Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerakan Peduli Tetangga Mendukung Kampar Zero Drop Out

28 Februari 2023   04:58 Diperbarui: 28 Februari 2023   05:36 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri Koordinasi Tim Percepatan Desa Pendidikan dan UPT P2TP2A Kampar bersama Kepala Desa Kuapan dan Rahmat

Desa Kuapan Kecamatan Tambang berpenduduk lebih dari 3.850 orang, namun baru dua Anak Tidak/Putus Sekolah (ATS/APS) yang masuk dalam daftar. PJ Bupati Kampar, Dr.H. Kamsol, M.M menugaskan Tim Percepatan Desa Pendidikan untuk menindaklanjuti laporan APS dari Rahmat.

"Ibu yang membawa pulang paksa anak dengan gizi buruk dari RSUD juga dilaporkan oleh Rahmat. Menurut laporan yang kami terima, berat badan anak yang kita temui kemarin turun lagi jadi 4,7 Kg. Ternyata kemarin beratnya 4,9 Kg, "kata Linda, Kepala UPT P2TP2A Kampar. 

Hot Martua Pasaribu, Ranti, dan Yanti Kerlip dari Tim Percepatan Desa Pendidikan bersama Psikolog dan staf UPT P2TP2A Kampar memutuskan pergi beriringan selepas makan siang ke kantor Desa Kuapan. Rahmat membawa kami ke ruang kepala desa Kuapan.

"Para pemuda Desa Kuapan dan Pulau Birandang tempat tinggal saya langsung melaksanakan gesa Gerakan Peduli Tetangga yang diluncurkan oleh PJ Bupati Kampar pada HUT Kampar, 6 Februari lalu. Anak ini sudah lama kecanduan menghirup bensin motor. Ia putus sekolah di kelas 3. Ibunya bekerja mencari kelapa bersama ayah sambungnya,"Rahmat menjelaskan kembali laporan yang disampaikan kepada PJ Bupati Kampar.

"Sampai saat ini, kami baru menerima laporan 2 ATS/APS di Desa Kuapan Kemungkinan anak ini belum masuk dalam daftar. Jika merujuk pada APM SMA/SMK/MA Kampar, maka sekitar 35% warga usia 16-21 tahun Kampar kemungkinan ATS/APS. Pak Wali mungkin dapat menemukenali ATS/APS dari formulir yang diisi warga terkait SdG's Desa dan data miskin ekstrem dari P3KE Bappeda Kampar, "kata YantiKerlip. 

Wali Desa Kuapan, Lismanur langsung membuka berkas-berkas di meja kerjanya dan mengajak Tim Percepatan Desa Pendidikan bertemu Sekretaris Desa dan staf yang mengurus pembaharuan DTKS. "Data yang dilaporkan petugas lapangan KB juga memuat ATS/APS. Ibu bisa menghubungi petugasnya, " imbuh Linda sambil menghubungi PL KB Kecamatan Tambang. 

Sekdes Kuapan menunjukkan berkas-berkas yang diminta Tim Percepatan Desa Pendidikan. Ternyata hanya 1 berkas yang diisi lengkap. "Ibu saksikan sendiri jika berkas-berkas tersebut tidak banyak membantu karena warga tidak mengisi lengkap. Kami membutuhkan waktu sampai minggu depan untuk meminta data ATS/APS dari para ketua RT,"ujar Sekdes Kuapan. Tentu saja komitmen ini disambut baik oleh Hot Martua dan tim.

Terlepas dari fakta yang ada, Yanti Kerlip dan tim menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya dari PJ Bupati Kampar kepada pemuda Desa Kuapan dan Pulau Birandang terutama Rahmat yang menggiatkan Gerakan Peduli Tetangga dan melaporkan temuannya langsung.

Dokpri Hot Martua, dan Ranti (Tim Percepatan Desa Pendidikan),  Rahmat, Linda dan tim (UPT P2TP2A) bersama orangtua APS di Desa Kuapan
Dokpri Hot Martua, dan Ranti (Tim Percepatan Desa Pendidikan),  Rahmat, Linda dan tim (UPT P2TP2A) bersama orangtua APS di Desa Kuapan

Hot Martua dan Ranti membantu Linda menangani APS yang kecanduan menghirup bensin dan sudah terbiasa merokok. Keduanya berhasil mendekati APS, memandikan dan mengajaknya berkeliling kampung bersama Psikolog dan Linda. Orangtua APS menyambut baik gagasan Tim Percepatan Desa Pendidikan untuk memasukkan putra sulung mereka ke pondok pesantren setelah menyelesaikan rehabilitasi yang disiapkan UPT P2TP2A dan mitra.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun