"Kuteeet!!"
"Saya di sini bos. Ada apa siih?" sela Mita membalas panggilan bosnya. "Kebiasaan ya, panggil Kutat Kutet -- Kutat Kutet. Nama saya Mita, Bos. M-I-T-A." Mita memperjelas penuh penekanan. Sungguh menyebalkan mempunyai bos yang tak punya akhlak, menjuluki orang seenak udelnya sendiri.
"Hehe ... Kutet ada di sini rupanya. Kupikir kabur ke mana." Si bos menggaruk kepala botaknya dengan wajah tanpa dosa. "Biasalah Tet, kopi, kopi."
"Kopi, Bos? Memangnya saya bininya si Bos, kudu nyediain kopi?" Mita memutar bola matanya jengah. Sudah jadi kebiasaan si bos setiap menginginkan kopi, pastilah dirinya jadi sasaran. "Lihat Bos, tuh ada Kang Asep, Mas Wiryo sama Dul yang bisa disuruh bikin kopi."
"Hmm, beda. Kopi buatanmu the best!"
"Aduh Bos, kayaknya amnesia ya? Bos lupa kalau jabatan saya di sini adalah sekretaris antar lembaga, bukan OB."
"Ayolah Tet, kamu baik deh."
"Maaf Bos, saya lagi nyusun agenda buat besok. Pak Fadli minta laporannya satu jam lagi."
"Gimana kalau aku traktir makan siang, Tet?"
"Hadeuh, gimana ya? Kayaknya kalau begini sih gak bisa nolak deh. Tapi mohon sabar ya Bos, tunggu satu jam lagi."