Dalam hal kedermawanan dan menolong orang lain jadilah seperti sungai. Biarkan mengalir tak henti-henti dan tanpa mengharap kembali. (Jalaluddin Ar-Rumi)
Tidak sedikit orang yang menghabiskan waktunya untuk mengais rizki tanpa henti. Â Banyak jiga diantara mereka yang mengeluh karena kehilangan mata pencaharian. Alih-alih terpuruk dalam keluhan tak berujung, coba kita tengok janji Allah dalam kitab suci
(Ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat". QS. Ibrahim: 7.
Ternyata tidak sulit untuk memantaskan diri menerima rizki dari Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Cukup dengan bersyukur atas nikmat hidup yang Allah berikan kepada kita setiap bangun tidur. Seperti kata Rumi rizki ibarat aliran sungai, ia mengalir tanpa henti atas ijin Allah. Di tengah aneka pembatasan akibat wabah COVID19, banyak orang yang membutuhkan bantuan.Â
Jika uang tak ada, kita bisa membantu menyisihkan seporsi nasi untuk tetangga yang membutuhkan. Jika makanan pun tak ada, kita bisa  mengajak teman, sahabat, rekan kerja, dan semua pihak yang berkenan membantu mereka. Jadilah sungai yang mengalirkan rizki tanpa henti sambil menghidupkan sepanjang alirannya.Â
Tugas kita adalah bekerja dan berserah diri kepada Yang Mahakuasa. Allah RasulNya dan orang-orang beriman melihat pekerjaan kita. Tetap gembira meski bekerja dari rumah dan menjaga kesehatan kita dan keluarga tercinta adalah bentuk rasa syukur atas nikmat sehat yang Dia berikan. Yakinlah Allah tidak akan membebani di luar batas kemampuan kita.Â
Sudah lebih dari 3 bulan di rumah sejak putri sulung kami mengalami gejala demam flu. Alhamdulillah putriku sembuh setelah karantina diri di kamarnya selama 14 hari. Kami pun bisa berjemur bersama setiap pagi di balkon depan. Rasanya benar-benar berkelimpahan. Apalagi ketika muncul beragam inisiatif saling jaga dari kedua putri kami.Â
Kami mendukungnya sepenuh hati dengan mengajak sahabat-sahabat kami membantu 186 janda, lansia, pekerja serabutan yang kehilangan pendapatan, dan penyintas banjir di Baleendah. Meski upaya ini terhenti pasca Idul Fitri, kami tetap bekerja dari rumah membantu guru, tenaga kependidikan,orangtua, bahkan anak dan remaja gembira belajar dari rumah.Syukur alhamdulillah, masa pandemik COVID19 memperkuat komitmen putri sulung kami untuk menggiatkan gerakan keluarga peduli pendidikan. Ia membantuku menyiapkan seluruh persyaratan Perkumpulan yang sudah bergiat 20 tahun  ini menjadi Organisasi Penggerak sampai tuntas setelah dua kali perpanjangan. Proposal program Remaja Pelopor Kebaikan di Daerah Tertinggal yang disusunnya pun berhasil lolos dalam seleksi program beasiswa Baznas.Â
Proposal, bahan presentasi, logframe, rencana kegiatan dan anggaran program Bank Sampah berbasis sekolah yang diminta seniorku diselesaikannya dengan antusias. Ia juga berhasil menuntaskan program Peningkatan Mutu PAUD serra Tata Kelola dan Literasi SD di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Barat dalam skala besar  dalam 2 hari. Lalu melakukan penyesuaian untuk memenuhi permintaan  Direktur Yayasan di Sulawesi atas rekomendasi Nurlinda Taco, ketua Yayasan Sigap Kerlip Indonesia sampai tadi malam.
Lebih menggembirakan lagi, putri sulungku yang menakhodai Sandi Kerlip Institute ini juga berinisiatif merintis PKBM Rumah KerLiP untuk anggota Keluarga Peduli Pendidikan yang membutuhkan Komunitas Homeschooling. Ia juga mengemas program beasiswa Be Ecosocpreneur Super Training (Best) Homestay bagi 150 Remaja Putri Pelopor Kebaikan dari anggota Keluarga Peduli Pendidikan dan membuka serta memfasilitasi English Conversation Club setiap hari untuk anak-anak di sekitar Rumah KerLiP Bandung.
Semoga Allah meridhoi usaha kami untuk memperbanyak anggota Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia. Â