Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

#MeSRA-Mewujudkan Sekolah Ramah Anak: Catatan PPDB2014 Online di Kota Bandung

15 Juli 2014   13:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:17 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_347815" align="aligncenter" width="640" caption="SPeAKnACtBdg"][/caption]

"Ass..bu ini bu Rahmi, guru SMKN 13 yg sdg menunggu jwbn bs tdknya putri sy mengisi kuota di sSMKN 9, krn sy hrs puny jwb hr senin u bs segera mendftrkn anak sy ke skolh lain yg dekat dg temp sy mengjr.Ini sms dr ksiswaan bu Erna SMKN 9 tentg posisi hr ini.(Ass wr wb, maaf baru bisa memberi kabar, bu rahmi, daftar putri ibu sdh dalam urutan msk k SMKN 9, namun krn sistem sampai saat ini belum ada kabar dari dinas pendidikan, sehingga SMKN 9 kekosongan banyak dr yg tdk naik tdk mengulang 8 orang, dr yg mengundurkan diri 5 orang,  dari kemarin terus terusan ke dinas sampai magrib kemarin tetap blm ada). Bu, anak sy putri tunggal, ayahnya sdh meninggl 6 th yl, jd sy berjuang sendiri mdh2n bs membekali putri sy dg keahlian yg insyaAllah dia minati. Tp krn sistem th ini, anak sy yg pingin pindh ke smkn 9, jurusn DKV,tdk Lolos dg nem, smntr dr hsl tes DKV dia Lulus. Cm 1 peluang putri sy, yaitu jk kuota yg kosg bs di isi, insyaAllah impiannya sjk th lalu ke DKV terwjd, dan dia bs menyalurkn hobinya menjd sebuah Profesi bekal masa dpnnya. Putri sy sbnrnya pindh jrsn dr smkn 13 TKJ ke smkn9 DKV. Krn beda jrsn, mk dia hrs mengulng dr kls X, dan mengikuti sistem th ini, tdk sprti th lalu, bhw anak guru ada prioritas. Krn sy mengajar di smkn13 sering pulg sore, hrpn sy jk dia di smkn9, sy sambl bekerja msh bs memantau anak sy tsb,insyaAllah. Amiin. Sblmnya  terimakasih bu atas perhatian ibu dan dedikasi ibu kpd kami, jazakillah khoir. Amiin.(RAHMI,guru SMKN13)"

"Aslm.ibu saya tika yg td bertemu ibu di disdik.nama anak saya aqshal natayuda sandi no nisn 0016953285,no peserta us/m:01-233-038-3 asal sekolah sdn sukasenang jumlah nilai us/m: 24,55(b.ind 7,80,mat 8,00,ipa 8,75). Domisili sy di kabupaten, sy tinggal di jl.edang suwanda no 14 pasirleutik bdg 40192.sekolah SMP yang dituju 14,27,22 sy dirugikan oleh kebijakan dan sistem.terima kasih ats kesediaan ibu membantu kami."

Dua sms dari dua ibu yang begitu peduli terhadap pendidikan anak ini, mengikis keengganan saya untuk hadir kembali di Balai Kota. Suara-suara mereka sebenarnya sudah disampaikan kepada Pak Walikota melalui  Dosen psikologi UPI  yang masih muda. Psikolog ini baru  saya kenal saat pertemuan perdana Komunitas Peduli Pendidikan Kota Bandung di Rumah KerLiP  selepas pertemuan lengkap dengan Pak Walikota di Pendopo. Badanya yang kurus kecil tidak menghalanginya untuk lantang menyuarakan Hapus Ujian Nasional. Semangatnya juga tak pernah padam untuk menghidupkan Revolusi Mental di Pendidikan.  Tak jarang, ia memfasilitasi kami yang duluan membangun kesadaran kritis di pendidikan untuk duduk bersama memperkuat kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah kota Bandung.  Berkali-kali informasi tentang pertemuan-pertemuan penting disampaikannya melalui whatsapp. Ia jua lah  yang menyampaikan informasi tentang pertemuan hari ini antara Pak Walikota Bandung dengan Kepala Sekolah di Balai Kota.

Berani Gagal

Kampanye dan advokasi berbasis hak-hak anak dan hak atas pendidikan sudah mendarah daging dalam keseharian Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan (KerLiP).  Berbagai experimen mulai dengan mengembangkan model-model pendidikan anak merdeka di sekolah, madrasah, pendidikan luar sekolah, sekolahrumah sampai dalam pengembangan kurikulum dan bahan ajar. Menjadi bagian dari pressure group juga cukup intensif dilakukan ketika berkolaborasi dengan FGII dan para aktivis pendidikan di tingkat nasional.  Liku-liku perjalanan KerLiP dalam membangun erakan kesadaran kritis berbasis keluarga menghantarkan kami pada posisi saat ini, sebagai mediator aktif.

Posisi mediator aktif ini pun tertangkap dalam penelitan untuk skripsi relawan yang magang di Perkumpulan KerLiP pada tahun 2013 lalu. Siti Azizah Namirah, b peneliti muda dari Kesos UI ini erhasil memotret perjalanan KerLiP dalam upaya Pengurangan Risiko Bencana di Pendidikan. Berbagai tantangan yang dihadapinya dalam melakukan penelitian tersebut berhasil ditaklukkan. Berani gagal. Ya, moto yang dulu disematkan saat KerLiP merintis dan mengembangkan Pendidikan Anak Merdeka di SD Hikmah Teladan terus menerus diisi dan diperkuat.

Memelihara semangat kerja tanpa kenal lelah menjadi kegembiraan tersendiri. Selalu saja ada yang menarik untuk dibicarakan.

GeMBIRA

Terlihat dikejauhan Pak Cucu, Kepala SMANSA Dago tengah bicara dengan perempuan berkerudung putih saat saya  berjalan mendekati auditorium. Kayaknya Teh Evi. Sudah lama sekali kami tidak sempat bertemu muka,  Sambutan Teh Evi yang ramah, menepis ketidaknyamanan yang tiba-tiba menerpaku saat menyapa para pelayan publik yang datang mendekat. Tidak seperti biasanya, bahasa tubuh orang-orang baik itu terasa menjauh.  Tekad saya menguat. Saatnya memberikan apresiasi terhadap praktik-praktik baik yang ditemui selama keliling di SMP-SMP di Bandung Utara pada saat jadwal PPDB 2014 dilaksanakan.

Suara parauku menunjukkan ketidaknyamanan itu masih membekas saat giliranku tiba. Kali ini aku mendapat giliran kelima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun