Mohon tunggu...
Yanti Sriyulianti
Yanti Sriyulianti Mohon Tunggu... Relawan - Berbagilah Maka Kamu Abadi

Ibu dari 3 anak yang sudah beranjak dewasa, aktif menggiatkan kampanye dan advokasi Hak Atas Pendidikan dan Perlindungan Anak bersama Sigap Kerlip Indonesia, Gerakan Indonesia Pintar, Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak, Kultur Metamorfosa, Sandi KerLiP Institute, Rumah KerLiP, dan Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan di Indonesia sejak 1999. Senang berjejaring di KPB, Planas PRB, Seknas SPAB, Sejajar, dan Semarak Indonesia Maju. Senang mengobrol dan menulis bersama perempuan tangguh di OPEreT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sedekah Menolak Bala

4 Maret 2020   09:24 Diperbarui: 4 Maret 2020   09:34 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin pas bergegas menuju Lintas Shuttle di Dewi Sartika lihat perempuan separuh baya sedang mengais sampah plastik di depan tulisan hijau samping gate II Kalibata City. Waktu sudah menunjukkan adzan magrib, mobil pesanan belum juga datang. Ada manggis Rp10.000/kg dan ubi rebus di depanku. 

Laper juga nih. 

Uang yang terselip di cangkang HP tinggal 3 lembar. Berikan. Jangan. Berikan. Jangan. Berikan, tapi dia ngga minta koq. Ragu sih. Tapi akhirnya tak kuasa melihat perawakannya yang mungil dan kurus dengan muka lusuh kelelahan.
"Maaf, Bu. Hanya sedikit. Semoga cukup untuk makan ya, " bisikku pelan sambil menyempilkan 3 lembar uang kertas yang tersisa.
"Jangan, Mbak. Saya bisa jual ini koq untuk makan, " jawab perempuan itu dengan suara bergetar. Tangannya bergerak menolak pemberianku.
"Maaf, ya, Bu. Saya hanya ingin berbagi sedikit saja untuk membeli manggis dan ubi rebus, " ujarku sambil menyeret koper mendekati mobil pesanan yang hampir tiba.

Jalan layang Kalibata padat merayap. Mobil yang membawaku hampir tak bergerak.
"Mbak, pindah naik ojek saja, ya. Insya Allah sampai ke lokasi tepat waktu, " ujar sopir ojol. Santun sekali.
"Ngga apa-apa, Pak. Saya bawa banyak tas berisi buku-buku. Tadi agak ragu pulang karena putri saya tiba-tiba pilek. Aku menjawab sambil sesekali melihat pesan. Khawatir juga dengan adanya pasien Corona dari Depok. 

Semoga hanya flu biasa, ya Nak.

"Mbak Sri sudah dimana?" Tanya petugas Lintas di telpon.
"Saya sudah dekat lampu merah Dewi Sartika dari arah Kalibata, " jawab saya.
"Baik, kami tunggu 5 menit ya, " suara santunnya memikat hatiku.

"Sudah pukul 18.30. Macet parah ya, Pak. Ajaib sekali kalau bisa tiba di poolnya dalam 5 menit, " ujarku pada pak sopir.
"Sebenarnya kalau ngga macet, hanya 10 menit dari Kalibata City, Mbak, " jawabnya pelan.

Duk!
Tiba-tiba mobil di belakang menabrak mobil ojolku.
Hmmm...udah pasti telat nih.


Pak sopir turun dan menegur sopir mobil di belakang. Tanpa hardikan. Ah, memang santun ya.

"Lumayan juga, Bu. Tapi anak muda di belakang baik banget. Ini kartu namanya. Nanti kami selesaikan baik-baik, "katanya tanpa ditanya.

"Bagaimana, Bu? Sudah sampai dimana?" Suara perempuan dari Lintas kembali menelponku.
"Kelihatannya ngga mungkin terkejar, Mbak. Ditinggal aja. Saya pesan jadwal berikutnya ya, "jawabku pasrah.

Sesekali aku bertukar pesan dengan putra kami yang masih belum beranjak dari kantornya. Rencananya kantor perusahaan stat up tempatnya bekerja akan pindah ke Semanggi. Pasti banyak hal yang harus dibereskan. Pada saat yang sama harus kejar tayang game Satria Dewa. 

Dokter Iin, temanku di Muhamadiyah menyarankan obat flu dna masker untuk kakaknya.

"Aa nanti mampir di apotek beli obat untuk teteh. Jaga kesehatan ya, " pesanku sudah terkirim.

Alhamdulillah perlahan mobil ojolku berbelok ke jalan Dewi Sartika.

"Maaf ya, Mbak. Jadi terlambat, " ujar Pak sopir sambil menurunkan koper.


"Ngga apa-apa, Pak. Bukan salah Bapak, kok. Ini namanya force majeur ya, " jawabku sambil   menganggukkan kepala dan berbalik menarik koper hitam dengan perlahan.

"Sudah lama berangkat, ya, Mbak. Benar-benar macet, jadi ngga terkejar. Saya pesan jadwal berikutnya saja, "ujarku sesaat setelah duduk di hadapan petugas Lintas.

"Oh, Ibu yang memesan di nomor 6 ya, " ujar perempuan muda di hadapanku sambil menyodorkan selembar tiket dan air dalam kemasan.

"Ngga usah, Bu. Tadi saya ditelpon dari center.  Terima kasih karena Ibu sudah melaporkan kemungkinan terlambat melalui wa, " imbuhnya menolak atm yang kusodorkan.

Subhanallah.

Pikiranku langsung melayang kepada perempuan renta pengais sampah depan Kalibata City.

Terima kasih ya Allah. 

Hanya dengan sedikit berbagi saja Engkau membalas dengan berlipat ganda. 

Dengan segala kebaikan hamba-hambaMu di muka bumi ini. Mohon sembuhkan putri hamba juga seluruh pasien yang terkena virus yang mematikan ini. Kasihi kami ya Allah. Lindungi kami dari segala hal yang mengancam kelangsungan hidup kami dan anak cucu kami.

"Barang siapa berniat sedekah, kecepatan Allah membalasnya lebih dari kecepatan gerakan sedekahnya." (Hadist Qudsi)

Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kamu dengan bersedekah, dan bentengilah hartamu dengan (mengeluarkan) zakat, karena sesungguhnya hal itu akan mencegah berbagai keburukan dan penyakit". (Ad Dailami dalam Musnadul Firdaus)

Janji Allah nyata adanya.
#sedekahyuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun