Mohon tunggu...
Yao Mi
Yao Mi Mohon Tunggu... -

me\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

PSSI dan Sport Science

11 September 2012   20:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:36 3386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="631" caption="Sport Science"][/caption]

PSSI DAN SPORT SCIENCE

DISCLAIMER: tulisan ini hanyalah rangkuman dari berbagai informasi yang penulis peroleh di internet, tidak menunjukkan kompetensi penulis dalam bidang sport science.

Sport Science di Balik Kejayaan Timnas PSSI dalam Babak Penyisihan AFF Cup 2010

Luar biasa, itulah kesan kepada Tim nasional PSSI setelah berhasil mengoleksi empat kemenangan berturut-turut di ajang Piala AFF. Kemenangan yang bukan main-main, menundukkan Malaysia 5-1, mencukur Laos 6-0 (yang mampu menahan Thailand 2-2), dan menaklukkan Thailand 2-1 (salah satu tim terkuat di Asia Tenggara), dan terakhir menang atas Filipina 1-0 di semifinal leg pertama adalah bukti keperkasaan itu. 1) Lima kali menang berturut-turut. Filipina yang digawangi pemain jebolan Eropa pun berhasil ditaklukkan dua kali. Padahal, dengan kondisi pemain yang “diduga” tidak dalam kondisi benar-benar fit, karena banyaknya pemain inti yang cedera. Kekhawatiran para pengamat yang menduga kondisi timnas bakal menurun ternyata tidak terbukti. Firman Utina cs tetap beringas. Bahkan selama dua kali 45 menit, tim Merah Putih hampir mengurung Filipina setengah lapangan. 2) Kurang lebih begitulah berita yang bisa kita baca pada berbagai media cetak dan online pada bulan Desember 2010. Apa yang terjadi pada timnas kita diungkapkan oleh dr. Phaidon Lumban Toruan dalam dua artikelnya di harian Kompas pada tanggal 17 dan 20 Desember 2010. Siapakah dr. Phaidon Lumban Toruan? Dia adalah seorang dokter yang mendalami sport science dan waktu itu bekerja untuk Badan Tim Nasional PSSI. 1) 2) dr. Phaidon Lumban Toruan mengungkapkan bahwa dalam laga semifinal kedua, beberapa strategi sports science kembali diaplikasikan untuk mendongkrak performa timnas. Pertama adalah antisipasi strategis untuk memastikan atlet memiliki kecepatan, kekuatan, daya tahan dalam pertandingan dan kecepatan pemulihan yang tinggi. Ketika tim sport science sudah membantu melakukan seleksi, maka pelatih sudah memiliki referensi pemain yang relatif bugar. Beberapa hal kunci yang diterapkan di sport science adalah menggunakan teknik fisioterapi terkini dan teknik nutrisi yang menggunakan creatine dan glutamine. Plus, pada kasus Firman Utina, diberikan nutrisi tambahan berupa glucosamine dan chondroitine sehingga sendinya mendapat support nutrisi untuk pemulihan cepat. 2) Rahasia antisipasi strategis kedua adalah manajemen cairan. Kita tahu bahwa bahwa salah satu kelemahan fisik kita adalah stamina yang merosot di babak kedua khususnya mulai menit 60-an. Fenomena ini klasik di Indonesia bahkan semua klub profesional. Anehnya, tidak seorang pun mencoba mencari ide apa yang terjadi. Untuk mengatasi hal itu Tim sport science BTN menggunakan elektrolit secara sadar. Untuk para pemain timnas disiapkan cairan elektrolit yang harus segera diminum saat pemain masuk ke ruang istirahat. Kerja ini dibantu oleh dokter ahli gizi. Ketika meminum cairan elektrolit, pemain akan merasa haus, karena elektrolit menyebabkan rangsang pada pusat rasa haus di otak manusia. Sehingga pemain mau minum lagi. Diusahakan agar pemain meminum 500 cc larutan elektrolit yang disambung dengan meminum 500 cc lagi air putih. Meminum 1 liter cairan artinya kondisi tubuh kembali mendekati normal. Karena itu kecepatan, akurasi, mental pemain relatif tetap terjadi di babak kedua. Pelatih kepala bisa memberi instruksi, pemain tetap segar. 2)

Pengertian Sport Science

Kedua tulisan dr. Phaidon Lumban Toruan tersebut membuat kita tahu bahwa PSSI waktu itu telah menerapkan sport science. Lalu apa hebatnya? Bukankah sepakbola itu adalah bagian dari olahraga, jadi ilmu sepakbola tentulah bisa disebut ilmu olahraga atau bahasa inggrisnya sport science? Memangnya apa sih yang disebut sport science itu? Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang timbul di benak saya yang awam tentang sport science. Untuk itu saya berusaha mencari tahu pengertian sport science di internet, tentu saja melalui bantuan Mr. Google.

1.Pengertian sport science yang pertama saya peroleh dari situs www.kensport.org

Sport science adalah penerapan prinsip-prinsip science untuk membantu meningkatkan prestasi olahraga. Secara umum terdapat 3 bidang dalam sport science yaitu: fisiologi, psikologi, dan biomekanika.

Fisiologi dalam sport science mempelajari bagaimana tubuh dalam merespon dan beradaptasi dengan latihan yang dijalani. Fisiologi dapat membantu atlet untuk: a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya melalui uji kebugaran; b. Menilai apakah pelatihan telah berhasil; dan c. Merancang dan mengembangkan teknik-teknik pelatihan untuk mengoptimalkan adaptasi.

Psikologi dalam sport science mempelajari pikiran atlit untuk mengetahui bagaimana motivasinya, keyakinan dirinya, dan emosinya dapat memengaruhi perilaku atlet dalam olahraga. Psikologi dapat membantu atlet untuk: a. meraih prestasi lebih baik dan lebih konsisten; b. Meningkatkan kualitas pengalamannya dalam berolahraga; dan c. Mengembangkan mental skill yang diperlukannya dalam olahraga.

Biomekanika dalam sport science berkaitan dengan analisa mengenai mekanika gerakan tubuh. Biomekanika menjelaskan bagaimana dan mengapa tubuh bergerak seperti itu. Ini juga merupakan sarana untuk menguji interaksi antara si atlet dengan peralatannya dan lingkungannya. Biomekanika dapat membantu atlet untuk: a. Mengidentifikasi teknik-teknik terbaik untuk meningkatkan prestasi olahraga; b. Menentukan cara yang paling aman dalam melakukan olahraga tertentu sehingga mengurangi resiko cedera; dan c. Menganalisa peralatan olahraga seperti sepatu, raket, dan permukaan lapangan.

2.Pengertian sport science yang kedua saya peroleh dari situs www.wikipedia.org

Sport science adalah disiplin ilmu yang mempelajari penerapan dari prinsip-prinsip science dan teknik-teknik yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi olahraga. Sport science biasanya mencakup bidang-bidang fisiologi, psikologi, motor control, dan biomekanika, tetapi juga meliputi bidang lain seperti nutrisi dan diet, sports technology, anthropometry, kinanthropometry, dan performance analysis.

Sports technology adalah mengenai pemanfaatan teknologi untuk olahraga dalam arti luas.

Anthroprometry adalah mengenai pengukuran fisik sesorang atau individu. Pemanfaatan anthropometry misalnya dalam hal industrial design, clothing design, ergonomika dan sebagainya yang memanfaatkan data statistik mengenai ukuran fisik individu dalam populasi tertentu untuk tujuan mengoptimasi produk.

Kinanthropometry didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari ukuran, bentuk, proporsi, komposisi, dan kematangan seseorang untuk mengetahui/memahami pertumbuhannya, pelatihannya, kinerjanya, dan nutrisi yang dibutuhkannya. Kinanthropometry menghubungkan anatomi dengan gerakan.

3.Pengertian yang ketiga saya peroleh dari tim bidang sport science KONI Pusat di situs www.koni.or.id

Sport science merupakan aplikasi ilmiah dari prinsip pengetahuan untuk membantu atlet dalam meningkatkan performanya. Secara umum sport science ada 5 cabang yaitu: fisiologi, psikologi, biomekanik, nutrisi, dan kedokteran olahraga.

Nutrisi terkait dengan asupan nutrisi (makanan, minuman, dan berapa banyak) yang diperlukan oleh seorang olahragawan dalam latihan dan pertandingan, sehingga proses recovery, perkembangan, adaptasi, dan istirahat dapat menyatu hasil akhir atlet lebih kuat dan bugar dalam bertanding.

Kedokteran olahraga adalah penerapan ilmu kedokteran dalam olahraga yang meliputi beberapa bidang yaitu: pemeliharaan kesehatan atlet; penanganan cedera; pemulihan cedera; doping; terapi; massage; dan nutrisi.

4.Pengertian yang keempat saya peroleh buku Sports Science Handbook: I-Z yang ditulis oleh Simon P. R. Jenkins yang saya baca pada situs Google Books

Sports science adalah disiplin ilmu yang luas yang terutama berkaitan dengan proses-proses yang menjelaskan perilaku dalam olahraga dan bagaimana kinerja atletik dapat ditingkatkan. Sports science meliputi sejumlah disiplin ilmu, termasuk kinanthropometry, biomekanika, fisiologi olahraga, psikologi olahraga dan sosiologi olahraga.

Sejarah Sport Science di Indonesia

Sudah puluhan tahun dunia mengenal sports science tapi baru akhir-akhir ini saya mendengar penerapan sport science di indonesia. Dari buku Sports Science Handbook diketahui bahwa sports science diawali pada tahun 1958 di India ketika sebuah komite olahraga dibentuk untuk menyelidiki rendahnya prestasi olahraga india di tingkat internasional. Kemudian Inggris mendirikan The Society of Sports Sciences pada tahun 1977. Sementara The Australian Institute of Sport didirikan pada tahun 1981. Hampir tidak ada informasi di media online yang menginformasikan tentang sport science di indonesia. Meskipun tentu saja kita tidak melupakan fakta bahwa sudah sejak lama kita memiliki Fakultas Pendidikan Olahraga di beberapa IKIP, akan tetapi saya tidak menemukan informasi di internet mengenai kiprah mereka dalam penerapan sports science bagi kemajuan dunia olahraga indonesia. Tapi dari yang sedikit itu informasi mengenai sports science di indonesai cukup melegakan saya. Karena KONI ternyata memiliki komitmen untuk menerapkan sport science dalam pembinaan olahraga di indonesia. Visi KONI adalah “Meningkatkan prestasi olahraga Indonesia melalui pembinaan organisasi dan peningkatan sumber daya olahraga yang efektif, penggunaan sport science & technology, serta membangun karakter olahragawan guna menciptakan atlet yang berprestasi di tingkat daerah, nasional, dan internasional. Untuk itu KONI membentuk Bidang Sport Science dan Penerapan IPTEK Olahraga yang dipimpin oleh Dr. dr. Zainal Abidin, Internist, DSM, SpGK. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) keolahragaan untuk membangkitkan prestasi atlit nasional. Untuk itu KONI akan mendirikan sport science di sentra olahraga di setiap provinsi. Ketua Umum KONI Rita Subowo mengemukakan itu sewaktu melantik pengurus baru periode 2009 – 2013 Komite Olahraga Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dipimpin pengusaha pengerah tenaga kerja MNS Kasdiono, di Mataram, Ahad (26/4) malam. ''Tanpa iptek olahraga tidak mungkin mampu bersaing,'' katanya. Pendirian sentra iptek olahraga tersebut diharapkan dapat memacu prestasi yang diraih para atlit pada usia lebih awal dan dapat berprestasi lebih lama. Karenanya, ia ingin masyarakat dunia usaha dapat mempercayai dan bersedia menjadi partner sponsor apabila diterapkan keterbukaan dan pengelolaan organisasi yang baik. Tahun 2009 ini Indonesia menghadapi enam kegiatan olahraga internasional di antaranya Asian Youth Games terdiri 10-15 cabang olahraga yang diikuti 45 negara. Lainnya, Youth Ollympic Games yang mempertandingkan 28 cabang olahraga dan setiap negaranya mengirimkan 70 orang atlit usia 14-18 tahun. Langkah KONI tersebut didukung oleh Kemenpora dengan mendirikan PP-ITKON (Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Kesehatan Olahraga Nasional) pada tanggal 7 Februari 211. Kemenpora mengharapkan PP-ITKON dapat menjadi pusat rujukan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga dan kesehatan olahraga nasional yang profesional dan implementatif serta mempunyai kontribusi menuju pengembangan olahragawan yang berprestasi di tingkat nasional dan internasional. Singkatnya PP-ITKON diharapkan dapat menjadi lembaga sport science di Indonesisa. Selain itu Kemenpora bekerja sama dengan ITB juga membuka Program Studi Magister Sport Science mulai Agustus 2011. Program Magister ini dipimpin oleh Ketua Ilmu Keolahragaan Sekolah Farmasi ITB, Dr. Tommy Apriantono. Menurut Tommy, program studi tersebut akan memberikan pendidikan olahraga sains kepada calon mahasiswa dari jajaran staf kemenpora dan membuka kesempatan kepada guru dan pelatih olahraga, serta pengelola klub kebugaran untuk meningkatkan pemahaman olahraga dari sisi keilmuan. Pihak swasta Indonesia juga tidak ketinggalan dalam mengembangkan sport science. PT Medco E&P Indonesia diketahui telah membangun Sport Science Center untuk pelaksanaan SEA Games ke-26 di kawasan Jakabaring, Palembang pada tahun 2011 yang lalu. Senior Manager Relations Division PT Medco E&P Indonesia, Joang Laksanto menyampaikan bahwa pembangunan Sport Science Center (SSC) itu untuk menyukseskan SEA Games ke-26, yang mana dananya dari program Corporate Social Responsibility (CSR). Total dana untuk pembangunan SCC di kawasan Jakabaring Palembang tersebut sebesar Rp18 miliar untuk bangunan saja. Setelah bangunannya selesai kemudian diserahkan ke Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sekitar Agustus 2011. Bantuan pembangunan SCC itu merupakan partisipasi PT Medco E&P Indonesia dalam menyukseskan SEA Games ke-26 di Sumatera Selatan. "Dengan adanya SCC itu nantinya diharapkan ke depan para atlet nasional bisa ditingkatkan kemampuannya terutama dari segi prestasinya sebagai pusatnya Sport Science Center di Indonesia," kata Joang Laksanto. Kepedulian PT Medco E&P Indonesia tidaklah mengherankan jika melihat aktifitas Arifin Panigoro selaku Dewan Pembina Yayasan Pembangunan Olahraga Indonesia. Dalam seminar “Strategi Policy Discussion: Meningkatkan potensi daerah melalui identitas lokal dalam olahraga sepakbola” di ruang rapat utama Gedung Dewan Pertimbangan Presiden pada tanggal 26 Agustus 2010, Arifin menyatakan bahwa Olahraga bukan suatu kegiatan yang statis karena itu pengembangan olahraga tidak bisa terpaku pada kegiatan yang bersifat konvensional melainkan memerlukan disiplin ilmu keolahragaan yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang makin maju dan canggih. Sepakbola sebagai cabang olahraga yang kompetisinya paling kontinyu dibanding cabang olahraga lain sangat memerlukan sport science untuk mengembangkan kemampuan atlet. Secara garis besar sport science meliputi bidang, sport medicine, sport nutrition,sport physiology,sport psychology,sport biomechanic,sport coaching, test and measurement, strenght dan conditioning. Di negara–negara maju keterlibatan sport science sudah dilakukan sejak lama sementara di Indonesia belum sepenuhnya diterapkan. Walaupun sudah diwacanakan sejak lama, namun aplikasinya terlihat stagnan bahkan nyaris tak terlihat. “Science dalam sepakbola sudah menjadi sebuah keharusan jika kita ingin melihat sepakbola Indonesia maju dan dapat sejajar dengan bangsa bangsa lain yang sudah lebih dulu maju,” kata Dewan Pembina Yayasan Pembangunan Olahraga Indonesia, Arifin Panigoro. Arifin juga tidak sepakat dengan anggapan bahwa postur tubuh pemain Indonesia tidak memungkinkan membuat sepakbola Indonesia bisa bersaing dengan pemain Eropa. Dia mencontohkan pemain Barcelona Andres Iniesta, dan Lionel Messi yang memiliki tubuh kecil namun bisa menjadi pemain bintang. “Dalam kaitan inilah cita-cita mereformasi sepakbola Indonesia ada baiknya juga menyertakan aspek ilmiah dan kemajuan iptek dan terlebih dulu mereformasi manajemennya,” tandas dia.

Pemanfaatan Sport Science oleh PSSI di Era Nurdin Halid Dari artikel dr. Phaidon Lumban Toruan diketahui sejak PSSI menunjuk Iman Arif sebagai Direktur Badan Tim Nasional (BTN),  ia secara intensif membentuk suatu tim yang terdiri atas para profesional. Ia melibatkan banyak orang dengan latar belakang  profesional di perusahaan multinasional. Orang-orang pilihan ini menempati semua divisi, mulai dari sekretaris direksi, direktur administrasi, direktur  keuangan, direktur marketing, direktur talent scouting, dan direktur sport science. Iman melakukan perubahan radikal di semua lini dan menerapkan true management. True management di perusahaan multinasional seperti yang dikomandoi ImanArif senantiasa menerapkan management science dalam pekerjaan sehari-harinya. Artinya, Badan Tim Nasional bekerja mengumpulkan semua ilmu pengetahuan yang menunjang prestasi sepak bola (bisa dibilang kulakan ilmu), melakukan cara-cara aplikasi ilmu pengetahuan tersebut sesuai dengan kondisi di Indonesia. Keberadaan organisasi divisi sport science di Badan Tim Nasional  merupakan bagian dari pelaksanaan rekomendasi sarasehan sepak bola nasional di Malang beberapa waktu lalu. Ada beberapa strategi sport science yang diformulasikan buat timnas. Strategi pertama adalah melakukan aplikasi sport medicine dibantu beberapa profesional. Apa yang dilakukan dalam disiplin ilmu ini adalah melakukan pemeriksaan awal, baik pemeriksaan fisik, laboratorium, dan musculoskeletal (sendi dan/atau otot). Dengan pemeriksaan ini, data pemain yang dinyatakan oleh tim sport medicine tidak fit diserahkan kepada Alfred sebagai pelatih kepala sehingga saat menyusun tim, bisa mengantisipasi pemain-pemain yang bermasalah secara kesehatan agar tidak mengganggu program kerjanya. Usaha ini tentu perlu kesabaran karena tim memeriksa puluhan pemain yang secara kasatmata merupakan yang terbaik di Indonesia. Hasil akhir dari pekerjaan ini adalah adanya penilaian kondisi fisik pemain sehingga timnas yang terbentuk terdiri atas pemain yang fit untuk pelatihan. Strategi kedua adalah melakukan aplikasi sport nutrition. Ketiga, adalah psikologi olahraga. Keempat adalah penggunaan sport technology. Beberapa hal unik dalam aplikasi teknologi sport adalah penggunaan alat ukur yang canggih guna menentukan kecepatan tendangan, membuat sepatu yang didesain khusus untuk personal (karena pada faktanya kaki kiri dan kaki kanan manusia ukurannya tidak sama, sementara sepatu selalu dibuat simetris), penggunaan berbagai gadget seperti gelang magnet, dan salah satu aplikasi yang paling sederhana yang bisa dikerjakan adalah dengan bermain dengan teknologi IT. Beberapa hal yang berhubungan dengan IT adalah pencatatan data, simulasi pertandingan, review pertandingan, komunikasi, dan visualisasi yang mendukung semua hal yang diperlukan dalam mencapai performa maksimal. Sebelum peristiwa AFF 2010 tersebut diketahui PT Liga Indonesia (LSI) berencana menggunakan tenaga pelatih dari perguruan tinggi untuk melatih di klub peserta kompetisi Liga Super Indonesia (LSI) 2009/2010. Langkah ini ditempuh Liga sebagai upaya menerapkan sport science (ilmu pengetahuan keolahragaan) di kompetisi LSI. Rencana ini dikemukakan CEO PT Liga Indonesia, Joko Driyono kepada wartawan usai mengadakan pertemuan dengan pimpinan dan staf pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada medio Januari 2010. Joko menegaskan, sejauh ini tidak banyak klub di Tanah Air yang memanfaatkan pelatih dari kalangan perguruan tinggi, padahal mereka memiliki kemampuan dan sarana penunjang yang memadai. “Dalam struktur organisasi klub atau tim sepakbola profesional, tenaga pelatih fisik atau psikiater semestinya harus ada. Tapi di Indonesia, itu hanya menjadi syarat administrasi bagi klub dan tidak pernah diimplementasikan,” ujarnya. Setelah itu pada bulan Juni 2010, Badan Tim Nasional (BTN) PSSI membentuk tiga tim talent scouting (tim pencari pemain muda berbakat) mengingat luas wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke untuk mencari bibit unggul sepak bola. “Kami sudah membentuk dua divisi baru, yakni divisi talent scouting dan divisi sport science. Mulai Juli, kami akan memburu pemain muda dari seluruh Indonesia,” kata Ketua BTN, Iman Arif kepada wartawan di Jakarta, Senin. Menurut dia, tiga tim pemantau pemain berbakat ini adalah Tim pertama memburu usia 12-14 tahun diketuai Satia Bagdja. Tim kedua untuk usia senior dan U-23 dengan ketua Sutan Harhara. Sedangkan tim ketiga merupakan `mata-mata` untuk pengadaan audio visual tim-tim lawan dengan ketua Timo Scheunemann. Untuk memudahkan tugas ini, menurut Arif, BTN membagi pemantau dalam enam wilayah. Masing-masing wilayah akan memiliki penanggung jawab sendiri. Sedangkan pemain yang akan terpilih akan dilaporkan kepada Riedl secara tertulis. “Ini merupakan bentuk reformasi dalam memantau pemain-pemain berbakat yang selama ini belum terlihat. BTN jadi bisa melihat pemain kita berkembang lebih maju,” katanya. Sementara untuk Divisi sport science ini akan ditangani oleh dr Phaidon L Toruan MM dan dr Arie Sutopo. “Sport science akan kami kembangkan. Selain talent scouting, akan dilalukan edukasi olahraga di daerah-daerah. Termasuk melakukan seminar tentang nutrisi pesepakbola dan sport science ke daerah,” katanya. Pemanfaatan Sport Science oleh PSSI di Era Djohar Arifin Belum genap setahun kepengurusan Djohar Arifin, tentu tidaklah adil jika kita mengharap sudah banyak yang dilakukan olehnya dalam hal sport science dan membandingkannya dengan era sebelumnya. Namun dari masa yang baru sebentar itu diperoleh beberapa informasi di internet mengenai pemanfaatan sport science oleh PSSI. Sport Science merupakan pilar keempat dari 5 pilar yang menjadi program kerja kepengurusan Djohar Arifin yang terpilih dalam Kongres 9 Juli 2011. Lima pilar pengembangan sepakbola tersebut adalah pembenahan organisasi, peningkatan kualitas kompetisi, pembinaan usia dini, sports science, dan pembentukan timnas yang kuat. Sayangnya beberapa hal yang ditinggalkan pengurus lama kemudian terasa mengganggu kinerja, sementara program-program yang terkait dengan lima pilar terus mendesak untuk ditangani. Hanya dua pekan setelah terpilih dalam Kongres, Indonesia harus menghadapi pertandingan melawan Turkmenistan, padahal tim pemain belum disiapkan oleh pengurus lama. Pengurus baru juga mendapati kenyataan PSSI seperti ditinggalkan dalam keadaan terbengkalai, kas kosong, bahkan menunggak pembayaran. Sepak bola bukan ilmu pengetahuan, tetapi ilmu pengetahuan dapat meningkatkan level kualitas sepak bola. Sudah bukan rahasia lagi, negara-negara dengan kekuatan sepak bola mengagumkan memang sudah jauh-jauh hari mengamini ungkapan itu dan mengimplementasikan pendekatan ilmu pengetahuan (sport science) untuk membentuk pemain bermutu sejak usia dini. Sinergi ilmu pengetahuan dan olah raga terbukti meningkatkan kualitas sepak bola yang berujung pad aprestasi. Direktur Sport Science PSSI yang juga Kepala UPT Olah Raga ITB Tommy Apriantono bahkan meyakini, tanpa sentuhan ilmu pengetahuan olah raga dalam pembinaan pemain usia dini sampai senior, kualitas pemain dan sepak bola dari sebuah negara tidak akan pernah mencapai prestasi puncak. Tommy yang menyelesaikan studi S2 dan S3 Ilmu Olah Raga Sepak Bola di Jepang, menyontohkan, sejumlah negara, di antaranya Jepang dan Australia, yang kekuatan sepak bolanya berada di bawah Indonesia beberapa puluh tahun lalu, kini justru mengangkangi Indonesia dan bahkan sudah menjadi langganan wakil Asia untuk berlaga di level Piala Dunia. Tommy mengatakan, negara-negara maju umumnya membentuk kekuatan sepak bola dengan desain yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Alih-alih mendahulukan kompetisi senior, pembinaan pemain usia dini di negara-negara itu justru menjadi sorotan utama. Sejak usia dini, banyak tahapan ilmu pengetahuan diterapkan, mulai dari psikotes untuk mengetahui karakter pemain agar bisa ditempatkan sesuai posisi, serangkaian tes fisik, sampai mempelajari efek negatif dan positif berbagai jenis latihan. "Jepang baru memulai kompetisi J-League pada 1993 setelah mereka melakukan pembinaan pemain usia muda selama 13 tahun. Semua direncanakan dengan perhitungan ilmu pengetahuan untuk mengasah dan memanfaatkan bakat pemain sesuai karakter. Sepak bola sudah diyakini bisa ditingkatkan kualitasnya melalui desain, tidak hanya berdasarkan kesempatan seperti yang terjadi pada sepak bola kita," papar Tommy yang melakukan penelitian pengaruh kelelahan terhadap kemampuan menendang dalam program S-3-nya. Penerapan seleksi ketat dan penerapan ilmu pengetahuan olah raga (sport science) dalam Liga Bintang Honda U-13 yang diselenggarakan Pikiran Rakyat-UPT Olah Raga ITB akan segera diadopsi oleh PSSI. Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin mengungkapkan, dengan menganut sistem kompetisi Liga PR, PSSI akan segera merancang dan melaksanakan kompetisi untuk berberapa level kelompok umur dengan penyaringan administrasi secara ketat dan penerapan sport science untuk secara serius membina pemain muda. "Liga PR ini adalah sejarah baru, ketika di dalam sebuah turnamen SSB diterapkan sport science dan disusun bank data pemain dan didahului screening tegas. Kompetisi seperti ini harus dikembangkan, karena tanpa penerapan sport science dalam pembinaan pemain muda, sepak bola kita akan selalu ketinggalan di level Asia, apalagi dunia," kata Djohar Arifin saat membuka secara resmi Liga Bintang Honda Pikiran Rakyat-UPT Olah Raga ITB di Lapangan Saraga, Jln. Siliwangi Bandung, Minggu (13/11). Dia menjelaskan, pembinaan usia dini sudah selayaknya mendapatkan perhatian serius dengan serangkaian program berbasis ilmu pengetahuan olah raga. Jika pembinaan usia dini dilakukan dengan benar, para pemain yang dibentuk akan menjadi tulang punggung timnas di masa depan. Djohar Arifin menambahkan, sebagai respons sekaligus apresiasi atas bergulirnya liga U-13 Pikiran Rakyat, PSSI akan segera menyelenggarakan kompetisi kelompok umur di tingkat Pengcab seluruh Indonesia dengan fondasi seleksi administrasi, serangkaian tes fisik antropometri, dan penerapan aspek sport science lainya. "Sekarang di Bandung, tahun depan di Jabar, dan nasional. Kompetisi kelompok umur ini nantinya akan membawa bendera Pengcab masing-masing sampai ke level nasional, untuk kelompok umur 12, 14 dan 16 tahun. Seleksi administrasi seperti akta kelahiran maupun tes fisik akan ketat. Sudahlah, harus kita hentikan upaya menang dengan memaksakan berbagai cara seperti pencurian umur. Orang tua atau pengurus klub juga jangan memaksakan kalau memang anak atu murid tak memenuhi syarat karena itu sama saja merusak tim dan prestasi anak itu sendiri nantinya," ujar Djohar. Tidak hanya penyelenggaraan kompetisi berbasis sport science, Djohar juga sudah berencana mendatangkan instruktur sepak bola Belanda Bert Ventury unutk meningkatkan kualitas kepelatihan para pelatih lokal. "Kita punya puluhan juta anak, namun selama ini umur mereka lewat begitu saja karena tak tersentuh pelatih benar dan akhirnya tidak ada bakat mereka yang tercungkil," kata Djohar.

Dengan syarat garis besar program yang sudah dirancang dan kini mulai dijalankan bisa terlaksana, PSSI yakin target tampilnya tim nasional (timnas) minimal di Piala Dunia (PD) 2026 bisa tercapai. Dua di antara  garis besar program yang dimaksud adalah pembinaan usia dini, serta peningkatan SDM dengan pengembangan sports science. Menurut Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin, program-program yang ia maksud dan segera dijalankan oleh PSSI itu, pada  dasarnya mengacu kepada keberhasilan negara-negara lain yang sudah lebih maju sepakbolanya. "Belanda misalnya, itu kuat dengan pembinaan usia dini serta berkelanjutan. Dan terbukti mereka selalu mampu masuk di Piala Dunia, serta selalu melahirkan pemain hebat. Begitu juga Jepang untuk ukuran Asia," papar Djohar, Rabu (4/1), di Jakarta.

Lebih jauh, Djohar pun menjelaskan pentingnya salah satu elemen yang ingin dikembangkan serius, yaitu sports science, dalam rangka pencapaian prestasi sepakbola nasional tersebut. Di mana menurutnya, negera-negara yang sepakbolanya maju saat ini, rata-rata memang sudah menggunakan berbagai pendekatan ilmu pengetahuan (sains) dalam mengembangkan sepakbola. "Untuk ukuran kemampuan (fisik) seorang pemain saja misalnya, itu di Eropa sudah ada patokan angkanya, yaitu minimal 62, untuk mampu bersaing dengan pemain lainnya. Ukuran itu berdasarkan perhitungan banyak hal, mulai dari bobot tubuh, usia, tarikan nafas, dan lain-lain. Kalau pemain kita, sekarang ini rata-rata belum sampai di angka 50," ungkap Djohar, sambil bercerita pula bagaimana di Jepang misalnya, selain gizi makanan pemain yang diatur sedemikian rupa, keberadaan fasilitas semacam pengatur tekanan  udara di penginapan pemain pun sudah tak mengherankan. Yang dimaksud Djohar dengan patokan angka itu agaknya adalah VO2max, ukuran  kebugaran aerobik seseorang. Termasuk bagian dari penggunaan sports  science, ukuran ini lazimnya secara standar dihitung berdasarkan serapan  oksigen per milimeter ke dalam tubuh, per kilogram berat tubuh, per menit. Sehubungan dengan itu, salah satu wujud dari pelaksanaan garis besar program PSSI itu nantinya, menurut Djohar lagi, adalah keberadaan setidaknya enam sentra pembinaan atau semacam akademi pemain usia muda di seluruh Indonesia. "Di setiap akademi itu  nanti, dalam bayangan kita, akan ada empat lapis pemain (44 pemain) untuk tiap kategori, mulai dari U-23, U-21, U-19 dan seterusnya. Mereka diseleksi dan dibina terus-menerus. Jika ada yang menurun kemampuannya akan keluar, dan berganti dengan yang lain yang lebih baik," paparnya.

Sumber:

1.http://health.kompas.com/read/2010/12/17/14311455/Inilah.yang.Menyulap.Timnas.Jadi.Beda

2.http://health.kompas.com/read/2010/12/20/09044557/Nutrisi.dan.Cairan.Bikin.Timnas.Beringas

3.http://www.kentsport.org/pdfs/sport_science_sportssheet.pdf

4.www.wikipedia.org

5.www.koni.or.id

6.http://books.google.co.id/books?id=6ZwlbDxHK_UC&pg=PA293&lpg=PA293&dq=handbook+of++sport+science&source=bl&ots=an-BfA1ZxL&sig=tihVPfVrDnsCr-XhVILeFzLd5DA&hl=en&sa=X&ei=pyZIT6-sKoHwrQfFwMTHDw&redir_esc=y#v=onepage&q=handbook%20of%20%20sport%20science&f=false

7.http://www.yiela.com/view/404806/-koni-akan-dirikan-sport-science-

8.http://koni.or.id/profile/visi-dan-misi/

9.http://koni.or.id/wp-content/uploads/2012/02/Sport-Science_REVISI.pdf

10.http://inioke.com/?mod=konten&id=4837&j=pp-itkon-lembaga-sport-science-di-indonesia.html

11.http://bisnis-jabar.com/index.php/2011/03/kemenpora-dan-itb-akan-buka-magister-sport-science/

12.http://beritakoruptor.com/kolom-krisis-untuk-pssi.html

13.http://www.antaranews.com/berita/268269/umum--pembangunan-sport-science-center-seag-90-persen

14.http://bola.okezone.com/read/2010/08/26/49/367037/panigoro-terapkan-sport-science-benahi-manajemen

15.http://sepakbolaonline.com/liga-terapkan-pelatih-berbasis-science/

16.http://sepakbolaonline.com/btn-bentuk-tiga-tim-muda-berbakat/

17.http://www.pikiran-rakyat.com/node/165437

18.http://www.pikiran-rakyat.com/node/165515

19.http://www.beritasatu.com/mobile/sepakbola/24498-pembinaan-dini-dan-sports-science-jadi-fokus-pssi.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun