Mohon tunggu...
YANU ANGGRIANI
YANU ANGGRIANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suku Jawa

Silahkan singgah walau tak sungguh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dasar Berfilsafat

23 April 2021   11:19 Diperbarui: 23 April 2021   11:35 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita sering berpikir siapa yang menciptakan manusia, dunia, dan alam semesta ini? Dan apa tujuan dari diciptakan semua ini? Tentunya adanya sesuatu pasti ada penciptanya dan tujuannya masing-masing. Dari berbagai pertanyaan yang muncul di kepala kita, kita akan mencoba mencari tahu apa jawabannya. Namun terkadang jawaban yang kita peroleh kita tidak merasa puas dengan jawaban-jawaban ini, dan itu semakin membuat kita berpikir dan berpikir lebih mendalam untuk mengetahui jawaban sebenarnya dari pertanyaan ini. Ini adalah hasrat setiap manusia yang tidak akan binasa. Seperti yang pernah dikatakan Jean Paul Sartre, orang memiliki keinginan yang kuat untuk mengajukan pertanyaan. Filsafat itu universal, artinya pemikiran yang ada pada aliran filsafat berlaku untuk semua tidak terkecuali.

Filsafat mempunyai ciri radikal, maksudnya ia mampu menggali sesuatu sampai ke akarnya. Seorang filsuf tidak akan pernah berhenti berfilsafat sampai ia benar benar mengetahui jawaban sebenarnya dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikirannya dan sampai ia benar-benar tidak ragu dan heran lagi. Jadi jangan heran ketika ada manusia yang selalu ragu dengan jawaban yang diberikan oleh orang lain. Apalagi terhadap sesuatu yang baginya belum mampu ia rasionalkan sendiri. Ini yang menjadikan sebab mengapa manusia senantiasa dituntut untuk berfilsafat.

Manusia akan menjadi orang yang lebih manusiawi dalam arti mereka akan lebih mampu menggunakan rasionya yang dimilikinya sebagai manusia adalah makhluk yang berakal dalam arti mereka akan lebih mampu menggunakan rasionya. Filsafat diambil dari bahasa Yunani yakni "philein" yang artinya cinta dan "sophia" yang artinya kebijaksanaan. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan (Love of Wisdom). Seorang filsuf (ahli berpikir) sangat mencintai kebijaksanaan dan mereka tidak akan mudah percaya pada hoax atau berita-berita bohong yang marak saat ini. Ada 3 persoalan umum/dasar dalam filsafat:

1. Keberadaan (being) atau eksistensi (exixtence) 

Ini cabang dari metafisika. Metafisika merupakan studi yang berbasis kenyataan/keberadaan. Didalam metafisika terdapat persoalan ontologis, kosmologis dan antropologis. Persoalan ontologis membahas makna dan penggolongan "ada" dan "eksistensi". Ontologis merupakan sifat dasar kenyataan. Asal mula, perkembangan, struktur/susunan alam adalah persoalan kosmologis. Kosmologis ini merupakan permasalahan ruang dan waktu. Sedangkan persoalan antropologis berfokus ada kesadaran dan kebebasan. Antropologis ini berhubungan dengan tubuh dan jiwa manusia. Secara sederhana, metafisikawan berusaha menjelaskan rangkuman dan intisari dari apa (of what's), apa yang ada (of what exists), dan apa yang sejati ada seperti ada secara sederhana (of what's in the end real). 

2. Pengetahuan (expertise) atau kebenaran (truth) 

Ini cabang dari epistemologi dan logika. Epistemologi mempelajari asal/sumber, struktur, metode dan validitas pengetahuan. Epistemologi dikenal sebagai the idea of expertise atau teori pengetahuan karena berkaitan dengan pengidentifikasian dasar-dasar dan tanggung jawab kebenaran dan pengetahuan, dan kemungkinan besar inilah aspek terpenting dari filosofi bagi mereka yang mengajar. Secara sederhana, Para epistemolog ingin mengetahui apa yang diketahui (what's known), kapan itu diketahui (whilst is it known), siapa yang tahu atau dapat mengetahuinya (who is aware of or can know), dan yang terpenting, bagaimana kita tahu (how we know). Sedangkan logika merupakan ilmu, kecakapan, alat untuk berpikir secara lurus. Logika ini berasal dari kata trademarks yang berarti nalar, kata, teori, uraian dan ilmu. 

3. Nilai-nilai (values) Ini cabang dari aksiologi. Aksiologi bisa disebut sebagai the idea of fee atau teori nilai. Aksiologi ini merupakan bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (proper and wrong), serta tentang cara dan tujuan (method and ends). Didalam aksiologi terdapat etika (kebaikan) dan estetika (keindahan). Etika merupakan filsafat moral. Sedangkan estetika merupakan filsafat keindahan. 

[23.04.2021]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun