Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menjenguk Saudara yang Sakit

1 Januari 2025   22:29 Diperbarui: 1 Januari 2025   22:29 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menjenguk Saudara yang Saki

Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat bagi orang lain. 

Alhamdulillah hari pertama tahun 2025 ini aku awali dengan bersyukur tiada henti. Hari ini pula sebuah lembaran baru aku tapaki dengan berusaha berbuat baik yaitu menjenguk saudara yang sakit.

Usai salat Dhuhur, kami berlima meluncur ke rumah keponakan atau anak dari Mbak Sri, kakak suami yang sedang sakit. Rumah keponakan yang rumahnya di daerah pasar Minggu Jakarta ini tak jauh dari rumah anak yang berada di pondok Bambu Jakarta.

Mumpung kami berada di Jakarta, maka kami sempatkan untuk menengok saudara kami itu. Kurang lebih satu jam perjalanan, kami sampai di rumah saudara kami di Pasar Minggu. Seharusnya setengah jam sampai tetapi dengan adanya kemacetan, waktu pun tak sesuai harapan.

Syukur Alhamdulillah si kecil, cucu kami Mas Hagi rewel hanya sesaat. Mungkin gerah atau capek. Setelah itu ceria lagi setelah mendapatkan ASI Ibunya.

Gerimis kecil datang saat kami mau memarkir mobil. Namun, saat kami turun dari mobil gerimis tak ada lagi. Segera kami berjalan menuju rumah mungil di ujung jalan. Kami agak ragu dengan rumah bercat kuning itu. Maklum sudah sekian lama tak pernah datang ke rumah ini.

Setelah anak kami mengetuk pintu sambil mengucap salam, seorang cowok tinggi besar membukakan pintu. Sesaat aku pun kaget dengan anak itu. Anak yang dulu masih kecil mungil kini telah dewasa.

"Mas Gifar," ucapku sambil menyalaminya. Ia mengangguk sambil mencium tangan.

"Wah, sudah besar dan gagah," lanjutku.

Ia tersenyum sambil menyalami kamu satu persatu. Tampaknya ia masih hafal dengan kami. Padahal lama Ki tak saling bertemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun