebagai pewawancara, Timo Scheunemann antara lain menjelaskan bahwa kurikulum dibuat supaya pelatih-pelatih dan pengurus klub terutama SSB di seluruh Indonesia bisa mendapatkan pemahaman tentang apa yang harus dilatih dan apa yang jangan dilatih bergantung pada usia anak didiknya. Dalam hal ini yang terpenting pelatih sebagai pembina untuk tetap mendidik pemain mengutamakan sekolah. Jangan sampai pemain dibohongi. Bahkan oleh dirinya sendiri bahwa dia pasti akan menjadi pemain sepak bola terkenal. 99,9% di dunia bermain sepak bola tanpa kontrak, maksudnya tidak bermain secara profesional. Jadi pendidikan harus tetap diutamakan.

Timo mengatakan, saat ini sudah bukan zamannya lagi kita menciptakan pemain bola yang hanya bisa bola. Kita harus renaissance man, yaitu orang yang bisa banyak hal. Jadi, bukan hanya bola. Sudah bukan zamannya, termasuk SSB. Sepuluh tahun lalu adalah zamannya SSB berdiri di mana-mana. Sekarang bukan zamannya itu lagi. Sekarang zamannya SSB menjadi quality SSB. Karena itu Timo mengharapkan kurikulum ini bisa membantu, termasuk juga pemahaman mentalnya di situ. Jangan sampai pelatih, orang tua, dan lain-lain menomorduakan sekolah, atau tidak mengerti pentingnya arti sekolah untuk perkembangan pemain.

Kita ada suatu pekerjaan sangat penting yang baru diluncurkan, yaitu kurikulum sepak bola Indonesia. Kurikulum ini sudah lama ditunggu-tunggu untuk membuat proses latihan sepak bola di Indonesia bisa distandarkan. Jadi, supaya pelatih-pelatih dan pengurus klub terutama sekolah sepak bola (SSB) di seluruh Indonesia bisa mendapatkan pemahaman tentang yang harus dilatih dan yang jangan dilatih, yaitu bergantung pada usia anak didiknya. Misalnya, apa yang harus dilatih dan jangan dilatih untuk anak usia tujuh tahun. Di kurikulum dijelaskan bahwa untuk anak umur 7 tahun jangan dilatih heading, jangan dilatih fisik tanpa bola, power, dan lain-lain. Alasannya, secara logika anak kecil laki-laki belum mempunyai testosteron. Jadi sebelum ada testosteron, maka tidak bisa dilatih power dan tidak bisa dilatih endurance tanpa bola. Lebih lanjut Timo menjelaskan  bahwa sumber kurikulum ini adalah dari FIFA dan AFC. Ia juga melihat kurikulum dari Australia, tapi utamanya dari Amerika Serikat (AS). Jadi, AS mempunyai kurikulum berjumlah 104 halaman, sedangkan kurikulum kita berjumlah 278 halaman. Kurikulum AS dibuat dalam empat tahun, sedangkan kurikulum kita dibuat dalam enam bulan.

Jadi, materi kurikulum yang diambil dari AS ada sekitar 45 halaman. Kemudian diambil dari FIFA, dan juga UEFA karena Timo mengambil lisensi C untuk pelatih di AS, sedangka lisensi B dan A di Jerman.

Selain itu Timo juga menjelaskan mengenai VO2Max. Ada penelitian di Swedia baru-baru ini bahwa dari 93 menit rata-rata pertandingan sepak bola, 90 menit plus 3 menit tambahan, setiap pemain hanya menyentuh bola selama dua menit. Jadi, sisanya mereka berlari tanpa bola. Karena itu VO2 Max sangat penting artinya. VO2 Max adalah kemampuan paru-paru untuk menampung oksigen (O2) sehingga berpengaruh pada mobilitas orang tersebut. Nah, VO2 Max 50 dan VO2 Max 55 atau berbeda lima poin saja sangat berpengaruh. Perbedaan tersebut dijelaskan juga di kurikulum supaya orang mengerti kenapa itu penting. Latihan yang intensitasnya tinggi dan terjadwal rapi begitu penting karena berpengaruh pada VO2 Max, selain itu gizi dan istirahat tentu pentingnya.

Perbedaan VO2 Max sebanyak lima berarti spin seseorang sudah 100% lebih banyak daripada VO2 Max 50. Jika orang dengan VO2 Max 50 melakukan spin 20 kali dalam pertandingan, maka VO2 Max 55 sudah 40 kali. Pakai logika saja, kalau saya spin 40 kali dan Anda 20 kali berarti saya akan lebih terlibat dalam pertandingan. Keterlibatan di pertandingan naik sekitar 24% dan daya jelajah naik 20%. Jadi, kalau Anda lari 10 Km lari dalam satu pertandingan, maka saya lari 12 Km. Itu baru satu pemain. Bayangkan kalau semua pemain. Kalau kita tidak memperbaiki VO2 Max dengan intensitas latihan yang bagus, penjadwalan latihan yang bagus, pengertian akan gizi yang bagus, maka kita akan selamanya kalah melawan tim-tim luar.

Selain itu Timo juga bercerita mengenai aktifitasnya yang lain. Selengkapnya silakan langsung ke TKP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun