Mohon tunggu...
Yanuar I. Pangestu
Yanuar I. Pangestu Mohon Tunggu... -

Psychology of merdeka university

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Teori Psikoseksual Sigmund Freud

29 Maret 2015   10:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:51 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Teori Psikoseksual Sigmund Freud menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi masa lalu, yang di bawa secara tidak sadar. Dalam perkembangannya manusia bersifat evolutif, yang berarti tidak bisa melewati tahapan satu ke tahapan yang lainnya (hirarki).

Menurut Freud, manusia memiliki 5 tahapan Psikoseksual, yaitu:

1.Fase Oral

Terjadi pada anak usia 0-2 tahun. Dimana dalam fase ini interaksi rangsangan  dan kenikmatan yang didapat terletak pada mulut dengan cara menggigit dan menghisap. Kepuasaan pada masa ini serta merta harus terpenuhi, karena bayi hanya memiiki id. Fase oral mengembangkan rasa percaya dan kenyamanan dengan melakukan stimulasi oral yang dilakukannya. Fiksasi yang dihasilkan apabila kebutuhan pada masa oral bayi kurang akan menimbulkan perilaku dimasa berikutnya, dimana indidu tersebut akan mengalami masalah dengan minum, makan, merokok atau mengigit kuku.

2.Fase Anal

Fokus utama libido pada fase ini adalah pada alat pembuangan (anus) pengedalian rasa buang air  besar. Konflik utama pada masalah ini adalah toilet training, bagaimana seorang anak belajar  mengontrol kebutuhan dirinya. Pada masa ini id, ego dan superego mulai dipergunakan. Keinginan untuk memuaskan dirinya dengan buang air besar harus ditunda agar buang air pada toilet, sebagai bentuk norma sosial yang mulai ditanamkan dengan cara mengingatkan, hukuman, atau penghargaan yang diberikan oleh orangtua. Maka dalam fase ini anak mulai merasakan kepuasan dan kepercayan diri, sebagai efek dari penghargaan yang diterimanya karena telah melakukan toilet training dengan baik. Bentuk fiksasi jika seorang anak mengalami toilet training dengan ketat, maka akan membentuk tertib, kaku, dan obsesif. Sebaliknya, jika orangtua memberikan kelonggaran dalam toilet training bentuk fiksasi pada anak menjadi boros dan berantakan.

Berlanjut…..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun