Dalam kehidupan sehari- hari kita kerap kali berinteraksi dengan orang lain seperti keluarga, pasangan, tetangga, dan masyarakat sekitar. Berinteraksi meliputi banyak hal baik itu berbicara maupun berperilaku, dalam kegitan tersebut tidak selalu berjalan sesuai dengan yang diinginkan, terkadang perkataan dan perbuatan yang kita lakukan yang menurut kita biasa saja belum tentu demikian dimata orang lain, yang bisa membuat seseorang sakit hati atau bahkan menjadi amarah. Tidak hanya kita sendiri, orang lainpun dapat berperilaku demikian, pasti kita sendiri juga pernah merasa disakiti atau dibuat geram atas sikap dan perilaku seseorang baik yang disengaja maupun tidak hingga menjadi sebuah amarah kepada pihak yang menurut kita bersalah.
Amarah yang berlebih yang tidak diimbangi dengan dewasa akan berubah menjadi penyakit hati seperti dengki dan rasa ingin balas dendam dan menyebar fitnah atau menjatuhkan kembali orang yang menurut kita bersalah, contohnya hingga mempercayai ilmu hitam untuk menyakiti seseorang, bahkan pembunuhan dan cara keji lainnya. Oleh karena itu kita harus menanamkan sikap saling memaafkan atas kesalahan diri sendiri dan kesalahan orang lain agar tercapainya kedamaian. Memiliki sikap memaafkan akan sangat berguna dalam menjalani hidup. Lalu apa si definisi memaafkan itu ?
Memaafkan adalah kondisi dimana kita berhenti menceritakan secara berulang pada diri sendiri mengenai apa yang terjadi, apa yang dilakukan orang lain, bagaimana kita terluka, dan hal-hal yang menimbulkan luka batin. Kita mengikhlaskan apa yang telah terjadi dan tidak terpengaruh dengan masa lalu. Ada dua jenis memaafkan yang dilakukan manusia, yaitu memaafkan orang lain dan memaafkan diri sendiri.
McCullough dkk. (1997) mengemukakan bahwa memaafkan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti.
Selama satu dekade terakhir, kelompok pertama riset "forgiveness" yang dipimpin oleh Michael E. McCullough, Â memberikan definisi bahwa "forgiveness" didefinisikan sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi dimana suatu organisme menjadi (a) semakin menurun motivasi untuk membalas terhadap suatu hubungan mitra; (b) semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku; dan (c) semakin termotivasi oleh niat baik, dan keinginan untuk berdamai dengan pelanggar, meskipun pelanggaran termasuk tindakan berbahaya. Namun, Michael E. McCullough memperbaiki definisi ini dengan menambahkan fungsi tambahan: bahwa "sistem forgiveness" menghasilkan perubahan motivasi, hal ini karena usaha individu selama berevolusi dalam mempromosikan pemulihan hubungan antar individu yang baik untuk mengurangi dampak kerugian interpersonal mengalami keberhasilan.
Selain menurut general dan riset para ahli, memaafkan juga dijelaskan didalam agama islam Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah bersabda, "Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat) nya (di dunia dan akhirat)." Selain dalam agama islam, agama yang lainnya pun pasti mengajarkan dalam hal kebaikan contohnya dalam hal memaafkan kesalahan saudaranya. Dari serangkaian definisi memaafkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa memaafkan merupakan cara mengatasi hubungan yang rusak dengan dasar prososial untuk memperoleh kesembuhan dari ingatan yang terluka tanpa harus melupakannya.
Memberi maaf bukan berarti luka akan sepenuhnya hilang, namun kita belajar untuk mengikhlaskan apa yang telah membuat kita terluka. Juga bukan berarti semua akan kembali menjadi normal, hubungan dengan orang yang menyakiti akan kembali dekat, atau melupakan semua kesalahan mereka. Tindakan memaafkan seolah memberi tahu pada diri sendiri dan semua orang bahwa masa lalu yang terjadi tidak lagi berarti, tidak lagi relevan dengan masa sekarang, serta membuktikan bahwa kita masih bisa hidup dengan baik.
Kita tidak membenarkan perilaku salah yang orang lain lakukan, namun kita tidak lagi mempedulikannya demi kebahagiaan kita sendiri. Sifat besar hati dan mengampuni bukan simbol kelemahan. Justru sebaliknya, hanya orang kuat dan berjiwa besar yang mampu melakukannya. Dendam atau rasa sakit diibaratkan seperti luka yang ada di badan kita, dan memaafkan adalah obat untuk luka kita sendiri. Semakin kita menunda untuk mengobatinya, maka luka akan semakin parah dan hanya akan merugikan diri sendiri.
Memberi maaf ataupun tidak pada seseorang tidak akan mudah melupakan luka hatinya, karena memberi maaf sesungguhnya tidak bertujuan melupakan luka hati melainkan memberi kesempatan baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri untuk membangun hubungan yang lebih serasi. Sikap tidak memaafkan biasanya mengasah tumbuhnya kemarahan dan dendam. Rasa sakit hati dapat menciptakan krisis pemberian maaf. Hal ini terjadi tatakala rasa sakit hati tersebut selalu bersifat pribadi, tidak adil dan mendalam. Di kaca sikologi memaafkan akan berpengaruh baik dengan kepribadian dan Kesehatan seseorang terutama Kesehatan mental, Ketika kita menanamkan sikap amarah dalam diri yang akan menimbulkan dendam itu akan menghitamkan hati kita dan membuat hati menjadi gelisah, tidak tenang, sedangkan jika kita berusaha untuk menjadi pemaaf walaupun bukan hal yang mudah maka kita akan mendapatkan kedamaian hati dan hidup dengan tentram tanpa adanya perasaan dengki pada orang lain, memaafkan bukan berarti rendah diri tetapi memaafkan adalah proses dari pendewasaan.
Mulai saat ini kita harus menanamkan sikap memaafkan dengan berbagai cara contohnya :
1. Memaafkan Orang Lain dengan Metode REACH
- R: Recall (mengingat kembali luka)
- E: Empathize (Berempati)
- A: Altruistic Gift (Memaafkan secara altruistik)
- C; Commitment (Komitmen agar pengampunan bertahan lama)
- H: Hold onto Forgiveness (Berpegang teguh pada komitmen dalam upaya memaafkan)