Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari duniaÂ
Setiap kali anaknya mengeong, ia berlari cepat menghampiri keranjang hijau di bawah meja kuning itu. Ia memandang dan mengeong siapapun yang mendekati keempat anaknya yang baru lahir. Suara Lulu sehalus bulunya. Kucing berbulu hitam dengan aksen putih di bawah lehernya pemberian teh Elis ini melahirkan anak-anaknya pada 6 Juni lalu. Beberapa minggu sebelum melahirkan ia menjelajah seisi rumah mencari tempat yang nyaman untuk anak-anaknya. Mulai dari lemari pakaian, sudut gelap di bawah gantungan baju, kolong kursi, Â dan sofa abu-abu yang sudah patah sejak lama.
Beberapa hari setelah Lulu melahirkan, aku sempat kaget melihat keempat anaknya tidak ada di keranjang hijau tempat mereka dilahirkan. Anak-anakku menempatkannya di sudut kamar putri sulung kami. Aku langsung membangunkan anak-anak untuk mencari anak-anak kucing Lulu. Ah..jangan-jangan dimakan induknya. Hari itu kami kehabisan makanan kucing. Tapi..Masak sih! Kutepis pikiran itu jauh-jauh. Atau sama Juju? Bapak mereka yang tak pernah menghampiri anak-anaknya sejak dilahirkan.Â
Kami bertiga menelusuri semua sudut rumah. Entah kapan dan bagaimana Lulu melakukannya. Kami menemukan keempat anak kucing tersebut di sudut lemari pakaianku, di balik tumpukan handuk bersih yang baru saja disetrika teh Elis. Lulu mengeong beberapa kali ketika melihat Fitry mengangkat salah satu anaknya. Ia mondar-mandir gelisah. "Alasnya penuh muntahan susu, Bu. Kelihatannya Lulu ingin mencari tempat yang bersih ya, "ujar Fitry sambil mengganti selimut merah yang menjadi alas tidur Lulu dan anak-anaknya. Allisa meletakkan keranjang hijau itu di bawah jendela. Biar kena matahari pagi katanya.Tak lama berselang, Lulu mengangkat anaknya yang berbulu pucat. Ia membawa si albino kembali ke kolong sofa abu-abu tempatku bekerja dari rumah. Beberapa kali anaknya lepas dari mulut Lulu. Fitry dan Allisa pun membantu memindahkan ketiga anak lainnya. Keranjang hijau kami pindahkan di kolong kursi panjang besar. Lulu terlihat kesulitan menaikinya. Akhirnya kami memutuskan mengembalikan keranjang berisi keempat anak Lulu ke kamar Fitry.Â
Keesokan harinya kami melihat Lulu berjuang keras untuk membawa anak albinonya kembali ke kolong sofa abu-abu. Fitry pun berinisiatif meletakkan handuk tebal di kolong sofa dan memindahkan ketiga anak Lulu yang lain. Lulu terlihat nyaman menyusui anak-anaknya di kolong sofa. "Wah anak-anakmu sudah mulai menjelajah. Pantesan kamu keluarkan dari keranjang. Kamu memang ibu yang baik, " kata Fitry sambil menggendong Lulu di pangkuannya. Lulu terdengar purr. Ibu baru ini menikmati elusan penuh kasih dari anak-anakku.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H