Bumi tempat kau dilahirkan
Bumi tempat kau dibesarkan
Bumi tempat kau menua dan mati
Bumi tempat anak cucu
Bumi tempat generasi penerus
Dan juga generasi sebelummu
Bumi telah ada sejak 4,6 milyar tahun yang lalu
Jelas... kini bumi semakin menua
Tidakkah kau harusnya semakin menjaga?
Tetapi mengapa disana-sini terjadi perusakan
Dengan ataukah tanpa sadar
Kejam...
Betapa kejamnya manusia...
Penyiksaan lahir dan batin menghujani bumi
Hutan-hutan mulai gundul
Berganti wajah bangunan pencakar langit
Berbagai jenis polusi mencekam bumi
Dari kendaraan, limbah pabrik serta nafas manusia
Warna-warni gunungan sampah
Dengan aroma yang menusuk hidung
tersebar dimana-mana
Berkilometer benda tajam menusuk daging bumi
Demi mengambil kandungan isi bumi
Ledakan demi ledakan dilakukan
Demi mempermudah cara
Sadarkah...
Bumi kini menangis
Perih, kecewa, dan terluka
Melihat ulah kita...
Tuhan memberikan akal fikiran untukmu,
Untuk menjaga bukannya merusak
Nyatanya manusia perusak bumi lebih kejam dari hewan buas...
Bumi semakin menua
Dia tidak sekokoh yang dulu
Banjir yang terjadi
Adalah bukti bumi yang menangis
Gempa yang terjadi
Adalah bukti bumi yang batuk
Angin Topan dan badai itu
bukti bumi yang terserang asma
Gunung-gunung yang memuntahkan laharnya
Bukti dari bumi yang muntah darah
Semua ulah manusia
Yang penuh ego dan serakah
Manusia penuh kepintaran namun berjiwa perusak
Kini bumi semakin menua dan penuh derita
Ulurkan tangan halusmu untuk menjaganya
Merawatnya hingga dia kembali sehat
Namun...
Jika hanya ingin merusak
Tidak perlu kau lakukan lagi
Kini bumi semakin menua
Hanya tinggal menunggu waktu
Hingga bumi kembali menjadi debu...
Dan kau manusia
Kaupun akan kembali menjadi debu
Mati dengan sejuta keserakahan
Sesalmu???
Sesalmu tidak berarti lagi...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H