Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Asyik Cari Tahu untuk Pembelajar Sejati

21 Juni 2020   18:02 Diperbarui: 21 Juni 2020   18:12 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuktur Parenting Hari Ini (dokpri)

Menjadi pendidik anak merdeka lahir, batin, pikiran, dan tenaga dalam belajar membutuhkan keberpihakan dan kesabaran. Guru dan orangtua sebagai pendidik sering kali gagal menunggu anak-anak menemukenali cara asyik masing-masing untuk tumbuh menjadi pembelajar sejati. Dan ini aku alami sendiri ketika anak kedua kami sepakat memulai homeschooling. 

Saking gregetnya menunggu lompatan belajar anak, aku pernah menggebrak meja. Sakit sih, tapi aku bertahan untuk menerapkan metoda yang kini kami sebut Cara Asyik Cari Tahu Untuk Pembelajar Sejati (Catch Ups) secara konsekuen. Aku juga langsung minta maaf telah mengagetkan anakku. 

Keluarga kami memilih jadi penyelenggara homeschooling setelah mendampingi 17 yayasan penyelenggara pendidikan berprogram khas pada April 2000 sampai Oktober 2006 bersama Tim Litbang KerLiP.  Saat itu Keluarga Peduli Pendidikan berupaya mendorong demokratisasi pendidikan demi kepentingan terbaik anak dan perempuan. Butuh keberanian, kesabaran, dan konsistensi untuk menemani anak-anak melaksanakan Catch Ups.

Haram Memberi Tahu

"Sebaiknya Teteh menyiapkan RPP yang mendorong anak-anak ECC nya melaksanakan Catch Ups mulai dengan mengajak mereka membaca Time Life. Ajak mereka melakukan permainan tradisional di luar sambil beecakap-cakap dalam bahasa Inggris, "kataku sambil menghampiri kamar putri sulungku, Fitry. Ia sedang asyik di depan laptop.

"Wah, sulit Bu. Percakapannya pasti dlama Bahasa Indonesia. Anak-anak belum mengetahui kosa kata terkait permainan -permainan itu, "jawab Fitry sambil melihat sekilas ke arahku. 

"Katanya haram memberi tahu,"suara batin menyadarkanku.  Aku pun tidak meneruskan pembicaraan ini. Niat untuk mendiskusikan proses panutan atau pembelajaran ramah anak, bermutu, dan bebas pungutan di Rumah KerLiP Bandung pun kutunda. Suasana hati belum nyaman untuk melanjutkan obrolan kami.

Keputusan Fitry untuk menghidupkan kembali Rumah KerLiP dan meningkatkannya menjadi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) mendapat sambutan dari keluarga-keluarga peduli pendidikan di Takalar, Sukabumi, Jakarta, dan Kabupaten Bandung. Fitry juga sudah rutin memfasilitasi ECC di Rumah KerLiP. Aku sebenarnya bermaksud memberi masukan untuk menjaga agar suasana belajar dan proses pembelajarannya berjalan sesuai harapan.

Kami berdua tengah menemukenali mekanisme kolaborasi yang efektif untuk melengkapi perencanaan, silabus, dan modul yang akan digunakan dalam program kemitraan dengan berbagai pihak dan rintisan PKBM tersebut.  

Tentunya dengan memegang teguh prinsip tumbuh bersama demi kepentingan terbaik  termasuk menjaga agar tetap konsisten menerapkan Pendidikan Anak Merdeka.

Menjaga Keberlanjutan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun