Menjenguk Saudara yang Saki
Sebaik-baik manusia adalah bermanfaat bagi orang lain.Â
Alhamdulillah hari pertama tahun 2025 ini aku awali dengan bersyukur tiada henti. Hari ini pula sebuah lembaran baru aku tapaki dengan berusaha berbuat baik yaitu menjenguk saudara yang sakit.
Usai salat Dhuhur, kami berlima meluncur ke rumah keponakan atau anak dari Mbak Sri, kakak suami yang sedang sakit. Rumah keponakan yang rumahnya di daerah pasar Minggu Jakarta ini tak jauh dari rumah anak yang berada di pondok Bambu Jakarta.
Mumpung kami berada di Jakarta, maka kami sempatkan untuk menengok saudara kami itu. Kurang lebih satu jam perjalanan, kami sampai di rumah saudara kami di Pasar Minggu. Seharusnya setengah jam sampai tetapi dengan adanya kemacetan, waktu pun tak sesuai harapan.
Syukur Alhamdulillah si kecil, cucu kami Mas Hagi rewel hanya sesaat. Mungkin gerah atau capek. Setelah itu ceria lagi setelah mendapatkan ASI Ibunya.
Gerimis kecil datang saat kami mau memarkir mobil. Namun, saat kami turun dari mobil gerimis tak ada lagi. Segera kami berjalan menuju rumah mungil di ujung jalan. Kami agak ragu dengan rumah bercat kuning itu. Maklum sudah sekian lama tak pernah datang ke rumah ini.
Setelah anak kami mengetuk pintu sambil mengucap salam, seorang cowok tinggi besar membukakan pintu. Sesaat aku pun kaget dengan anak itu. Anak yang dulu masih kecil mungil kini telah dewasa.
"Mas Gifar," ucapku sambil menyalaminya. Ia mengangguk sambil mencium tangan.
"Wah, sudah besar dan gagah," lanjutku.
Ia tersenyum sambil menyalami kamu satu persatu. Tampaknya ia masih hafal dengan kami. Padahal lama Ki tak saling bertemu.