Putri sulung saya, Fitry lahir saat saya harus menyelesaikan banyak tugas praktikum di laboratorium. Tak mengherankan jika  Fitry kecil akrab dengam tumpukan buku-buku tebal seperti extra pharmacopeia, chemical abstract, dst. Rupanya kebiasaan akrab dengan buku membuat Fitry otomatis belajar membaca. Usia 18 bulan ia sudah pandai membaca dan menulis cerita.Â
Awalnya saya pikir hanya kebetulan ketika ia menceritakan ilustrasi dari buku berseri Childcraft sama persis dengan paragraf yang tertera di samping gambar tersebut. Sampai suatu ketika saat ulang tahun yang kedua, kami menerima empat orang psikolog dari Jakarta. Mereka datang untuk memastikan bahwa pemenang teka-teki silang di majalah anak terkemuka saat itu adalah gadis kecil kami yang berusia 2 tahun.Â
Prestasi akademik Fitry di berbagai sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah yang dimasukinya termasuk luar biasa. Saya berulang kali mencari sekolah yang tepat untuk Fitry yang menyukai tantangan berat dalam belajar tapi benar-benar membenci perlombaan. Â Fitry kecil sering menyatakan keheranannya saat diminta mewakili sekolah dan madrasah tempatnya belajar dalam beragam lomba.Â
Kelas Akselerasi
Saya sebenarnya menolak eksklusivitas kelas akselerasi yang dibuka SMP tempat Fitry belajar. Apalagi ada dua orang peserta didik di angkatan sebelumnya yang masuk perawatan di rumah sakit jiwa.Â
Bersama orangtua/wali kelas akselerasi angkatan Fitry,.saya melakukan advokasi agar sekolah menghapus komersialisasi pendidikan. Memang aneh, dulu saat saya menerima penghargaan karena meraih prestasi tertentu saya mendapatkan hadiah, bebas bayar SPP. Â Sekolah putri kami justru memungut biaya 10 kali lipat kepada peserta didik kelas akselerasi.Â
Fitry memilih homeschooling di kelas XI untuk menekuni hobinya menggambar. Ia menikmati masa anak-anak lebih lama di tingkat SMA dengan model pembelajaran mandiri ini.Â
Saya sempat khawatir menyia-nyiakan potensi kecerdasannya yang luar biasa. Tapi kesibukan mengadvokasi kebijakan Ujian Nasional membuat saya lepas tangan.Â
Fitry pun melanjutkan pendidikan tinggi ke jurusan bahasa Jepang setelah menyelesaikan pendidikan kesetaraan setingjat SMA selama 4 tahun. Fitry yang sangat pintar di waktu kecil belajar terpaksa menelan pil pahit saat dinyatakan tidak lulus dalam ujian nasional pendidikan kesetaraan.
Pendidikan Layanan Khusus Bagi Anak Berbakat Istimewa
Pemerintah perlu mengembangkan pendidikan layanan khusus  bagi anak cerdas istimewa berbakat istimewa sesuai minat, bakat, dan kemampuan anak. Beberapa model yang sudah dilaksanakan sebelumnya masih fokus pada aspek akademik.Â
Alih-alih mengelompokan anak yang ber IQ tinggi dalam satu kelas akselerasi dari satu semester menjadi triwulan akan lebih menarik jika satuan pendidikan menyediakan Kelas layanan khusus. Akselerasi mengasah bakat anak di bidang musik, olah raga, seni dan bidang lainnya akan lebih menarik hati anak. Dukungan orangtua pun akan mengalir. Program coaching profesional  membantu anak  berbakat istimewa untuk belajar bersama teman sebaya secara inklusif.
Penerapan sistem kredit dan pengayaan di waktu luang anak niscaya membantu dengan menghadirkan guru yang tersertifikasi di bidang yang bersesuaian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H