saya memiliki teman yang semasa kuliahnya dia mengebu-ngebu jadi pengusaha. dia membeberkan alasannya menjadi pengusaha.pertama,dia melihat teman-temannya banyak yang melakukan kecurangan (menyontek) sewaktu ujian.ketika dia bertanya kepada si pencontek"kenapa mencontek?",si pencontek menjawab "biar nilainya bagus?".dia bertanya kembali "terus kamu puas kalau dapat nilai bagus tapi dari hasil nyontek?".dijawabnya " kan kalo nilai kita bagus nanti IPK-nya jadi gede juga di ijazah,kalo IPK gede bakal gampang dapet kerja". mendapati jawaban seperti itu teman saya menyimpulkan kebanyakan orang menggantungkan hidupnya kepada ijazah.oleh karena itu dia bertekad membuktikan dirinya bisa sukses tanpa mengadalkan ijazah.tapi dia tidak se-ekstrim Bob sadino keluar dari kampus dia tetap merampungkan kuliahnya.
alasan kedua, sudah menjadi kenyataan bahwa tiap tahunnya bertambah sarjana pencari kerja yang menganggur. sadar bahwa jumlah pencari kerja lebih besar ketimbang lapangan pekerjaan maka dia bertekad menjadi penyedia lapangan pekerjaan.
tiga tahun kemudian ketika saya mampir ke rumah makan yang setiap week-end selalu ramai. saya tidak menyangka ternyata rumah makan itu milik teman saya tadi. saya pun menanyakan bagaimana bisa mendirikan rumah makan seramai ini. dengan tersenyum dia memberi tahu saya kalo kamu mau buka usaha kamu harus gila. saya minta penjelasan lebih mendetail karena tidak tahu apa maksudnya. dia menceritakan saat dia menerima ijazah dari kampusnya.saat itu juga dia membeli berangkas lalu dimasukannya ijazah ke dalam berangkas lalu di kunci dan si kuncinya itu dia buang ke kali dengan begitu semangatnya akan semakin terlecut untuk jadi pengusaha. saat pesimis dan berpikir lebih baik nyari kerja tidak akan bisa,wong ijazahnya aja terkunci. dia juga menyarankan saya untuk melakukan hal yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H