"Dari dinas lingkungan hidup, siap untuk menjadikan sekolah hijau. Alhamdulillah tergerak untuk SRA menuju KLA, pemberian penghijauan untuk sekolah yang rawan longsor".
Fasilitator Nasional Sekolah Ramah Anak di Jawa Timur, Bekti Prastiyani benar-benar beruntung, Disaster is everybody business nampaknya bukan sekedar jargon. Hampir semua organisasi perangkat daerah di Bojonegoro, yakni Bappeda, Dinas Sosial, Dinas P3A, Dinas Kesehatan, BPBD, Dinas Pendidikan, Kantor Kemenag, PMI, bahkan BMKG Jawa Timur yang berkantor di Tuban hadir dalam kegiatan Workshop Sekolah Aman Bencana di Satuan Pendidikan Khusus dan Regular.yang diselenggarakan SD Kita Bojonegoro dengam dukungan dana APBN dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus Kemendikbud.
Foto 1. Bekti Prastiyani (baju merah) bersama Ketua Umum Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan, BMKG Jatim, dan perwakilan OPD Bojonegoro.
Hadir juga PDKB, LPBINU, KerLiP, Â guru, orangtua, peserta didik laki-laki dan perempuan, penyandang disabilitas. "Selama 2 tahun sejak peraturan kepala BNPB No 4 Tahun 2012 diluncurkan di Gedung A Kemdikbud pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2012, saya keliling Nusantara sebagai ketua Seknas Sekolah Aman. Wakil Menteri Kemdiknas, Kempupr, KLH, KPPPA, Kemdagri, Kemenkes, dan Sestama BNPB meminta KerLiP untuk melembagakannya sampai BNPB mengambil alih, "kalimat ini menjadi pembuka paparan kebijakan satuan pendidikan aman bencana yang dikirim Jamjam Muzaki tadi pagi. Â Dan aku pun menuturkan perjalanan kampanye dan advokasi pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Satuan Pendidikan mulai dari pembentukan pokja Sekolah Siaga Bencana di KPB sampai terbentuknya sekretariat SPAB di Sikka, Jabar, dst.
Bekti mengundangku sebagai narasumber workshop. Kehormatan bagiku menyaksikan sepak terjangnya yang begitu memikat di Jatim. Lebih dari 15.000 satuan pendidikan di Jatim mendeklarasikan diri MAU menuju SRA/MRA. Ia mendapatkan dukungan yang luar biasa dari kantor kemenag di setiap kota/kabupaten. Hal ini tak terlepas dari kegigihannya untuk terus mengajak semua pemangku kepentingan di pendidikan menuju SRA/MRA.
"Kemarin, Dinas Pendidikan meminta saya untuk menunjukkan SK penetapan Fasnas SRA dari Menegpppa. Jauh sebelumnya saya sudah menyerahkan semua berkas tersebut. Alhamdulillah kali ini justru beliau yang berinisiatif meminta. Saya sangat bersyukur dengan komitmen kuat dari kantor kemenag Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan, "ujar Bekti saat kami menikmati cah kangkung dan tahu cabe di Omah Tepi Sawah.Â
Koordinator KerLiP wilayah Jatim yang juga Kepala SD Kita Bojonegoro ini hampir setiap hari pergi mendampingi berbagai pihak di setiap kota/kabupaten di Jatim. "Saya mulai mendapat teguran karena selalu menyampaikan pemberitahuan kepada Dinas Pendidikan saat melaksanakan sosialisasi dan pelatihan SRA/MRA. Bagaimana baiknya, ya?"tanya Bekti. Aku menjawab pertanyaannya dengan menunjukkan praktik-praktik baik kepala madrasah negeri dan sekjen Serikat Buruh Metal Indonesia. "Mereka tetap menempati posisi tersebut meskipun lebih banyak berada di luar tempat kerjanya".
Tidak banyak orang yang memiliki keleluasaan mengatur waktu dan agenda kerja seperti Bekti. Â Terlebih lagi jika dikaitkan dengan pengalaman belajarnya yang begitu panjang dan kaya. Semuanya begitu otentik dan mendorong munculnya ragam inspirasi saat ia bertemu dengan para pengambil keputusan dan guru peserta lokalatih.Â
Kemampuan Bekti mengaktifkan sumber daya sangat membantu percepatan SRA di Indonesia. Tak mengherankan jika ia menerima penghargaan dari KPPPA sebagai fasilitator SRA terbaik atas komitmen dan ketulusannya bekerja demi kepentingan terbaik anak pada Festival KLA di Bandung, 16 Desember 2018.
Tetap semangat ya