Ternyata tidak banyak orang yang berani menuliskan impian besarnya. Menurut para mentor yang berhasil memiliki passive income hanya 3% manusia di bumi ini yang memiliki tujuan yang jelas, menuliskannya, dan... hidupnya makmur.
Terima kasih kepada Dhanya Rayanti, supercoach yang begitu baik membimbingku menyusun 5 prioritas dan setting 5 life goals dalam 5 tahun dalam buku kerja yang sederhana yang mendukung kami istiqomah melakukan activity loop.Â
Aku sempat bandel.  Mencoba menata grup berdasarkan wilayah.  Akibatnya setelah berhasil membangun fondasi dalam waktu singkat, 3 minggu.  Aku perlu waktu 3 bulan untuk sampai ke tahap berikutnya. Itupun dengan intensive coaching dari supercoach Sinta dan Dhanya serta audio Ikut Sistem 100% dari Sis Dhanya Rayanti.
Burning Inside
Aku terpana saat supercoach Dhanya menunjukkan Dream Booknya. Sederhana namun terbukti jadi doa dan membuat beliau berhasil mengejar impian terbesarnya.Â
Menyusun Dream Book  bukan hal baru bagiku. Sejak Nia Kurniati hadir bersama para young change maker Ashoka menggiatkan Gembira menjadi Keluarga Peduli Pendidikan, aku mengajak sahabat KerLiP menyusun Dream Book. Namun kali ini aku lebih bersemangat menyusunnya apalagi setelah menyimak dan menyebarkan audio Bermimpi itu Tidak Mudah dari Yohannes Simatupang. Aku pun menemukan 5 nightmare yang membuatku benar-benar burning inside saat menetapkan pioritas dan setting goals. Â
Permintaan kedua supercoachku untuk menulis ulang starting point lengkap dengan 10 alasan untuk setiap prioritas dan goals serta melengkapi daftar nama dengan ragam profesi, latar belakang, dan usia aku penuhi dengan cepat. Mumpung lagi semangat aku pun langsung susun Dream Book.Â
Tumbuh Bersama Rumah KerLiP
"Wah Dream Book  ibu kali ini jauh lebih keren. Ibu berani mengumpulkan aneka huruf untuk kata-kata!" Ujar Fitry saat menyimak presentasi My Dream and Goals Book yang kususun.Â
Hari itu aku benar-benar resah karena tidak bisa menemani Mas Ugie di UGD. Bantuan keuangan dari sahabat-sahabat kami terus berdatangan. Salah satu nightmare kami yang menjadi pemicu serangan stroke infark Mas Ugie mendapat perhatian khusus.Â
"Om Gaya sangat prihatin mendengar kondisi Bapak. Beliau benar-benar sedih mengetahui masalah rumah kita. Selama ini Bapak selalu penuh perhatian ketika Om Gaya curhat, "kata Zakky putra kedua kami.  Secara terpisah aku juga menerima empati dari Mas Dani Gunowo, sobat dekat Mas Ugie,Mbak Illon, dan Mbak Nina. Pak Fasli mendorongku untuk membuka kitabisa.com. Mas DL, Bang Ammar, Astar, Meita, Dina, dan semua  sahabat terus membantu kami. Anak-anak bergantian menemani bapaknya di RS Borromeus.Â